Home » , , » Kisah Nyai Mas Ayu Gandasari Dan Syekh Magelung I

Kisah Nyai Mas Ayu Gandasari Dan Syekh Magelung I

Written By Mas Toto on April 25, 2013 | 8:41 AM


Nyai Mas Ayu Gandasari
Gusti sinuhun nawuri sorban ngideri masjid minangka hudan , Dipun beber Nyai Mas Ayu Gandasari saking dermayu " Duh gusti sae temen sorban niki kangge sinten ? Jawab Gusti " Sorban niki kangge ummat kanjeng nabi,ummat ingkang purun sholat serta nurut perintah sunnah perintah allah kang den pasti ora tinggal sampe mati.... " Petikan Syair Syekhunal Mukarrom dalam tawasul Jamaah Asy Syahadatain yang mengkisahkan tentang nyai mas ayu gandasari yang bertanya kepada gurunya Sunan Gunung Jati tentang sorban yang sedang beliau sebarkan , berikut ini kisah Nyai Mas Ayu Gandasari yang bersumber dari Babad Tanah Padjadjaran Karya PS.Sulendraningrat.
Diceritakan di kraton Rajagaluh sang Prabu Cakraningrat sedang diseba. Seluruh para Sanghyang, para Dipati, para Gegedeng dan para perwira tentara pada berkumpul. Berkata sang prabu,’’ Hai dipati palimanan, mana keterangannya sunan Cirebon, sebab itu adalah orang ngumandi/menjadi benalu sudah lama belum ada permohonan idhinnya.’’ Berkata dipati palimanan, ‘’duhai gusti mohon ampunan dalem karena tidak berhasil, betapa seringnya hamba mengurus para gegedeng dan bertindak pribadi, akan tetapi Negara cirebon tidak terlihat, apabila sementara para gegedeng dapat melihat sunan jati atau bias memasui Negara Cirebon yang bertemu sunan jati mereka tidak pulang kembali, para gegedeng sudah banyak yang pada anut.’’
Berkata sang prabu,’’ demang rajagaluh sekarang supaya bertolak ke Cirebon hingga sampai bertemu sendiri dengan sunan, harap di beri tahu supaya mau seba ke rajagaluh, dan harus mengirim upeti tiap tahun, kalau tidak anut kepadaku niscaya sunan Cirebon akan dirampas rajakayane/kekayaannya dan boleh dipotong lehernya,kalau menghendaki perang tentu aku serbu dibikin tanah hitam (Cirebon akan dibumi hanguskan).’’ Ki demang mengucap sandika. Segera mohon pamit terus perjalanannya dengan mengepalai prajurit empat puluh orang ki demang perjalanannya di putar-putar kembali lagi ke tempat semula, kalau ke utara terus tersesat ke utara, kalau ke selatan terus tersesat pula ke selatan, senantiasa tersesat tidak tau arah.
Diceritakan ki gedeng selapan dan di wartakan sejak dahulu tatkala bertapa di gunung mendang di bawah pohon pudak memuja semedi ingin mempunyai anak yang sakit lagi punjul. Permulaan bertapa bunga pudak baru kuncup, sekarang berjatuhan di hadapan ki pendeta saksana/sekonyong-konyong di Kabul oleh Robbul’Alamin di antara bunga pudak yang jatuh di tanah itu ternyata jadi bayi perempuan, lalu bayi itu di bawa pulang.
Ki pendeta baru usai dari tapanya lalu bayi itu di beri nama panguragan. Menurut kaol lain panguragan adalah putra angkatnya dari sultan aceh dan seorang adik kandung perempuan dari fadhilah khan/faletehan. Ki pendeta (pangeran cakrabuana) lalu membangun dukuh/pemukiman semua tanam-tanaman serba jadi, seterusnya termashur dukuh itu di sebut dukuh panguragan.
Diceritakan nyi mas panguragan sudah berumur lima belas tahun, bahkan ia sudah be’at/berguru kepada sunan gunung jati. Dikatakan oleh jeng sunan jati walaupun engkau adalah perempuan tetapi engkau adalah menjadi prajurit awliya.
