Latest Post

Kisah Petani dan Keledai Tua

Written By Mas Toto on February 12, 2013 | 9:03 AM

Kisah Petani dan Keledai Tua

Suatu hari ada seekor keledai milik seorang petani yang jatuh ke dalam sumur yang dalam dan kering. Binatang tersebut menangis dengan nyaring selama beberapa jam, sementara itu sang petani tersebut mencoba mencarikan jalan keluarnya.

Akhirnya, dia memutuskan bahwa keledai itu sudah terlalu tua, sumur itu juga perlu ditutup, dan menolong keledai tersebut merupakan suatu usaha yang sia-sia belaka. Petani itu lalu mengundang tetangganya untuk datang ke lokasi guna membantunya mengubur keledai tersebut di dalam sumur untuk menghentikan kesengsaraannya.

Mereka semuanya memegang cangkul dan mulai menimbunkan tanah ke dalam sumur. Pada awalnya, keledai tersebut menyadari apa yang sedang terjadi dan lagi-lagi menangis dengan begitu memilukan.
Tidak lama kemudian, semua orang menjadi tercengang karena keledai tersebut tiba-tiba diam. Setelah beberapa cangkulan kemudian, petani tersebut melongok ke dalam sumur dan begitu terpana atas apa yang dilihatnya. Keledai tersebut melakukan suatu hal yang memukau atas setiap cangkulan tanah yang menimpa punggungnya. Keledai tersebut melepaskannya dengan menggoyangkan badannya dan lalu melangkah naik ke atas tanah yang telah jatuh tersebut!

Setiap kali mereka menjatuhkan cangkulan tanah ke atas binatang tersebut, keledai itu akan melepaskannya dan melangkah ke atasnya. Tidak lama kemudian, semua orang kagum begitu sang keledai memenangkan perjuangan tersebut dengan melangkah naik di pinggir sumur dan meloncat keluar!
Apa yang kelihatan sepertinya akan menimbun dirinya ternyata bagi keledai tua tersebut justru menjadi suatu berkah. Justru hal itu merupakan suatu jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.
Pelajarannya adalah bahwa jika kita menghadapi masalah, tanggapilah secara positif dan jangan menjadi panik serta terlarut dalam kegetiran. Justru dari masalah tersebut biasanya terdapat potensi yang bermanfaat dan merupakan berkah buat kita!

Kisah Islami (siapa yang paling jelek)

Ternyata Aku Paling Jeleknya


Ada suatu kisah seorang santri yg menuntut ilmu pada seorang Kyai. Bertahun-tahun telah ia lewati hingga sampai pada suatu ujian terakhir. Ia menghadap Kyai untuk ujian tersebut. "Hai Fulan, kau telah menempuh semua tahapan belajar dan tinggal satu ujian, kalau kamu bisa menjawab berarti kamu lulus ", kata Kyai. "Baik pak Kyai, apa pertanyaannya ?". "Kamu cari orang atau mahkluk yang lebih jelek dari kamu, kamu aku beri waktu tiga hari !".
 
Akhirnya santri tersebut meninggalkan pondok untuk melaksanakan tugas dan mencari jawaban atas pertanyaan Kyai-nya.

Hari pertama, sang santri bertemu dengan si Polan pemabuk berat yg dapat di katakan hampir tiap hari mabuk-mabukan. Santri berkata dalam hati, "Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus ". Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya. "ah Belum tentu, sekarang Polan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Alloh memberi Hidayah (petunjuk) dan dia Khusnul Khotimah dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat di kehendaki Suul Khotimah,bagaimana ? Dia belum tentu lebih jelek dari saya.

Hari kedua, santri jalan keluar rumah dan ketemu dengan seekor anjing yg menjijikan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dsb. Santri bergumam, "Ketemu sekarang yg lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi " . Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya. Waktu akan tidur sehabis Isya, dia merenung, "anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Alloh, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yg sangat berat yg kalau aku berbuat banyak dosa akan masuk neraka aku. Aku tidak lebih baik dari anjing itu.

Hari ketiga akhirnya santri menghadap Kyai. Kyai bertanya, "sudah dapat jawabannya muridku ?" "Sudah guru", santri menjawab. " Ternyata orang yang paling jelek adalah saya, guru! ". Sang Kyai tersenyum, "Kamu aku nyatakan lulus".

Pelajaran yg dapat kita petik adalah: Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong/merasa lebih baik dari orang/mahkluk lain. Yang berhak sombong adalah Alloh SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang/mahkluk lain yg sama-sama ciptaan Alloh.
semoga bermanfaat...

