Latest Post
Showing posts with label Artikel Islami. Show all posts
Showing posts with label Artikel Islami. Show all posts

Biografi Habib Rizieq

Written By Mas Toto on September 5, 2017 | 10:54 PM


IBRAH__BIOGRAFI ULAMA

ASADULLAH WA ROSULIHI

Habib Rizieq, Anak Pejuang RI, Imam Besar Pembela Islam

Siapa yang tidak mengenal sosok yang satu ini. Beliau seorang ulama besar Indonesia yang memiliki jutaan pengikut. Seorang tokoh Islam Indonesia yang dikenal sebagai pemimpin atau Imam Besar tidak hanya bagi FPI tapi Umat Islam. Beliau seorang mujahid tangguh, seorang orator ulung dan seorang singa podium ketika di atas panggung. Beliau mampu membangkitkan ruhul jihad didepan banyak orang. Beliau berani mengatakan yang haq itu haq dan yang batil itu batil walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Setiap pengajian atau atau tabligh akbar yang dimana beliau menjadi penceramahnya suka dihadiri oleh ribuan bahkan ratusan ribu orang.

Beliau adalah Al Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab, Lc.MA.DPMSS (محمّد رزق شهاب). Kelahiran Jakarta 24 Agustus 1965. Kemarin beliau genap 52 tahun, persis sama dengan usia Nabi Muhammad SAW ketika hijrah ke Madinah (Yatsrib).

Nasabnya hingga ke Rasulullah SAW

Nasab: Al Habib Muhammad Rizieq Shihab bin Husein bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Husein bin Muhammad bin Syeikh bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad Syihabuddin Al-Asghar bin Abdurrahman Al-Qadhi bin Ahmad Syihabuddin Al-Akbar bin Abdurrahman bin Syeikh Ali bin Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Segaf …bin Muhammad Maulad Daawilah bin Ali bin Alwi Ibnul Faqih bin Muhammad Al-Faqihil Muqaddam bin Ali Walidil Faqih bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Muhammad Djamaluddin bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra binta Rasulullah Muhammad SAW.

Nasab Istrinya

Nasab Istri Habib Rizieq Shihab adalah: Syarifah Fadhlun Yahya binti Faadhil bin Hasan bin Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Aqil bin Syeikh bin Abdurrahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alwi bin Muhammad Maulad Daawilah bin Ali bin Alwi Ibnul Faqih bin Muhammad Al-Faqihil Muqaddam bin Ali Walidil Faqih bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Muhammad Djamaluddin bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra binta Rasulullah Muhammad SAW.

Beliau memang keturunan Nabi Muhammad SAW yang ke-38. Beliau mewarisi ketegasan datuknya, kesantunan serta akhlaknya yang baik dan ilmunya yang luas. Meskipun begitu Al Habib Muhammad Rizieq pernah berkata: "Garis keturunan bukan untuk tujuan pamer. Jika itu adalah tujuan, maka merupakan kesombongan, dan itu adalah dosa."

Anak Pejuang RI

Al Habib Husein ayahnya Al Habib Rizieq meninggal dunia tahun 1966. Jadi, ketika itu Al Habib Rizieq baru berusia 11 bulan. ”Jadi saya mengenalnya hanya dari foto,” kata Al Habib Rizieq.

Sang ayah lahir tahun 1920-an, sebelum meninggal di Polonia, Jatinegara, berkata kepada seorang anggota keluarganya, "Tanyakan kepada putra saya ini, kalau sudah besar mau menjadi ulama atau jagoan. Kalau mau jadi ulama, didik agamanya dengan baik. Kalau mau jadi jagoan, berikan dia golok." Al Habib Rizieq pun tumbuh menjadi seorang ulama besar yang disegani oleh kawan maupun lawan. Menurut sejumlah teman almarhum Habib Husein Shihab merupakan pemimpin Pandu Arab. Al Habib Husein ini pernah bekerja di Rode Kruis (kini Palang Merah Indonesia) pada masa kembalinya Belanda setelah proklamasi kemerdekaan.

Al Habib Husein, yang ketika itu masih berusia 20 tahunan, bekerja di bagian logistik. Di sini beliau punya hubungan dengan para pejuang kemerdekaan. Beliau banyak memberikan makanan dan pakaian untuk para pejuang yang ketika itu bergerilya di Jakarta dan sekitarnya.

Rupanya pihak NICA (tentara Belanda) mengendus tingkah lakunya itu, karena ada kawannya sendiri yang tega mengkhianatinya dan melaporkannya pada NICA. Tanpa ampun lagi, Al Habib Husein Shihab pun ditangkap. Kedua tangannya diikat dan ia diseret dengan kendaraan Jeep. Di penjara beliau divonis hukuman mati oleh Belanda. Tapi, berkat bantuan Allah, Al Habib Husein Shihab berhasil kabur dari penjara dan melompat ke Kali Malang. Setelah diselamatkan oleh para laskar pimpinan KH. Noer Ali. Beliau selamat, meskipun bagian pantatnya tertembak. Beliau sadar setelah sebelumnya mendapat pertolongan dari KH Noer Ali, pejuang Bekasi yang sangat ditakuti NICA.

Pernah dalam suatu kesempatan Al Habib Muhammad Rizieq Shihab memperlihatkan foto ayahnya dengan istri Bung Karno, Fatmawati, dalam suatu upacara pada awal kemerdekaan. Al Habib Rizieq menyatakan bangga terhadap ayahnya punya semangat nasionalisme yang tinggi dan ikut membakar semangat para pemuda Arab melawan Belanda melalui Pandu Arab Indonesia serta merupakan seorang pejuang kemerdekaan.

Semenjak ayahnya meninggal Al Habib Muhammad Rizieq Shihab tidak dididik di pesantren. Namun, sejak berusia empat tahun Beliau sudah rajin mengaji dari masjid ke masjid. Ibunya yang sekaligus berperan sebagai bapak dan bekerja sebagai penjahit pakaian serta perias pengantin, sangat memperhatikan pendidikan Al Habib Muhammad Rizieq Shihab.

Pendidikan sekolahnya dimulai di SDN 1 Petamburan, SMP 40 Pejompongan, SMP Kristen Bethel Petamburan Jakarta, SMAN 4 Gambir, dan SMA Islamic Village (Tangerang) sampai pada tahun 1982. Kemudian tahun 1983 kuliah di LIPIA selama setahun kemudian Habib mendapat beasiswa dari OKI untuk melanjutkan studi S1 di King Saud University, jurusan Dirasah Islamiyah, Fakultas Tarbiyah. Tahun 1990 Habib Rizieq berhasil menyelesaikan studinya dan sempat mengajar di sebuah SLA di Riyadh selama 1 tahun lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1992. Studinya ke King Saudi University, Arab Saudi, yang diselesaikan dalam waktu empat tahun dengan predikat cum-laude. Beliau tinggal di Arab Saudi kurang lebih selama 7 - 8 tahun. Selanjutnya Al Habib Muhammad Rizieq Shihab juga telah menyelesaikan Studi Islam S2 dan S3 di Universitas Antar-Bangsa Malaysia.

Sebelum Beliau sekolah di luar negeri, Beliau juga sering menghadiri berbagai majelis taklim yang ada di Jakarta serta belajar pada para ulama dan Habaib yang ada di Jakarta.

Setelah pulang ke Indonesia beliau mulai mengajar bahkan menjadi kepala sekolah Madrasah Aliyah Jamiat Kheir, Jakarta. Selain itu, sekarang ini beliau masih menjabat sebagai Mufti Besar Kesultanan Darul Islam Sulu Malaysia (gelar: Datuk Paduka Maulana Syar'i Sulu). Jadi, gelar DPMSS merupakan singkatan dari mufti sulu.