Diceritakan nyi mas panguragan sudah termashur ke lain-lain desa keperwiraan saktinya lagi indah elok cantik rupanya seperti punjul sebuana, bahkan sudah banyak para gegedeng para bupati dan para satria pula para juragan para nakhoda yang sudah melamar berduyun-duyun. Diceritakan orang-orang dua puluh lima Negara sudah membangun pemondokan menunggu utusan ki pendeta membawa balasan lamarannya masing-masing.
Diceritakan pendeta salapandan memanggil menghadap sang putra nyi mas panguragan yang di sebut Gandasari. Berkata ki pendeta,’’ putriku panguragan aku minta engkau supaya mau bersuami, sudah cukup waktunya engkau mempunyai suami, mana yang engkau pilih salah seorang dari semua yang telah melamar engkau, demang, mantri, satria, bupati, dan para gegedeng pula para juragan para nakhoda yang sedang menunggu di pondokannya masing-masing, beritahulah kepada si bapak yang engkau senangi’’.
Berkata sang putri,’’ Rama, sekarang sang putrid belum suka mempunyai suami, masih enak mengolah tubuh.’’ Berkata ki pendeta,’’ hai bayi, tidak enak orang yang jadi kembang bibir, di sebut-sebut namanya oleh tiap orang, dan engkau kalau tidak mau bersuami tentu dirusak dukuh panguragan ini.’’ Berkata ratna Gandasari,’’ Rama, hamba mau pula bersuami akan tetapi kalau hamba sudah terkalahkan siapa saja yang bias menangkap hamba, yang melebihi kesaktian hamba, itulah orang yang akan mengabdi kepadanya, jangan lagi para pembesar, walaupun orang melarat kalau bias menangkap hamba itu tandanya jodoh hamba, silahkan Rama mengadakan sayembara kepada orang-orang dua puluh lima Negara, seandainya ada seorang yang di terima lamarannya pasti yang lain tidak menerimakannya. ‘’ segera ki pendeta memanggil seorang pembantu di minta pergi ke pemondokan orang-orang dua puluh lima Negara untuk mengumumkan siapa saja yang bias mengungguli keperwiraannya dapat menangkap Ratna panguragan ia itulah menjadi tanda jodohnya dan mengabdi kepadanya. Pembantu itu keluar sudah, segera sudah mengumumkan kepada seluruh gegedeng, satria dan para nakhoda.
Segera mereka siap bertindak memasuki medan sayembara. Orang-orang dua puluh lima Negara bersuka ria saling berebut dahulu mendahului.
Diceritakan nyi mas panguragan sudah memasuki arena sayembara di tengah-tengah balabar/batas medan sayembara berbusana putrid raja indah gemerlapan laksana bidadari dari sorga. Seluruh para aruman para ifrit pada meringinya ke medan laga sambil menyiarkan bebaun harum sekali memenuhi sekeliling medan laga. Orang-orang dua puluh lima Negara melihat keluarnya sang putrid dan pengiring pada terlongong-longong masing-masing matanya tidak berkedip.