TAFAKUR 212 ( DUA, SATU, DUA )

Written By Mas Toto on February 5, 2013 | 12:23 PM

TAFAKUR 212 ( DUA, SATU, DUA )

Tafakur ialah : menghusukan diri kepada sang pencipta (Allah)
Dan yang di maksud 212 ialah : bacalah selalu du kalimah syahadat,dengan di barengi hati ingat kepada yang satu yaitu Allah, maka insa Allah lahir batihin, dunia akherat kita akan selamat.
Dalam bertafakur untuk mendapatkan hati yang tenag dan kekhusuan maka kita harus menutup jalan yang empat dan dzikrullah yaitu : mata, mulut, hidung, telinga, dan dalam nadzom syehuna :
*  Tutup dalan papat ati bisa bening, mata, cangkem, cungur,kuping dikon eling *
untuk itu caranya ada 3 (tiga) :
1.  Cipta   : yaitu mata kita di usahakan supayaselalu melihat dan mencipta pada diri kita sendiri yang sedang bertafakur, jangan melihat pada yang lain. Karena tugas mata di sini untuk mengawasi dzikirnya lidah dan hatijangan sampai berhenti.
2.  Karya   : yaitu bacaan-bacaan wiridan,puji dina yang di baca oleh lidah
3.  Rasa   : Dan ayat yang pertama di turunkan adalah IQra (bacalah) dengan menyebut nama tuhanmuyang menciptakan. Maksudnya jika kita membaca ayat-ayat Allah di barengi hati eling Allah,(cangkem ngucap ati jalan *inget Allah* )
Pegangan hidup manusia adalah hati, maka berhati-hatilah dalam hidup ini jangan sampai hatinya mati, karena orang yang hatinya mati, akan mudah melakukan kesalahan, dosa,maksit, maka pandai-pandailah menjaga hati.
Firman Allah :
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ (٥٦ 
Artinya :  Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka (beribadah) menyembah-ku ( Qs. Adz-Dzuriyaat : 56 )
*  Ingatlah ! hanya dengan mengingat Allah, maka hati akan menjadi tenang.
Nadzom
Ayu batur di rubah kita pikire, eling Allah kang akeh muji dzikire.
Anak bodo, rabo bodo,anakula bangeteng bodo, nuhun paring iftahlana, kabeh Aurad apalna.
SUMBER: http://ngajisyahadat.blogspot.com/

RENUNGAN MALAM

RENUNGAN MALAM

Ya Rabby ......

Aku hanyalah sebutir pasir di gurun Mu yang luas ,,,

Aku hanyalah setetes embun di lautan Mu yang meluap hingga ke seluruh samudra ,,,

Aku hanya sepotong rumput di padang mu yang memenuhi bumi ,,,

Aku hanya sebutir kerikil di gunung Mu yang menjulang menyapa langit ,,,

Aku hanya seonggok bintang kecil yang redup di samudra langit Mu yang terntang luas ,,,


Ya Rabby …
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapan Mu ,,,

Tiada Engkau sedikitpun memerlukanku akan tetapi,
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada Mu ,,,

Ya Rabby ...
Abdiku tiada arti ,,,

Ibadahku hanya sepercik air ,,,

Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka Mu ,,,

Betapa sadar diri begitu hina dihadapan Mu ,,,

Diri ini penuh dengan kemaksiatan ,,,

Mulut ini penuh dengan kemaksiatan ,,,

Mata ini penuh dengan kemaksiatan ,,,

Hati ini telah terkotori oleh noda ,,,

Namun kami memiliki keinginan setinggi langit ,,,

Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajah Mu Yang Mulia Lagi Maha Tinggi ??

Ya Rabby ....
Kami adalah hamba yang fakir di hadapan Mu ,,,

Tapi juga kikir dalam mengabdi kepada Mu ,,,

Semua makhluk Mu meminta kepada Mu ,,,

Dan pintaku Ya Rabby ,,,
Ampunilah kami dan sudara saudara kami yang telah memberi arti dalam hidup kami ,,,

Sukseskanlah mereka ,,,

Mudahkanlah urusan mereka ,,,

Mungkin tanpa kami sadari, kami pernah melanggar aturan Mu ,,,

Melanggar aturan qiyadah kami, bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah yang telah Engkau percayakan kepada kami ,,,

Duhai Dzat Yang Maha Pengampun ,,,
Ampunilah kami ,,,

Pertemukan kami dalam syurga Mu dalam bingkai kecintaan kepada Mu ,,,

Ya Rabby ...
Siang kami tak selalu dalam iman yang teguh ,,,

Malam kami tak senantiasa dibasahi airmata taubat ,,,

Pagi kami tak selalu terhias oleh dzikir pada Mu ,,,

Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit ,,,

Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu ,,,

Atau dalam maksiat kepada Mu ,,,

Ya Rabb kami ,,,
Tutuplah untuk kami dengan sebaik-baiknya penutupan !!