Beliau menikah pada 11 September 1987 dengan Syarifah Fadhlun serta dikaruniai 7 orang anak perempuan: Rufaidah Syihab, Humairah Syihab, Zulfa Syihab, Najwa Syihab, dan Mumtaz Syihab, Fairuz Syihab dan Zahra Syihab. Anak-anak tersebut disekolahkan di Jami’at Khair, dan juga didatangkan guru privat (ilmu agama dan umum).

Mendirikan FPI

Al Habib Muhammad Rizieq Shihab mendeklarasikan berdirinya Front Pembela Islam (FPI) tanggal 17 Agustus 1998 atau tanggal 25 Robi’utsani 1419 H. Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Islam yang berpusat di Jakarta. Beliau dalam menegakkan amar maruf nahi munkar memang tegas dan tanpa pandang bulu. Organisasi yang mencanangkan Gerakan Nasional Anti Maksiat pada awal berdirinya. Maka, berbagai kritik, kecaman, tuduhan, tudingan, fitnah dan caci maki, teror, ancaman dan intimidasi kerapkali dialamatkan pada Habib dan organisasi ini.

Berbagai ujian dan cobaan menghantam Habib, serta para aktivis yang tergabung dalam FPI. Pada tanggal 3 Sya’ban 1419 H/ 22 November 1998 terjadi Peristiwa Ketapang, Jakarta, 22 November 1998, sekitar 200 anggota massa FPI bentrok dengan ratusan preman. Peristiwa ini menyeret FPI ke dalam tragedi berdarah yang menggemparkan dunia. Bahkan pada tanggal 11 April 1999 Al Habib Rizieq ditembak orang tak dikenal.

Alhamdulillah.. atas berkat pertolongan Allah SWT beliau selamat dari usaha pembunuhan tersebut. Setahun kemudian yaitu sepanjang tahun 2000 terjadi penangkapan besar-besaran terhadap aktivis FPI diberbagai wilayah.

Keluar Masuk Penjara

Benarlahlah kata pepatah “semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang angin menerjang”. Begitulah yang dialami oleh Al Habib Rizieq beserta para aktivisnya yang tergabung dalam FPI harus keluar masuk penjara serta menghadapi berbagai badai fitnah, cacian dan ancaman.

Tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2002 Al Habib Rizieq dipenjara dalam rumah tahanan Polda Metro Jaya tanpa ada alasan yuridis yang jelas. Kemudian dilanjutkan dengan tahanan rumah, lalu penangguhan penahanan hingga 20 April 2003. Akan tetapi, pada 21 April 2003 Al Habib Rizieq kembali dijebloskan ke penjara rumah Tahanan Salemba. Hal ini pun tanpa alasan hukum yang jelas.

Beberapa tahun kemudian tepatnya pada tanggal 30 Oktober 2008 Habib Muhammad Rizieq Syihab divonis 1,5 tahun penjara karena dinyatakan bersalah terkait penyerangan terhadap massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan atau AKKBB pada peristiwa Insiden Monas 1 Juni. Hal ini pun tanpa alasan hukum yang jelas.

Al Habib Rizieq sangat paham dan mengerti bahwa berbagai penahanan tersebut merupakan bagian dari upaya pemberangusan dakwah Habib bersama FPI dan gerakan amar maruf nahi munkarnya. Berbagai alasan dibuat, pasal berlapis disiapkan dan kedzoliman atas nama hukum dilakukan.

Namun, apapun bentuk kedzoliman yang dilakukan, Alhamdulillah.. FPI tetap eksis dan konsisten dengan perjuangan amar maruf nahi munkar. Bahkan jumlah anggota FPI semakin banyak. Diberbagai daerah dari ujung Merauke-Aceh sampai ke berbagai pulau yang ada di Indonesia dideklarasikan cabang-cabang FPI. Bahkan di Malaysia telah berdiri cabang FPI. Di negara lainpun seperti di Hadhramaut Yaman, Kairo Mesir telah terdapat cabang FPI yang tergabung dalam FMI (Front Mahasiswa Islam) yaitu organisasi sayap FPI.

Tidaklah heran jika Sulthanul Ilmi Al Habib Salim As Syathiri pimpinan Ribat Tariem Hadhramaut Yaman pernah berkata dalam Haul ayahandanya Al Quthb Al Habib Abdullah bin Umar As Syathiri, “Bahwa para habaib, ulama, shalihin serta aulia banyak sekali di bumi ini termasuk di Indonesia. Akan tetapi, sangat jarang sekali ada seorang habib yang berani seperti Habib Rizieq. Mungkin adanya hanya 800 tahun sekali itu juga dulu ketika zaman Al Imam Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi”.

Kerja Sosial

Al Habib Rizieq berdakwah memang bukan saja melakukan amar maruf nahi munkar dan berjihad, akan tetapi Al Habib Rizieq bersama FPI melakukan berbagai bakti sosial diberbagai penjuru negeri yang ada di Indonesia. Hal ini tentu mengundang simpati masyarakat dan berbagai kalangan. Sangat berbeda jauh dengan pemberitaan-pemberitaan diberbagai media sosial yang selalu menyudutkan atau memojokkan Habib dan FPI. Beberapa bakti atau aksi sosial yang dilakukan oleh Al Habib Rizieq bersama FPI adalah sebagai berikut:

1. Menjadi evakuator mayat terbanyak ketika terjadi Tsunami di Aceh

Menteri Sosial ketika itu, Dr. Salim Segaf mengapresiasi kontribusi FPI selama ini. "Saya pernah mengunjungi Habib Rizieq dan kawan-kawan FPI ketika bencana tsunami Aceh, saya salut kepada FPI yang telah mengevakuasi puluhan ribu mayat ketika itu," ujarnya.

"Saat bencana Tsunami Aceh saya bertemu Habib Rizieq, ternyata beliau dan laskar FPI itu tinggal di kuburan dengan mendirikan tenda-tenda bukan di hotel. Habib Rizieq memimpin laskar untuk mengevakuasi mayat selama 4 bulan. Subhanallah, inilah yang FPI lakukan. Bayangkan, tinggal di kuburan, kita semalam aja udah takut, ini 4 bulan," ujar menteri sosial menceritakan.

Dalam peristiwa bencana tsunami di Aceh tahun 2004 lalu, dengan biaya sendiri serta peralatan seadanya FPI berhasil mengevakuasi sekitar 100 ribu mayat, banyak mayat yang sulit dievakusi namun bisa diatasi oleh anggota FPI, bahkan relawan FPI-lah yang menemukan mayat. Jasa besar FPI itu hampir tidak diberitakan sama sekali oleh media-media sekuler. Dalam tugu Tsunami disitu ditulis bahwa FPI merupakan yang terbanyak dalam mengevakuasi mayat sedangkan urutan selanjutnya adalah TNI Polri dan lembaga lainnya.

2. Gempa Padang. Seperti halnya di Aceh relawan FPI juga banyak yang turun ke Padang. Bahkan hingga berbulan bulan menolong korban gempa.

3. Gempa Jogja

4. Letusan Merapi Jogja

5. Longsor Leuwi Gajah

6. Air bah Morowali

7. Jebolnya tanggul Situ Gintungg Tangerang.

8. Tsunami di Pangandaran

9. Longsor di Ciwidey Bandung dan berbagai tempat lainnya yang mengalami bencana Relawan FPI selalu terdepan.

10. Bantuan untuk Palestina rutin setiap tahunnya tak kurang dari Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah).

11. Pembagian sembako bagi orang-orang yang tidak mampu di berbagi tempat.

12. Banjir Bandang yang baru baru ini menimpa Garut Jawa Barat. Relawan FPI tetap bertahan sebulanan ini hingga kini dan hingga nanti tuntas.

Kerjasama FPI dengan Kemensos RI secara nasional dalam Program Bedah Kampung. Ribuan rumah miskin di puluhan kampung Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Purwakarta, Pasuruan, Palu, dan Gresik, berhasil dibedah.