Segera sang putrid menantang,’’ hai orang-orang dua puluh lima Negara, rebutlah tubuhku, barangsiapa yang bisa menangkapnya sungguh jantan, unggulilah kesaktian aku niscaya aku mengabdi kepadanya.’’ Segera orang-orang dua puluh lima Negara maju serentak saling berebut dahulu mendahului saling desak-mendesak, sang putri segera siap siaga. Dengan gugup ki gedeng plered berusaha menangkapnya segera sang putri melesat ke atas, ki plered ditendangnya jatuh terjengkang. Gedeng plumbon melambai-lambai,’’ adik turunlah di bombing oleh sikakak, jangan memelet jangan menduyung, kakak cinta sendiri kembang biru di atas kuburan, si kaka sungguh cinta lubang di susun dengan batu bata, bambu berumpun, sepanjang umur aku gauli.’’ Sang putrid segera turun sambil mendupak ki plumbon jatuh terjengkang berguling di tanah di injak perutnya yang buncit. Ki ujang gebang menubruknya meleset  karenanya jatuh tengkurap. Ki gedeng kandanggaru menyandak, sang putrid melesat. Ki gedeng ketawa terbahak-bahak sambil berkata,’’ nini putrid jangan lari, kelapa tua beriringan seperjalanan, tangkai waru janganlah suka menghindari bokor tanah, orang ayu jangan suka mengecewakan, jauh-jauh dari kandanggaru akhirnya ditinggal lari, larilah sampai jagat si kakak tentu mengiringi.’’ Lalu sang putri lari dikejar sampai di pedesaan. Sang putri masuk ke dalam hutan, seluruh dedaunan dan pepohonan yang pada tersentuh olehnya jadi berbau harum, sebab harumnya Nyi mas Panguragan melebihi harumnya bunga atau minyak wangi, oleh karena tubuhnya yang harum, kalau memakai kembang dari para Aruman, para ifrit. Berjatuhanlah ke tanah kembang  dari sang putrid, karenanya seluas hutan itu nantinya disebut hutan wanasari makanya nyi mas panguragan disebut  pula Nyi Mas Gandasari,  oleh karena ia adalah seorang manusia yang tubuhnya berbau harum sekali.
Sang putrid terus berlari di lading persawahan.  Ki gedeng kandanggaru berusaha memegangya tetapi tidak kunjang kena bahkan ia terserimpet oleh padi merah lalu jatuh tengkurap. Sang putrid mencibirinya. Ki gedeng karenanya merasa malu sekali lalu pulang sambil berkata,’’ jangan sekali-kali anak cucuku menanam padi merah karena aku mendapat malu itu di karenakan mendapat malu oleg padi merah,’’ sang putrid lalu pulang menghadapi lagi sayembara ramai sudah orang-orang menonton pada surak gegap gempita berjubel-jubel.
Diceritakan seseorang putra sebrang yang baru mendarat di pantai Cirebon dari laut, yang bernama jaka supetak dan jaka pekik dengan mengepalai watya bala seratus orang siluman yang beruak manusia hendak menerobos Negara menguasai sepulau jawa namun datangnya tersesat di pantai Cirebon. Kedua putra ini kebingungan lalu berjalan kea rah masing-masing untuk menyelidiki daerah baru itu. Jaka pekik berjalan kea rah selatan, dan jaka supetak berjalan ke barat hingga datang di panguragan bebarengan dengan terdengarnya suara surak-surak gegap gempita. Segera jaka supetak melihat sayembara lalu ia memasuki ke tengah balabar/batas tempat sayembara.
Diceritakan yang sedang menghadapi sayembara itu adalah putra dalam indramayu yang bernama satria indra kusuma memegang busur panah yang pada anak panahnya tertulis di tujukan kepada sang putri yang di rindui oleh hatiku tidak lain terbayang di hitam-hitamnya mataku hanya rama yang panguragan sebagai calon mustika yang senantiasa di puja, akan di puja, lekaslah anda menurut bersama-samaku pulang ke Negara indramayu. Segera anak panah itu di lepaskan, sang putri cepat panah di tangkis, ia mengetahui tulisan yang ada di anak panah itu. Sang putrid membalas melepaskan anak panah yang sudah cepat membalas melepaskan anak panah yang sudah cepat terlepas laksana kilat dan mengenai tubuh satria indra kusuma itu karenanya ia jatuh berguling di tanah dengan di suraki itu karenanya ia jatuh berguling di tanah dengan di suraki gemuru, karenanya orang-orang indramayu lalu mengundurkan diri lalu jaka supetak mendekatinya, berkata sang putri,’’ hai satria, janganlah mati sebelum di ketahui namanya, siapa nama anda?’’ berkata jaka supetak, ‘’ putra dari sebrang, Negara cempa bawah angin, jaka supetak namaku, nin putri baiklah tunduk, jangan cari gara-gara, orang cantik ayu sayanglah kalau tidak jadi mustikanya keratonku. Karena aku tersesat memasuki sayembara ini niscaya musuh tidak ada yang keluar hidup-hidup.’’ Sang putrid segera memegang busur panah dan anak panahnya di lepaskan, jaka supetak menadahi, jauhnya anak panah ke tubuh jaka supetak hanya seperti batu yang dilemparkan. Berkata jaka supetak sambil ketawa,’’ Hai sang putrid mana panah yang paling ampuh habiskanlah prawira sakti anda kalau menguji calon suami anda, jangan nanti sampai elik/menolak di belakang hari, habiskanlah sekehendak anda terlebih dahulu.’’ 