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ حُسْنَ الْخَاتِمَةِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سُوْءِ الْخاَتِمَةِ

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada Mu husnul khatimah dan aku berlindung kepada Mu dari su’ul khatimah.”

Cinta Seorang Anak Gembala


gembalaPada zaman dahulu, hidup seorang gembala yang bersemangat bebas. la tidak punya uang dan tidak punya keinginan untuk memilikinya. Yang ia miliki hanyalah hati yang lembut dan penuh keikhlasan; hati yang berdetak dengan kecintaan kepada Tuhan.
Sepanjang hari, ia menggembalakan ternaknya melewati lembah dan ladang melagukan jeritan hatinya kepada Tuhan yang dicintainya, "Duhai Pangeran tercinta, di manakah Engkau, supaya aku dapat persembahkan seluruh hidupku kepada-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menghambakan diriku pada-Mu? Wahai Tuhan, untuk-Mu aku hidup dan bernapas. Karena berkat-Mu aku hidup. Aku ingin mengorbankan domba-Ku ke hadapan kemuliaan-Mu."
Suatu hari, Nabi Musa melewati padang gembalaan tersebut. la memperhatikan sang Gembala yang sedang duduk di tengah ternaknya dengan kepala yang mendongak ke langit. Sang gembala menyapa Tuhan, "Ah, di manakah Engkau, supaya aku dapat menjahit baju-Mu, memperbaiki kasur-Mu, dan mempersiapkan ranjang-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menyisir rambut-Mu dan mencium kaki-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat mengilapkan sepatu-Mu dan membawakan air susu untuk minuman-Mu?"

Musa mendekati Gembala itu dan bertanya, "Dengan siapa kamu berbicara?"

Gembala menjawab, "Dengan Dia yang telah menciptakan kita. Dengan Dia yang menjadi Tuhan yang menguasai siang dan malam, Bumi dan langit."

Nabi Musa murka mendengar jawaban gembala itu, "Betapa beraninya kamu bicara kepada Tuhan seperti itu! Apa yang kamu ucapkan adalah kekafiran. Kamu harus menyumbat mulutmu dengan kapas supaya kamu dapat mengendalikan lidahmu. Atau paling tidak, orang yang mendengarmu tidak menjadi marah dan tersinggung dengan kata-katamu yang telah meracuni seluruh angkasa ini. Kau harus berhenti bicara seperti itu sekarang juga karena nanti Tuhan akan menghukum seluruh penduduk bumi ini akibat dosa-dosamu!"

Sang Gembala segera bangkit setelah mengetahui bahwa yang mengajaknya bicara adalah seorang nabi. Ia bergetar ketakutan.

Dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya, ia mendengarkan Nabi Musa yang terus berkata, "Apakah Tuhan adalah seorang manusia biasa sehingga Ia harus memakai sepatu dan alas kaki? Apakah Tuhan seorang anak kecil yang memerlukan susu supaya Ia tumbuh besar? Tentu saja tidak. Tuhan Maha sempurna di dalam diri-Nya. Tuhan tidak memerlukan siapa pun. Dengan berbicara kepada Tuhan seperti yang telah engkau lakukan, engkau bukan saja telah merendahkan dirimu, tetapi kau juga merendahkan seluruh ciptaan Tuhan. Kau tidak lain dari seorang penghujat agama. Ayo, pergi dan minta maaf, kalau kau masih memiliki otak yang sehat!"

Gembala yang sederhana itu tidak mengerti bahwa apa yang dia sampaikan kepada Tuhan adalah kata-kata yang kasar. Dia juga takmengerti mengapa nabi yang mulia telah memanggilnya sebagai seorang musuh, tetapi ia tahu betul bahwa seorang nabi pastilah lebih mengetahui daripada siapa pun. Ia hampir tak dapat menahan tangisannya.

Ia berkata kepada Musa, "Kau telah menyalakan api di dalam jiwaku. Sejak ini, aku berjanji akan menutup mulutku untuk selamanya." Dengan keluhan yang panjang, ia berangkat meninggalkan ternaknya menuju padang pasir.