Kerjasama FPI dengan Kemenag RI dalam Program Pengembalian Ahmadiyah kepada Islam. Ribuan pengikut Ahmadiyah taubat dan masuk Islam. Seperti di Tenjo Waringin Tasik, 800 warga Ahmadiyah kembali pada Islam.

Sejumlah Pemda di berbagai Daerah bekerjasama dengan FPI dalam program kebersihan lingkungan, penyuluhan kesehatan, pemberantasan hama pertanian, penghijauan lahan gundul, dan sebagainya.

Bahkan pernah ada kerjasama FPI dengan almarhum Taufiq Kiemas Pimpinan MPR RI dalam pemantapan Empat Pilar RI. FPI tidak pernah menolak Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bineka Tunggal Ika selama ditafsirkan secara benar dan lurus.

Maka itu Mantan Menteri Dalam Negeri Indonesia Gamawan Fauzi pernah mengimbau agar Kepala Daerah bisa menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat ini.

Bahkan saat ini FPI sudah melakukan upaya pencegahan banjir Jakarta dengan mereboisasi daerah hulu sungai yang mengarah ke Ibu Kota. Lokasi bertempat di Pesantren Agrikultural dareah Gunung Pangrango, Puncak. Pada Januari FPI menanam sekitar 40 ribuan pohon.

Habib Rizieq menargetkan agar di bulan Desember ini ada 300 ribu pohon tertanam di sana. Sehingga dua tahun kedepan ada satu juta pohon untuk reboisasi hutan Lokasi. Di daerah tersebut ada empat aliran sungai yang mengarah ke Jakarta.

Aksi sosial tersebut merupakan sebagian kecil yang sudah disumbangkan oleh FPI untuk masyarakat dan bangsa Indonesia. Masih banyak kegiatan-kegiatan positif lainnya yang telah dilakukan oleh Al Habib Rizieq Shihab bersama FPI.

Saat terjadi penistaan Al-Quran, Habib Rizieq tampil didepan memimpin Umat dalam membela Al-Quran.

Semoga bermanfaat...

Sumber: facebook.com

UMAT KANJENG NABI

Written By Mas Toto on March 14, 2016 | 10:23 PM

"UMAT KANJENG NABI"

Umat Kanjeng Nabi Syahadat Loro Kawitane

Umat Kanjeng Nabi Sholawat Tunjina Wiridane

Umat Kanjeng Nabi Dhuha Tahajud Kelakuane

Umat Kanjeng Nabi Sorban Jubah Pakeane

Umat Kanjeng Nabi Tawasulan Kesenengane

Umat Kanjeng Nabi Eling Allah Ning Atine

Umat Kanjeng Nabi Ning Suargo Panggonane

Semoga bermanfaat...


Jin Ceramah di "Dua Dunia"

Jin ceramah versi  "Dua Dunia"

7 PEDOMAN MERAIH KEBAHAGIAAN

Written By Mas Toto on March 5, 2016 | 12:20 PM


7 PEDOMAN MERAIH KEBAHAGIAAN
Menurut Imam Ali bin Abi Thalib Karromallahu Wajhahu
1 -لَا تكْرَه أَحَدا مهما أَخْطَأ فِي حَقِّك
1.Jangan membenci siapapun meski ia melanggar hakmu.
2 -لَا تَقْلَق أَبَدا مَهْمَا بَلغْت الْهُمُوْم
2. Jangan panik meski penderitaanmu sedang memuncak.
3 -عِش فِي بَسَاطَة مَهْمَا عَلَا شَأْنُك
3. Hiduplah sederhana meski statusmu tinggi.
4 -تَوَقَّع خَيْرَا مَهْمَا كَثُر الْبَلَاء
4. Berharaplah kebaikan meski engkau sedang ditimpa bencana bertubi-tubi.
5 -أعْطِ كَثِيْرَا و لَو حُرِمْت
5. Berikan sebanyak yang kau punya meski kau sedang dalam kesulitan.
6 -ابْتَسِم و لَو الْقَلْب يَقْطُر دَما
6. Senyumlah meski hatimu mengucurkan darah (karena derita).
7 -لَا تَقْطَع دُعَاءَك لِأَخِيْك الْمُسْلِم بِظَهْر الْغَيب
7. Jangan hentikan doamu untuk saudaramu sesama Muslim meski ia tidak sedang bersamamu (di luar sepengetahuannya)
---------------------------------------------------------------------------------------------
Semoga bermanfaat..

Akal dan Nafsu

Oleh: MIBINIBINU
Sebelum menciptakan manusia, Allah سبحانه و تعالى telah terlebih dahulu menciptakan AQAL dan NAFSU, tertera dalam kitab Durratun Nasihin karangan Syaikh Ustman bin Hasan as-Syakir, dalam hadist qudsi di sebutkan, Saat Allah سبحانه و تعالى menciptakan Aqal, Allah سبحانه و تعالى mengajukan pertanyaan pada Aqal, Yaa ayyuhal aqli, man anta wa man ana, Wahai Aqal, siapakah kamu dan siapakah Aku?,
ketika menerima pertanyaan , “Siapa kamu dan siapa Aku?” aqal menjawab “Ana A’bdun wa anta Rabbun.” saya hamba-Mu Dan Engkau Tuhanku...

Di sisi lain, saat Allah سبحانه و تعالى menciptakan Nafsu, dan di ajukan pertanyaan yang sama, nafsu menjawab, Ana ana wa anta anta, Aku ya aku, dan kamu ya kamu, lantas Allah سبحانه و تعالى memasukkan ke neraka panas selama 1000 tahun, setelah itu nafsu di tanya lagi, namun tetap gak kapok juga dengan menjawab hal yang sama, lantas di masukkan ke neraka dingin selama 1000 tahun, setelah itu di tanya lagi, tetap juga sama jawabannya, lalu di masukkan ke neraka lapar selama 1000 tahun, lalu di angkat dan di tanya lagi, baru menjawab Ana abdun wa Anta Robbun.
Aqal adalah makhluq suci dengan fithrah Illahi, Aqal itu ibarat kusir yang mengendalikan nafsu.

Di manakah letak Aqal dan nafsu?
Aqal dan nafsu itu terletak di dalam QOLBU, qolbu dalam arti jasmani adalah organ jantung manusia, di terangkan dalam hadist nabi riwayat muslim, Nabi bersabda : "Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah "Qolbu" ". ( Hadis Riwayat Bukhori ).

Qolbu dalam bahasa arab artinya jantung, menurut Imam Al-ghozali, perenungan itu dilakukan mulai dari qolbu yang berpusat di dada, bukan dilakukan melalui pemikiran (al-fikri) dalam otak kepala..

Firman Allah :

46 أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَـٰكِن تَعْمَىالْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Afalam yasiiruu fii l-ardhi fatakuuna lahum quluubun ya'qiluuna bihaa aw aatsaanun yasma'uuna bihaa fa-innahaa laa ta'maa l-abshaaru walaakin ta'maa lquluubullatii fii shshuduur [22:46]

"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai qolbu, dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah qolbu yang di dalam dada". (QS. Al-hajj 22:46)

Di jelaskan pada ayat di atas, bahwa qulub atau qolbun itu letaknya fis shuduur, di dalam dada, dan yang ada di dada itu adalah jantung (heart), bukan hati / liver, yang berada di bawah dada, di atas perut.

Dalam alqur'an di jelaskan...Bahwa sesungguhnya ILMU itu letaknya di jantung qolbun fis shuduur, ilmu itu mencakup Aqal dan Nafsu.
Dalam jantung, ada syaraf-syaraf yang bersambung ke otak. Otak ada dua bagian, yaitu otak kanan yang disebut EQ, tempat syaraf emosional, seperti marah, sedih, senang, takut, dll. DI sinilah yang menghubungkan dengan NAFSU yang berpusat di jantung. Yang kedua yaitu otak kiri yang menghubungkan syaraf memory, kecerdasan, berfikir, daya ingat, rasional, yang disebut IQ pusat intelegensi, di sinilah PUSAT AQAL yang berhubungan dengan syaraf di jantung.