Sang putri memegang senjata andalannya segera di tusukan ke tubuh jaka supetak. Jaka supetak menangkis dengan sebuah keris saling tangkis-menangkis. Keris jaka supetak mengeluarkan api bersemburan. Sang putri lalu lari merasa tidak kuat, jaka supetak mengejarnya.
Diceritakan jaka sinuhun jati purba yang sedang berdiri dipinggir sebuah sungai, tidak antara lama adalah Nyi mas gandasari mohon senjata pertolongan. Jaka supetak sudah dihadapannya. Segera ia berkata,’’ Hai paman, engkau janganlah menghadapi buruanku, panguragan telah kalah dalam pertandingan karenanya ia sudah dipastikan menjadi istriku.’’ Berkata jeng sunan jati,’’ aku belum nyata bahwa panguragan kalah dalam pertandingan, kalau bias terangkat oleh engkau nyatalah ia jodoh engkau.’’ Jaka supetak segera mangangkat sang putri, tapi sang putri tidak bias terangkat bahkan tidak bergeming, ia berkuketan berusaha mengangkat tubuhnya sang putri namun sang putrid tidak berubah dan tidak bergerak, oleh karenya jaka supetak sangat dengan sekuat tenaga berusaha mengangkat tubuhnya sang putri  hingga terkentut. Karenanya sang putrid tertawa terbahak-bahak sambil mengejek.
Jaka supetak malu sangat tidak bisa mengangkat mukanya diam mematung. Jeng sunan jati berkata,’’ itulah buahnya orang yang mendahului karsa ilahi jadi engkau mengunggul-ungguli menghebat-hebati, wadyabala engkau adalah siluman berupa manusia engkau menyangka lebih perwira sakti mau merebut Negara menguasai sepulau jawa akan tetapi kenyataannya engkau baru oleh seorang perempuan saja sudah dikalahkan, jangan lagi membuka merebut senusa jawa tapi oleh seorang perempuan saja engkau menyerah.’’
Jaka supetak lalu menyembah sujud dengan berkata,’’  siapakah itu tuan namanya, hamba merasa tuan itu beribu sakti perwira, terimalah keris ini, baiklah tuan bunuh hamba, hamba merasa malu sekali tidak bisa bercampur lagi dengan sesame manusia,’’ keris lalu diterima, jeng sunan jati berkata,’’ aku adalah susuhunan Cirebon, bangunlah sebuah dukuh sekehendak engkau,’’ berkata jaka supetak.’’ Oleh karena hamba lebih sangat malu sekali hamba seterusnya tidak bisa bercampur lagi dengan manusia, namun hamba mohon izin bermukim di dalam sungai ini.’’
Segera jaka supetak swadaya balanya terjun ke dalam sungai. Berkata jeng sunan.’’ Jaka supetak sewadyabalanya seperti buaya, ada manusia bermukim di dalam air.’’ Ternyatalah jaka supetak dan wadya balanya salin rupa menjadi buaya. Termashur seterusnya sungai itu disebut sungai garing kali kapetakan. Segera nyi mas gandasari pulang ke panguragan dan sunan jati lalu pulang ke keraton pakungwati.
Diceritakan ada satria yang baru dating di pantai Cirebon membawa 2 kitab perahu dari Negara syam/ syiria yang bernama syarif syam, karena tadinya ada hawatif/suara tanpa rupa terdengar menyuruh mencari guru yang mursyid/guru penunjuk awliya kutub di Cirebon, dan ia itulah yang bisa memotong rambutnya yang seperti kawat.