Dengan perasaan bahagia karena telah meluruskan jiwa yang tersesat, Musa melanjutkan perjalanannya menuju kota. Tiba-tiba, Allah Yang Mahakuasa menegurnya, "Mengapa engkau berdiri di antara Kami dengan kekasih Kami yang setia? Mengapa engkau pisahkan pecinta dari yang dicintai-nya? Kami telah mengutus engkau supaya engkau dapat menggabungkan kekasih dengan kekasihnya, bukan memisahkan ikatan di antaranya."

Musa mendengarkan kata-kata langit itu dengan penuh kerendahan dan rasa takut.

Tuhan berfirman, "Kami tidak menciptakan dunia supaya Kami memperoleh keuntungan darinya. Seluruh makhluk diciptakan untuk kepentingan makhluk itu sendiri. Kami tidak memerlukan pujian atau sanjungan. Kami tidak memerlukan ibadah atau pengabdian. Orang-orang yang beribadah itulah yang mengambil keuntungan dari ibadah yang mereka lakukan. Ingatlah, bahwa di dalam cinta, kata-kata hanyalah bungkus luar yang tidak memiliki makna apa-apa. Kami tidak memperhatikan keindahan kata-kata atau komposisi kalimat. Yang Kami perhatikan adalah lubuk hati yang paling dalam dari orang itu. Dengan cara itulah Kami mengetahui ketulusan makhluk Kami walaupun kata-kata mereka bukan kata-kata yang indah. Buat mereka yang dibakar dengan api cinta, kata-kata tidak mempunyai makna."

Suara dari langit selanjutnya berkata, "Mereka yang ter-ikat dengan basa-basi bukanlah mereka yang terikat dengan cinta dan umatyang beragama bukanlah umatyang mengikuti cinta karena cinta tidak mempunyai agama selain kekasihnya sendiri." Tuhan kemudian mengajarinya rahasia cinta.

Setelah memperoleh pelajaran itu, Nabi Musa mengerti kesalahannya. Sang Nabi pun merasa menderita penyesalan yang luar biasa. Dengan segera, ia berlari mencari gembala itu untuk meminta maaf. Berhari-hari, ia berkelana di padang rumput dan gurun pasir, menanyakan orang-orang apakah mereka mengetahui pengggembala yang dicarinya.

Setiap orang yang ditanyainya menunjuk arah yang berbeda. Hampir, ia kehilangan harapan, tetapi akhirnya Allah Swt. mempertemukannya dengan gembala itu. Ia tengah duduk di dekat mata air. Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut masai. Ia berada di tengah tafakur yang dalam sehingga ia tidak memperhatikan Musa yang telah menunggunya cukup lama.

Akhirnya, gembala itu mengangkat kepalanya dan melihat Nabi Musa.

Musa berkata, "Aku punya pesan penting untukmu. Tuhan telah berfirman kepadaku bahwa tidak diperlukan kata-kata yang indah bila kita ingin berbicara kepada-Nya. Kamu bebas berbicara kepada-Nya dengan cara apa pun yang kamu sukai, dengan kata-kata apa pun yang kamu pilih. Apa yang aku duga sebagai kekafiranmu ternyata adalah ungkapan dari keimanan dan kecintaan yang menyelamatkan dunia."

Sang Gembala hanya menjawab sederhana, "Aku sudah melewati tahap kata-kata dan kalimat. Hatiku sekarang dipenuhi dengan kehadiran-Nya. Aku takdapat menjelaskan keadaanku padamu dan kata-kata pun tak dapat melukiskan pengalaman ruhani yang ada dalam hatiku." Kemudian, ia bangkit dan meninggalkan Nabi Musa.

Utusan Allah ini menatap sang Gembala sampai ia tak terlihat lagi. Setelah itu, ia kembali berjalan ke kota terdekat, merenungkan pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang gembala sederhana yang tidak berpendidikan.
Doa sejati yang paling tinggi adalah perenungan Tuhan dengan kalbu yang murni, yang terlepas dari semua hasrat keduniawian, tidak terpaku pada sikap-sikap jasmaniah, tetapi dengan gerak-gerik jiwa. (Ibnu Sina)
 
Support : the balina | Mas Template
Copyright © 2011. BLOGE WONG BODO - All Rights Reserved
Site Meter
Page Rank Check Template Created by Creating Website Publised by Bloge Wong Bodo
Proudly powered by Blogger