Jantung bukan sekedar pemompa energy yang berupa darah menuju ke otak, sebab jantung adalah pusat segala energy yang ada, detakan jantung itu tidaklah bekerja otomatis, tapi di kendalikan oleh Sang Maha Pengendali.

Saat manusia menforsir daya otak kiri-nya, maka jantung bereaksi, begitu juga jika perasaan cinta, benci, senang, sedih, di otak kanan bangkit, maka akan bereaksi pada jantung.

Imam ghozali berpendapat dengan dasar ayat alqur'an di atas, bahwa ILMU itu bukan di otak, tapi di dalam qolbu, penglihatan itu bukan pada mata, tapi di dalam qolbu, pendengaran itu bukan pada telinga, tapi di dalam qolbu, pembicaraan itu bukan pada mulut, tapi di jantung qolbu haqiqotun..

Otak, mata, telinga, mulut, itu hanyalah peralatan yang berupa RAGA, yang di kendalikan oleh AQAL dan NAFSU yang terletak dalam JANTUNG QOLBU.

Lalu apakah ruh itu ???

85 وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

Wayas-aluunaka 'ani rruuhi quli rruuhu min amri rabbii wamaa uutiitum mina l'ilmi illaa qaliilaa [17:85]

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. al-isra 85)

Alqur'an sendiri telah menegaskan, bahwa Ruh itu adalah urusan-Nya, Kita tidak tahu melainkan sedikit, sedikit bagi Allah سبحانه و تعالى akan pengetahuan manusia.

Ruh ibarat Energi, ruh dalam lafadz arab, berasal dari kata "riih" رياح yang maknanya angin.

Dalam ilmu pengetahuan eksak, gerakan angin itu terjadi karena reaksi energi elektromagnetic, yang terus bergerak, energi elektromagnetic ini dalam unsur atom di sebut elektron yang kita rasakan sebagai energi aliran listrik.

Dan ternyata, tiada satupun profesor di dunia yang dapat menjelaskan apakah listrik itu dengan paten, seperti halnya tiada seorang ulama' yang dapat menjelaskan apakah ruh itu.

Yang kita tahu, hanyalah sebatas pengertian bahwa, ruh itu adalah energi yang dapat menghidupkan benda organik, sedangkan listrik itu adalah energi yang dapat menghidupkan benda anorganik.

Jadi, ruh itu bukanlah seperti di film atau gambar, yang berbentuk bayangan, atau asap, sungguh berlepas diri tentang hal itu.

Begitu juga listrik, bukan lah petir yang berapi, terang, seperti dalam gambar, itu hanyalah reaksi percikan api, yang panas, sedangkan listrik sendiri tidak berwarna, tidak terlihat, juga bukan kalor atau panas.

Kesimpulannya..
RAGA itu di kendalikan oleh AQAL dan NAFSU yang terletak dalam QOLBU yang dapat hidup karena ada RUH dengan KUASA الله سبحانه و تعالى
Wallahu'alam Bisshowab.

Semoga bermanfaat...

AWASILAH HATI AGAR MUDAH DIOBATI

UNTUK KITA RENUNGKAN
AWASILAH HATI AGAR MUDAH DIOBATI

Hati (qalb) dinamakan hati karena suka berbolak-balik (taqallub).
Harta (maal) dikatakan harta karena mencondongkan (amaala) manusia dari kebenaran.
Manusia (insan) disebut manusia karena suka lupa (nisyan).
Hati yang menjadi raja bagi anggota tubuh ini adalah sebagai patokan baik dan buruk bagi anggota tubuh.

Hati ada tiga jenis, yaitu:
1. Hati yang sehat (qalbun salim)
2. Hati yang sakit (qalbun saqim)
3. Hati yang mati (qalbun mayyit)
Hati yang sehat adalah hati yang takut terhadap azab akhirat dan mengharapkan rahmat dari Allah SWT.
Hati yang sakit cirinya adalah bila timbul rasa malas dalam menjalankan kebaikan (perintah Allah).
Hati yang mati menyebabkan tidak mempan dengan segala nasihat yang ada...

Semoga bermanfaat...


ANTARA KUFUR DAN SYUKUR

Written By Mas Toto on May 11, 2013 | 2:09 AM

ANTARA KUFUR DAN SYUKUR

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 13 Desember 2011 pukul 4:50
Ibnu al-Qayyim memgemukakan beberapa hadis yang menyebut kafir secara mutlak terhadap kemaksiatan-kemaksiatan tertentu. Menurut beliau:

"Kemaksiatan ialah perbuatan yang termasuk jenis kufr (kafir) kecil. Ia merupakan lawan syukur yang berupa pelaksanaan ketaatan. Karena itu. apa yang diusahakan (dilakukan) manusia adakalanya berupa syukur dan adakalanya berupa kufr, dan boleh jadi tidak termasuk syukur dan tidak termasuk kufr."

Kufur dengan arti pertama--yakni kufur akbar (kekafiran besar)--merupakan lawan dari iman. Pelakunya disebut kafir, yakni lawan dari mukmin. Allah berfirman:

فَمِنْهُم مَّنْ ءَامَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَ

"...Maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) diantara mereka yang kafir..." (Al-Baqarah:253)

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِ

"Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kekafiran)..." (Al-Baqarah:257)

كَيْفَ يَهْدِى ٱللَّهُ قَوْمًۭا كَفَرُوا۟ بَعْدَ إِيمَٰنِهِمْ

"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman..." (Ali Imran:86)

Adapun kufur (kafir) dalam arti yang kedua--yaitu kekafiran kecil--lawannya adalah syukur. Manusia ada yang bersyukur terhadap nikmat Allah, dan ada pula yang kafir (kufur), tidak menunaikan hak-haknya, meskipun tidak mengingkarinya.
Dalam menyifati manusia Allah berfirman:

إِنَّا هَدَيْنَٰهُ ٱلسَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًۭا وَإِمَّا كَفُورًا

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (Al-Insan:3)

وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّۭ كَرِيمٌۭ

"...Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya mereka bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia." (An-Naml:40)

Diriwayatkan dalam SHAHIH BUKHARI tentang sebab-sebab dimasukkannya wanita-wanita (tertentu) ke dalam neraka ialah karena mereka kafir (kufur). Kemudian para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka kafir kepada Allah?" Beliau menjawab: "Mengufuri pergaulan, dan mengufuri kebaikan."

Al-Qurthubi mengatakan bahwa perkataan "kufur" menurut syari'at ialah mengingkari sesuatu yang sudah diketahui dengan pasti sebagai ajaran Islam.
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, "Perkataan 'kufur' dalam istilah syara' juga berarti mengingkari nikmat, tidak mensyukuri Pemberi nikmat, tidak menunaikan hak-hak-Nya, sebagaimana ditetapkan di dalam kitab AL-IMAN_Bab "Kufrun duuna Kufrin" dalam hadis Abu Said: "Yakfurna al-ihsan..." (mereka kufur kepada kebaikan...)

Ungkapan "kufrun duuna kufrin" (kekafiran dibawah kekafiran) ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan sebagian tabi'in dalam menafsirkan firman Allah:

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰفِرُونَ

"...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka iitu adalah orang-orang yang kafir." (Al-Maa'idah:44)

Dengan demikian,pengelompokan "kafir" kepada kafir besar dan kafir kecil tidak lain merupakan pembagian yang diriwayatkan oleh ulama salaf. Pembagian ini juga berlaku untuk syirik, munafik, fasik, dan zhalim. Masing-masing terbagi kepada "yang besar" yang menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka, dan "yang kecil" yang tidak menyebabkan pelakunya kekal di neraka dan tidak menjadikannya keluar dari Dinul Islam.

Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari membuat babberjudul "Zhulm duuna Zhulmin" (kezhaliman di bawah kezhaliman). Dalam hal ini beliau mengemukakan dalil hadis Ibnu Mas'ud ketika turun ayat:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am:82)

Ketika mendengar ayat ini, para sahabat bertanya, "wahai rasulullah, siapakah di antara kami yang tidak pernah menzhalimi dirinya?" Beliau menjawab, "Tidak seperti yang kamu katakan itu. Yang dimaksud dengan 'Tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman' ialah syirik. Apakah kamu tidak mendengar firman Allah:

إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ

"Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar." (Luqman:13)

Petunjuk hadis yang dikemukakan Imam Bukhari itu ialah bahwa para sahabat membagi perkataan 'Zhulm' (kezhaliman) dengan segala macam bentuk kemaksiyatan. Dan pemahaman mereka ini tidak disangkal oleh Nabi saw., kecuali beliau jelaskan kepada mereka bahwa yang dimaksud dengan perkataan 'Zhulm' dalam ayat ini adalah bentuk kezhaliman yang paling besar, yaitu syirik. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kezhaliman itu bertingkat-tingkat.

Dari :
محمّداقبل بن إسمعيل بن عمر بن يحي





DOSA-DOSA SELAIN SYIRIK BERADA DALAM MASYI'AH ILAHIAH (kehendak Allah)

DOSA-DOSA SELAIN SYIRIK BERADA DALAM MASYI'AH ILAHIAH (kehendak Allah)

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 11 Desember 2011 pukul 16:08



Dalam sebuah hadis sahih dinyatakan bahwa kemaksiyatan (dosa-dosa) selain syirik itu diserahkan kepada kehendak Allah. Dalam hadis Ubadah bin Ash-Shamit yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda di hadapan para sahabat:

بَايِعُوْنِيْ عَلىَ اَنْ لاَتُشْرِكُوْابِاللّٰهِ شَيْــًأ ، وَلاَتَسْرِقُوْاوَلاَ تَزْنُوْ ، وَلاَتَقْتُلُوْااَوْلاَدَكُمْ ، ولا تأتواببهتانٍ تَفْتَرُوْنَهُ بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَاَرْجُلِكُمْ وَلاَتَعْصُوْافِيْ مَعْرُوْفٍ ، فَمَنْ وَفّٰى مِنْكُمْ فَاَجْرُهُ عَلَى اللّٰهِ ، وَمَنْ اَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْــًأفَعُوْقِبَ فِى الدُّنْيَافَهُوَكَفًّـارَةٌ لَهُ ، وَمَنْ اَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْــًأثُمًّ سَتَرَهُ اللّٰهُ ، فَهُوَاِلى اللّٰهِ ، اِنْ شَاءَعَفَاعَنْهُ ، وَاِنْ شَاءَعاقَبَهُ اللّٰهُ

"Berbai'atlah kepadaku untuk tidak mempersekutukan sesuatu dengan Allah, tidak mencuri dan tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kamu, tidak membuat-buat kebohongan yang kamu ada-adakan di depanmu atau di belakangmu, serta tidak melanggar terhadap kebaikan. Barangsiapa di antara kamu memenuhi hal itu, niscaya akan diberi pahala oleh Allah; barangsiapa yang melakukan pelanggaran terhadapnya lantas dijatuhi hukuman di dunia, maka hukuman itu sebagai kafarat baginya; dan barangsiapa yang melanggarnya lantas Allah menutupinya (sehingga ia tidak dijatuhi hukuman di dunia), maka urusannya terserah kepada Allah. Jika Ia berkehendak untuk memaafkan, maka dimaafkan-Nya orang itu; dan jika Ia berkehendak menyiksa, maka disiksa-Nya orang itu."

Hadis ini merupakan petunjuk yang jelas bahwa melakukan dosa-dosa dan kerusakan yang wajib dijauhi sebagaimana kandungan isi bai'at tersebut tidaklah mengeluarkan pelakunya dari Islam. Bahkan, hukuman yang dijatuhkan kepadnya di dunia (sesuai dengan hukum Islam)--karena pelanggarannya--dianggap sebagai penyuci dan kafarat baginya. Jika tidak dijatuhi hukuman di dunia sesuai dengan hukum Islam, maka ia berada dalam masyi'ah ilahiah (kehendak Allah). Jika Ia berkehendak untuk mengampuninya, maka diampuninya orang itu; dan jika Ia berkehendak menghukumnya, maka dihukumnya orang itu.
Ath-Thaibi berkata, "HADIS INI MENGISYARATKAN TERLINDUNGNYA SESEORANG YANG MENGUCAPKAN KALIMAT SYAHADAT DARI SIKSA NERAKA KECUALI TERHADAP ORANG YANG TERDAPAT NASH YANG MEMASTIKANNYA." (Fathul Bari, juz 1 halaman 75)

Writen by:
محّمداقبل بن إسمعيل بن عمر بن يحي

TERGESA-GESA ITU DARI SETAN

TERGESA-GESA ITU DARI SETAN

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 10 Desember 2011 pukul 6:34
  

Sederek Sedoeloer Kabeh...

Saya sering mendengar dua perkataan kontroversial yang diucapkan orang dalam berbagai kesempatan. PERTAMA, perkataan: "Ketergesa-gesaan (cepat-cepat) itu dari setan." KEDUA, perkataan: "Sebaik-baik kebaikan ialah yang disegerakan."
Perkataan yang pertama itu merupakan bagian dari sebuah hadis yang berbunyi:
َ
اْلأَنَةُمِنَ اللّٰهِ وَالْعَجَلَةِمِنَ الشًّيْطَانِ
"Berhati-hati itu dari Allah Ta'ala dan tergesa-gesa itu dari setan."
(Hadis Riwayat Tirmidzi dari Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi)
Memuji sikap tenang dan hati-hati serta mencela sikap tergesa-gesa merupakan fitrah manusia, dan sudah menjadi kesepakatan manusia sejak zaman dahulu hingga kini. Karena itu, ada berbagai ungkapan mengenai hal ini, seperti:
"BARANGSIAPA BERHATI-HATI, IA AKAN MENDAPATKAN APA YANG DIINGINKAN."
"DALAM KEHATI-HATIAN TERDAPAT KESELAMATAN, DAN DALAM KETERGESA-GESAAN TERDAPAT PENYESALAN."
Tergesa-gesa itu dari setan. Sebagaimana kata Ibnul Qayyim, sikap tersebut merupakan cermin bagi seseorang yang kurang berpikir dan kurang hati-hati sehingga hilang kemantapan, ketenangan, dan kesabarannya. Akibatnya, ia MELETAKKAN SESUATU bukan pada tempatnya, mendatangkan keburukan, dan menghalangi kebaikan. Ia lahir dari dua akhlak tercela: MENGABAIKAN dan TERGESA-GESA SEBELUM WAKTUNYA.
Dalam sebuah hadis dikatakan:
يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِمَالَمْ يَسْتَعْجِلْ
"Dikabulkan (doa) bagi hamba asalkan tidak tergesa-gesa."
(Muttafaq'alaih dari Abu Hurairah)
Adapun perkataan kedua yang berbunyi "Sebaik-baik kebaikan ialah yang disegerakan" menurut Al-Ajuni dalam kitabnya KASYFUL KAFA', adalah bukan hadis. Tetapi perkataan ini semakna dengan ucapan Abbas r.a., yakni. "Tidak sempurna suatu kebaikan kecuali dengan disegerakannya. Sebab, dengan menyegerakan (suatu pekerjaan), perasaan seseorang akan menjadi senang dan lega."