Syarif syam lalu mendarat di pantai Cirebon mau mencari awliya kutub meneruskan perjalanannya, lalu dating di kebon bayam. Syarif syam melihat ada seorang lelaki yang sedang membentongi/memukul buah bayam untuk diambil isinya lalu memanggilnya.’’ Hai kaki dimana tempatnya awliya Cirebon dan kemana arahnya Negara/kota?’’ berkata syekh bentong.’’ Di selatan arahnya Negara Cirebon, mungkin pula waliyyullah disitulah kediamannya dan anda dari mana, siapa namanya, dan apa keperluannya?’’ syarif syam menjawab,’’ saya berasal dari Negara syam, syarif syam namaku mau berguru kepada awliya Cirebon dan yang bisa memotong rambutku sungguh aku akan mengabdi kepadanya. Pula aku membawa kitab dan perahu untuk mufakatan perihal ilmu.’’ Berkata ki bentong,’’ itu kitab 2 perahu bagaimana membacanya, bagi orang jawa untuk mengerti syahadat saja itu sudah terhitung dhoif.’’ Berkata syarif syam’’ini waktu sudah dzuhur, jangan mengobrol saja, marilah kaki kita sholat, dimana tempatnya sholat.’’ Berkata ki bentong,’’ di bungbung/bambu ini yang terkait di pagar, disitulah tempatnya aku menjalankan sholat, silahkanlah anda masuk di dalam bungbung.’’ Syarif syam terheran- heran ada percaya ada tidak, dan berkata :’’ hai kaki masuklah anda terlebih dulu nanti aku mengikuti.’’ Segera ki bentong masuk ke dalam bungbung sambil memanggil-manggil syarif syam melihat bahwa bungbung itu ternyata adalah sebuah pintu besar lalu ia masuk, tidak lama terlihat masjid yang lebih besar dan banyak orang yang turut makmum. Syarif syam lalu turut makmum, yang jadi imam ternyata adalah ki bentong.
Sebakdanya sholat syarif syam lalu sujud menyembah sambil berkata,’’ duhai kyai, mohon sih ampun dalam , sungguh paduka itu awliya Allah hamba mohon berguru, dan semoga paduka mau memotng rambut hamba.’’ Ki bentong lalu memberinya wujangan ilmu kedhohiran, kegunaan perwira sakti. Setelah selesai ki bentong lalu berkata,’’ adapun ilmu kebatinan ketauhidan sunan Cirebon nanti yang member wujangan pula yang memotong rambut anda dan anda diberi nama pangeran remagelung, seyogya cepatlah dating ke Cirebon.’’ Remagelung mengucap sandika, lalu mohon pamit meneruskan perjalanannya.
Antara lama kemudian remagelung berjumpa dengan seorang kakek tua. Berkata remagelung,’’ hai kakek tua dimana tempatnya sunan Cirebon.’’ Berkata kakek tua,’’ wallahu’allam  tempatnya sunan Cirebon dan anda darimana, siapa namanya dan kemauannya.’’ Berkata remagelung.’’ Putra syam mau berguru kepada sunan Cirebon yang bisa memotong rambutku sungguh aku akan mengabdi kepadanya.’’ Berkata kakek tua,’’ kasihan sekali orang syam ini, rambutnya bergelatungan tidak dapat di gelung karena kerasnya seperti kawat, kalau menjadikan sukalilanyasaya akan memotongnya, namun saya minta melihatnya dari belakang.’’ Remagelung berkata,’’ sukalila/suka ridho kalau kakek tua mau memotongnya.’’segera remagelung membelakanginya. Kakek tua lalu memegang rambutnya, segera rambut itu getas/rapuh putus berjatuhan di tanah. Kakek tua lalu lenyap. Remagelung kehilangan kakek tua, sudah gundul kepalanya lalu memakai daster hitau seterusnya di sebut pangeran sukalila, karena suka ridho di potong rambutnya dan jadi mashur tempat itu seterusnya di sebut karang getas, sebab mengingat tatkala getasnya/rapuhnya rambut remagelung. Lalu rambut itu di tanamnya di bawah pohon asem di tempat itu pula.