Mudah-mudahan kita bisa mengambil I'TIBAR dari uraian di atas sehingga bisa menjadi panduan kita di dalam BERTFIKIR dan BERTINDAK....amin.

Dari Mohamad Iqbal bin Ismail bin Umar Bheen Yahya

SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA PENGAMPUN DOSA DAN PENERIMA TAUBAT !

SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA PENGAMPUN DOSA DAN PENERIMA TAUBAT !

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 9 Desember 2011 pukul 4:47

Firman Allah,
{Katakanlah: "Hai hamba-hamba'Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya,
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."}
(QS. Az-Zumar: 53)
Tidakkah firman Allah ini dapat melapangkan hati, menghilangkan
keresahan, dan menghapuskan kegundahan Anda?
Tampak bahwa Allah sengaja menyapa manusia dengan kalimat "Wahai
hamba-hamba-Ku..." Adapun tujuannya, tak lain adalah menyatukan hati
para hamba-Nya dan menyentuh perasaan mereka agar mendengarkan ayat
tersebut dengan baik. Setelah itu, terlihat bahwa Dia mengkhususkan firman-
Nya itu untuk orang-orang yang melampaui batas. Itu dilakukan Allah
karena mereka merupakan golongan manusia yang paling banyak melakukan
dosa dan kesalahan. Nah, bagaimana dengan kita yang tentu saja juga sering
melakukan dosa dan kesalahan?
Dalam ayat tersebut, Allah juga melarang hamba-Nya berputus asa
dalam memohon ampunan Allah. Allah mengabarkan pula bahwa Dia akan
mengampuni siapa saja yang bertobat kepada-Nya, baik dari dosa-dosa kecil
maupun yang besar.
Tidakkah Anda merasa gembira dan bahagia dengan firman Allah s.w.t.,
{Dan, (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka
mengetahui.}
(QS. Ali 'Imran: 135)
Juga firman-Nya,
{Dan, barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia
memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.}
(QS. An-Nisa': 110)
Firman-Nya yang lain,
{Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu)
yang kecil dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).}
(QS. An-Nisa': 31)
Firman-Nya yang lain,
{Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu
memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.}
(QS. An-Nisa': 64)
{Dan, sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,
beramal salih, kemudian tetap di jalan yang benar.}
(QS. Thaha: 82)
Tatkala Musa membunuh seseorang maka dia berkata:
{"Hai Rabb-ku, ampunilah aku," maka Dia mengampuninya.}
(QS. Al-Qashash: 16)
Juga firman Allah yang menjelaskan tentang Nabi Daud setelah
bertobat dan Allah mengampuninya,
{Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya, dia
mempunyai kedudukan yang sangat dekat Pada sisi Kami dan tempat kembali
yang baik.}
(QS. Shad: 25)
Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengasih dan Maha Mulia.
Bagaimana tidak, Dia masih menawarkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada
orang-orang yang meyakini trinitas. Firman Allah tentang mereka,
{Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah adalah
salah satu dari yang tiga," padahal sekali-kali tidak ada Ilah selain dari Ilah Yang
Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-
orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih. Maka, mengapa
mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.}
(QS. Al-Ma'idah: 73-74)
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Allah Yang
Maha Tinggi berfirman: "Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu berdoa
kepada-Ku dan mengharapkan-Ku maka Aku akan mengampunimu atas semua
dosa yang kamu lakukan, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, andaikata
dosa-dosamu itu sampai ke puncak langit kemudian kamu meminta ampunan
kepada-Ku niscaya Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam,
seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa yang besamya seisi bumi
seluruhnya, kemudian datang menemui-Ku dan tidak menyekutukan Aku dengan
yang lain niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan yang besamya
seisi bumi seluruhnya."
Dalam sebuah hadits shahih yang lain Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar orangorang
yang melakukan dosa pada siang hari bertobat dan Dia membentangkan
tangan-Nya di siang hari agar orang yang melakukan kesalahan di malam hari
bertobat, hingga nanti ketika matahari terbit dari arah barat."
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan: "Wahai hamba-hamba-Ku,
sesungguhnya kalian melakukan dosa di malam hari, sedangkan Aku mengampuni
semua dosa. Maka, mmtalah kalian semua ampunan kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengampuni kalian."
Dalam sebuah hadits shahih yang lain disebutkan: "Demi Dzat yang
jiwaku ada di tangan-Nya. Seandainya kalian tidak melakukan dosa niscaya Allah
akan menghilangkan kalian, dan akan mendatangkan kaum yang lain yang
melakukan dosa-dosa namun memohon ampunan kepada Allah, yang kemudian
Dia akan mengampuni mereka."
Juga disebutkan dalam hadits shahih yang lain: "Kalian semua adalah
orang-orang yang sering melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang
melakukan kesalahan adalah orang yang bertobat."
Pada kesempatan yang lain Rasulullah juga bersabda, "Allah lebih. gembira
dengan taubat seorang hamba-Nya di antara kalian, yang berada di atas
kendaraannya, yang telah tersedia makanan dan minuman. Kemudian kendaraannya
itu hilang di padang pasir. la mencarinya ke sana kemari hingga putus asa, dan ia
pun tertidur. Pada saat terbangun, kendaraannya itu sudah berada di dekat kepalanya.
Kemudian dia berkata, 'Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan Aku adalah Rabb-
Mu.' la salah mengucapkan karena saking gembiranya."
Dalam riwayat shahih yang lain Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya
seorang hamba yang melakukan sebuah dosa kemudian ia mengucapkan: 'Ya
Allah, ampunilah dosaku, sesungguhnya tidak ada yang bisa memberi ampunan
terhadap dosa-dosa kecuali Engkau.' Kemudian ia kembali melakukan dosa, dan
setelah itu berdoa kembali: 'Ya Allah, ampunilah dosaku sesungguhnya tidak ada
yang bisa memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali Engkau.' Kemudian
kembali melakukan dosa, dan berdoa kembali: 'Ya Allah, ampunilah dosaku,
karena sesungguhnya tidak ada yang berhak memberi ampunan terhadap dosadosa
kecuali Engkau.' Allah berfirman: 'Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Rabb
yang bisa menjatuhkan siksa atas dosa yang dilakukannya dan bisa pula
memberikan ampunan terhadap dosa itu. Maka hamba-Ku pun melakukan
semaunya."
Singkatnya, selama hamba itu bertaubat, meminta ampunan dan
menyesali perbuatannya, maka Allah akan mengampuninya.

Writen by:
محّمداقبل بن إسمعيل بن عمر بن يحي

Buanglah Rasa Cemas !

Buanglah Rasa Cemas !

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 8 Desember 2011 pukul 5:49

Tak usah bersedih, karena Rabb-mu berfirman,
{Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.}
(QS. Al-Insyirah: 1)
Pesan ayat ini bersifat umum untuk setiap orang yang menerima
kebenaran, melihat cahaya dan menempuh hidayah. Allah juga berfirman,
{Maka, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan
orang yang membatu hatinya)? Maka, kecelakaan yang besarlah bagi mereka
yang telah membatu hatinya.}
(QS. Az-Zumar: 22)
Maka dari itu, menjadi jelas bahwa ada kebenaran yang akan
melapangkan dada dan ada kebatilan yang akan membuat hati menjadi keras.
Allah berfirman,
{Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam.}
(QS. Al-An'am: 125)
Ini menandakan bahwa Islam merupakan suatu tujuan yang hanya
dapat dicapai oleh orang yang memang dikehendaki Allah.
{Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.}
(QS. At-Taubah: 40)
Demikian Allah berfirman. Dan kalimat seperti itu hanya akan
diucapkan oleh orang yang sangat yakin dengan pengawasan, perlindungan,
kasih sayang dan pertolongan Allah.
membagi waktunya. Yakni, ia perlu membagi waktu kapan ia harus bekerja,
merenung, dan mencari hiburan. Dalam hal membaca pun, Anda perlu variasi;
kapan Anda harus membaca al-Qur'an, tafsir, sirah Rasulullah, hadits, fikih,
sejarah, sastra dan ilmu pengetahuan umum. Demikian pula dalam
menjalankan kegiatan rutin harian, Anda harus dapat menentukan kapan
waktu untuk beribadah, mencari hiburan, mengunjungi relasi, menerima
tamu, berolahraga, dan berekreasi. Dengan begitu, niscaya jiwa Anda akan
selalu merasa segar dan bergairah.
{(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka
ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaikbaik
Pelindung."}
(QS. Ali 'Imran: 173)
Yakni, bahwa pemenuhan dan perlindungan Allah sudah sangat cukup
bagi kita.
{Hai Nabi, cukuplah, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-
orang mukmin yang mengikutimu.}
(QS. Al-Anfal: 64)
Dan, siapapun yang menempuh jalan tersebut akan memperoleh
kemenangan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut.
{Dan, bertawakalah kamu kepada Allah Yang Maha Hidup (Kekal) Yang tidak
mati.}
(QS. Al-Furqan: 58)
Yakni, selain Allah akan mati, tidak akan hidup selamanya, akan sirna
dan tak abadi. Dan derajatnya pun rendah dan tidak mulia.
{Bersabarlah (hai Muhammad) dan tidaklah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) dan
janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.}
(QS. An-Nahl: 127-128)
Ayat ini melukiskan tentang bagaimana penyertaan khusus Allah
terhadap para wali-Nya, yakni dengan cara selalu menjaga, mengawasi,
membantu dan melindungi mereka sesuai dengan kadar ketakwaan dan
jihad mereka.
{Dan, janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman.}
(QS. Ali 'Imran: 139)
Maksudnya adalah ketinggian tingkat ubudiyah dan kedudukannya di
sisi Allah.
{Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain
dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu,
pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian, mereka
tidak mendapat pertolongan.}
(QS. Ali 'Imran: 111)
{Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.}
(QS. Al-Mujadilah: 21)
{Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman
dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat).}
(QS. Al-Mu'min: 51)
Bentuk ketetapan pada kalimat ini merupakan janji Allah yang tidak
akan pernah diingkari dan tidak akan pernah ditunda.
{Dan, aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya. Maka, Allah memeliharanya dari kejahatan
tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat
buruk.}
(QS. Al-Mu'min: 44-45)
{Dan, hanya kepada Allah-lah orang-orang mukmin bertawakal.}
(QS. Ali 'Imran: 122)
Janganlah bersedih! Anggap saja diri Anda tidak akan hidup kecuali
sehari saja, sehingga mengapa Anda harus bersedih dan marah pada hari
ini?
Dalam sebuah atsar disebutkan: Ketika pagi tiba, janganlah menunggu
sore; dan ketika sore tiba, janganlah menunggu datangnya pagi.
Artinya, hiduplah dalam batasan hari ini saja. Jangan mengingat-ingat
masa lalu, dan jangan pula was-was dengan masa yang akan datang.
Seorang penyair berkata,
Yang lalu telah berlalu, dan harapan itu masih gaib
dan engkau pasti punya waktu di mana engkau harus ada
Menyibukkan diri dengan mengingat masa lalu, dan meratapi kembali
kegetiran-kegetiran hidup yang pernah terjadi dan telah berlalu, adalah
sebuah ketololan dan kegilaan.
Pepatah Cina menyebutkan: "Jangan dulu menyeberangi jembatan
sebelum Anda sampai di jembatan itu."
Artinya, jangan bersikap apriori terhadap kejadian-kejadian yang belum
tentu terjadi, sampai Anda benar-benar mengalami dan merasakannya
sendiri.

Writen by :
محمّداقبل بن إسمعيل بن عمر بن يحي

Secercah Cahaya sebagai Penerang Jiwa

ENYAHKAN KEJENUHAN DARI HIDUPMU !

ENYAHKAN KEJENUHAN DARI HIDUPMU !

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 18:00

Orang yang hidup mengekang diri dengan satu gaya atau model hidup,
sudah tentu akan dilanda kejenuhan. Itu terjadi, karena jiwa manusia pada
dasarnya cenderung mudah jenuh. Tabiat dasar setiap manusia adalah tidak
senang berada dalam satu keadaan yang sama. Dan karena itu pula, maka
Allah menciptakan banyak warna dan bentuk untuk suatu tempat, zaman,
makanan, minuman, dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Ada malam ada
siang, ada dataran tinggi ada dataran rendah, ada putih ada hitam, ada
panas ada dingin, dan ada manis ada kecut. Keberagaman dan perbedaan
ini seringkali disebut Allah dalam beberapa firman-Nya. Diantaranya Allah
menyebutkan bahwa,
{Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya.}
(QS. An-Nahl: 69)
{Dari pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang.}
(QS. Ar-Ra'd: 4)
{Dan, di antara gunung-gunung itu ada garis-garis yang putih dan merah yang
beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.}
(QS. Fathir: 37)
{Dan, masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran).}
(QS. Ali 'Imran: 140)
Syahdan, Bani Israel pernah merasa bosan dengan makanan paling
baik mereka dan mengeluh pada Allah,
{Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja.}
(QS. Al-Baqarah: 61)
Al-Makmun kadang kala membaca sambil duduk, sesekali dengan
berdiri, dan pada saat yang lain sambil berjalan. Dan karena itu pula ia
pernah berkata, "Jiwa manusia itu sungguh sering kali jenuh."
{ (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring.}
(QS. Ali 'Imran: 191)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa dalam beribadah pun manusia akan
merasa jenuh. Oleh karena itu, maka Allah pun memberikan banyak pilihan
bentuk dan cara beribadah kepada para hamba-Nya. Sebagaimana kita
ketahui, Allah telah menetapkan pelbagai amalan hati, amalan lisan, amalan
badan, dan ada amalan harta. Kita juga tidak hanya diwajibkan shalat,
tetapi juga membayar zakat, menjalankan puasa, menunaikan haji dan ikut
berjihad. Bahkan, dalam shalat pun kita tak hanya disuruh berdiri saja,
tetapi juga ruku', berdiri, sujud, dan duduk.
Semua ini mengisyaratkan bahwa siapapun yang menginginkan
kepuasan, semangat yang selalu baru dan produktivitas, maka ia harus pandai
Buanglah Rasa Cemas!
Tak usah bersedih, karena Rabb-mu berfirman,
{Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.}
(QS. Al-Insyirah: 1)
Pesan ayat ini bersifat umum untuk setiap orang yang menerima
kebenaran, melihat cahaya dan menempuh hidayah. Allah juga berfirman,
{Maka, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan
orang yang membatu hatinya)? Maka, kecelakaan yang besarlah bagi mereka
yang telah membatu hatinya.}
(QS. Az-Zumar: 22)
Maka dari itu, menjadi jelas bahwa ada kebenaran yang akan
melapangkan dada dan ada kebatilan yang akan membuat hati menjadi keras.
Allah berfirman,
{Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam.}
(QS. Al-An'am: 125)
Ini menandakan bahwa Islam merupakan suatu tujuan yang hanya
dapat dicapai oleh orang yang memang dikehendaki Allah.
{Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.}
(QS. At-Taubah: 40)
Demikian Allah berfirman. Dan kalimat seperti itu hanya akan
diucapkan oleh orang yang sangat yakin dengan pengawasan, perlindungan,
kasih sayang dan pertolongan Allah.
membagi waktunya. Yakni, ia perlu membagi waktu kapan ia harus bekerja,
merenung, dan mencari hiburan. Dalam hal membaca pun, Anda perlu variasi;
kapan Anda harus membaca al-Qur'an, tafsir, sirah Rasulullah, hadits, fikih,
sejarah, sastra dan ilmu pengetahuan umum. Demikian pula dalam
menjalankan kegiatan rutin harian, Anda harus dapat menentukan kapan
waktu untuk beribadah, mencari hiburan, mengunjungi relasi, menerima
tamu, berolahraga, dan berekreasi. Dengan begitu, niscaya jiwa Anda akan
selalu merasa segar dan bergairah.