Segera pangeran sukalila meneruskan perjalanannya mencari kakek tua siang malam tidak ditemukan. Lalu ia terbang ke angkasa ke utara barat menujunya kemudian ia dating di panguragan, melihat orang-orang sedang bersayembara penuh berjubel sambil sorao-sorak gegap gempita.
Diceritakan sang ratna panguragan sudah keluar berada di tengah-tengah medan lada di dalam balabar arena sayembara sambil menantang,’’ hai wong salawe Negara/orang dua puluh lima negara ( mksudnya kepada orang-orang yang turut memasuki sayembara) janganlah maju seorang-seorang, majulah semuanya. Segera orang dua puluh lima Negara menyerbu dengan serempak. Sang putri bertindak, ki demang citratanaya menubruk, sang putri meletas ke atas sambil mendupak dan menampar. Ki demang jungkir balik mundur dengan merangkak. Mas behi maju ke depan di tampar lehernya bengkok. Ki tumenggung memeluk di sambut dengan patrem/badik punggungnya sobek. Ki dipati rangkong hendak menangkap disambut dengan patrem lehernya terkulai mundur ditandu. Ki nakhoda hendak memeluk, sang putrid mendahaki, nakhoda mukanya rusak mundur dicikrak.seluruh penonton sorak-sorak gegap gempita. Orang dua puluh lima Negara semuanya ketakutan.
Segera pangeran sukalila datang sudah dihadapan ratna panguragan. Berkata sang putri,’’ hai satria, siapa anda yang hendak masuk sayembara, jangan mati tanpa nama,’’ berkata pangeran sukalila,’’ putra Negara syam, sukalila namaku, anda perempuan siapa di keroyok oleh orang dua puluh lima Negara, rupanya anda prajurit perwira sakti, ulahnya cekatan, pantas lebih seyogya anda kalau di peristri olehku, jangan anda melakukan berperang sendirinya, apa karenanya anda dikeroyok, aku hendak membantu.’’ Nyi mas gandasari berkata,’’ aku mengadakan sayembara, siapa saja yang bisa menangkap mengungguli saya niscaya saya akan mengabdi kepadanya sebagai seorang istri, walaupun orang melarat kalau bisa menangkap saya, itu tandanya jodoh saya.’’ 
Berkata pangeran sukalila,’’ sebaliknya anda menurut kepadaku untuk menghindari kemungkinan tewas, sayang sekali oleh kecantikan anda yang punjul.’’ Berkata sang putri,’’ hai satria di sayangkan sekali sombong perkataan anda, kalau anda sungguh perwira sakti sediakanlah dada anda di timpa sarotamaku/tumbakku.’’ Segera sang putri melepas sarotama dan melepas senjata-senjata laksana hujan. Jeng pangeran memadahi sebuah panah pun tidak ada yang mempan. Segera sang putri mencabut patrem di tusuk-tusukkannya. Jeng pangeran hanya berdiri tidak bergeming sambil senyum. Sang putri segera di tangkapnya tapi tidak tertangkap seperti menangkap bayangan, jeng putri masuk ke dalam bumi,jeng pangeran sudah ada di belakangnya.  Sang putri melesat ke angkasa bersembunyi di mega putih. Jeng pangeran nyusul dan sudah ada dihadapannya. Sang putri lenyap memasuki bunga cempaka. Jeng pangeran merupa jadi lebah, kembang di hisap sarinya, lalu sang putri keluar lari, dikejar olehnya dari belakang.... Bersambung
Sumber:
Share this article :

Post a Comment

 
Support : the balina | Mas Template
Copyright © 2011. BLOGE WONG BODO - All Rights Reserved
Site Meter
Page Rank Check Template Created by Creating Website Publised by Bloge Wong Bodo
Proudly powered by Blogger