Dari :
محمّداقبل بن إسمعيل بن عمربن يحي

Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah saw.

Written By Mas Toto on May 10, 2013 | 11:26 AM

Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah saw.

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 17:23


Rasulullah s.a.w. diutus kepada umat manusia dengan membawa pesan
dakwah rabbaniyah dan tidak memiliki propaganda apapun tentang dunia.
Maka, Rasulullah s.a.w. tak pernah dianugerahi gudang harta, hamparan
kebun buah yang luas, dan tidak pula tinggal di istana yang megah. Dan
saat pertama kali datang, hanya beberapa orang yang mencintainya saja
yang bersumpah setia mengikuti ajaran yang dibawanya. Dan mereka tetap
teguh memegang janji meski pelbagai kesulitan dan ancaman datang
mendera. Begitulah, betapa kuatnya keimanan dan kecintaan mereka pada
Muhammad s.a.w.; saat berjumlah sedikit, masih sangat lemah, dan nyaris
selalu diliputi ancaman dari orang-orang disekitarnya, mereka tetap teguh
mencintai Rasulullah s.a.w.
Mereka pernah ada yang dikucilkan masyarakatnya, dipersulit jalur
perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan
kewibawaannya di depan umum, diusir dari kampungnya, dan disiksa
bersama keluarganya. Meski demikian, kecintaan mereka terhadap
Muhammad tak goyah sejengkalpun.
Diantara mereka, ada yang pernah dijemur di tengah padang pasir
yang panas, dikurung dalam penjara bawah tanah, dan disiksa dengan
berbagai cara. Namun demikian, mereka tetap mencintai Rasulullah s.a.w.
Negeri, kampung halaman, dan rumah-rumah mereka pun pernah
diperangi dan dirampas. Maka, mereka banyak yang harus bercerai berai
dengan keluarganya, berpisah dengan kawan karibnya dan meninggalkan
harta bendanya. Meski demikian, ternyata mereka tetap mencintai
Rasulullah s.a.w.
Kaum mukminin seringkali mendapatkan cobaan saat menjalankan
dakwah. Mereka tak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi kadang keluarga
dan dirinya juga diancam akan dibunuh. Bahkan, ada kalanya dalam
menjalan dakwah mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan
dan penderitaan yang panjang. Namun, karena tetap berprasangka baik
terhadap Allah, maka mereka pun tetap sangat mencintai Rasulullah s.a.w..
Tak sedikit pada sahabat muda Nabi s.a.w. yang tak sempat menikmati
masa mudanya sebagaimana anak muda yang lain. Itu terjadi, karena mereka
harus senantiasa ikut berperang di bawah bayang-bayang kilatan pedang
musuh demi membela keyakinan dan kecintaan mereka pada Muhammad
s.a.w.. Tentang mereka ini, sebuah syair mengatakan:
Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau,
dan menebarkan bau wangi yang semerbak.
Begitulah, pada masa itu setiap pemuda siap berangkat ke medan perang
dan menjemput maut. Meski demikian, mereka tak gentar sedikitpun dan
justru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata
atau pesta di malam hari raya. Dan itu, tak lain juga didorong oleh kecintaan
mereka terhadap Rasulullah s.a.w.
Syahdan, seorang sahabat pernah diutus untuk masuk ke kandang
musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Sahabat itu sadar bahwa
kemungkinan dirinya dapat kembali lagi sangat kecil. Namun, ternyata ia
tetap melakukan tugas itu. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta
menjalankan suatu tugas, ia menyadari bahwa tugas itu adalah tugasnya
yang terakhir. Namun ia tetap pergi dengan suka cita menjalankan tugas
tersebut. Demikianlah, semua hal tadi mereka lakukan adalah karena
kecintaan mereka yang besar terhadap Nabi Muhammad s.a.w.
Mengapa mereka sedemikian rupa mencintai Rasulullah s.a.w.?
Mengapa mereka sangat bahagia dengan risalah yang dibawanya, merasa
tenteram dengan manhaj-nya, sangat gembira menyambut kedatangannya,
dan mampu melupakan semua rasa sakit, kesulitan, tantangan dan ancaman
demi mengikutinya?
Jawabannya adalah karena mereka melihat pada diri Nabi Muhammad
terdapat semua makna kebaikan dan kebahagiaan. Juga, tanda-tanda
kebajikan dan kebenaran. Beliau mampu menjadi penunjuk jalan bagi siapa
saja dalam pelbagai masalah besar. Bahkan, dengan sentuhan kelembutan
dan kasih sayangnya beliau mampu memadamkan semua gejolak hati mereka.
Dengan ucapannya, beliau mampu menyejukkan isi dada siapa saja. Dan
dengan risalahnya, ia mampu menghangatkan ruh mereka.
Rasulullah s.a.w juga berhasil menancapkan kerelaan pada jiwa setiap
sahabatnya. Maka, tak mustahil bila mereka tidak lagi pernah
memperhitungkan pelbagai rintangan yang menghadang jalan dakwah
mereka. Sebab, kokohnya keyakinan yang ada dalam dada mereka telah
melupakan semua luka, tekanan, dan kesengsaraan itu.
Beliau berhasil meluruskan hati nurani mereka dengan tuntunannya,
menyinari mata hati mereka dengan cahayanya, menyingkirkan unsur-unsur
jahiliyah dari leher mereka, menghapuskan warna paganisme dari punggung
mereka, menanggalkan semua kalung kemusyrikan dari leher mereka, dan
memadamkan semua api kedengkian dan permusuhan dari ruh-ruh mereka.
Dan lebih dari itu, beliau berhasil menuangkan air keyakinan ke dalam
perasaan mereka. Karena itu, jiwa raga mereka menjadi tenteram, hati mereka
senantiasa sejuk damai, dan otot-otot syaraf mereka selalu kendur dan mudah
terkendali.
Ada banyak faktor yang membuat kecintaan para sahabat terhadap
Rasulullah s.a.w. semakin besar. Diantaranya, saat bersama Rasulullah s.a.w."
mereka senantiasa merasakan kenikmatan hidup, saat berada di dekatnya
mereka merasakan hangatnya kasih sayang dan ketulusan hati, saat berada
di bawah payung ajarannya mereka merasakan ketenteraman, dengan
mematuhi perintahnya mereka mendapatkan keselamatan, dan dengan
meneladai sunah-sunahnya mereka mendapatkan kekayaan batin.
{Dan, tidaklah Kami utus kamu kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam.}
(QS. Al-Anbiyr: 107)
{Dan sesungguhnya, kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus.}
(QS. Asy-Syura: 52)
{Dan, (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya.}
(QS. Al-Mi idah: 16)
{Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka Kitab dan Hikmah
(asSunah). Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.}
(QS. Al-Jumu'ah: 2)
{Dan, membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka.}
(QS. Al-A'raf: 157)
{Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada
suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.}
(QS. Al-Anfal: 24)
{Dan, kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
darinya.}
(QS. Ali 'Imran: 103)
Sungguh, mereka benar-benar menjadi orang yang bahagia dalam arti
yang sebenarnya,saat bersama pemimpin dan suri tauladan mereka. Maka
dari itu, sangatlah pantas bila mereka berbahagia dan bergembira.
Wahai malam yang menakutkan, tidakkah engkau kembali?
zamanmu akan diguyur dengan hujan dari langit
Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada si pembebas akal
dari belenggu-belenggu penyimpangan, dan si penyelamat jiwa dari
ketergelinciran itu. Karuniakanlah ridha-Mu kepada para sahabat yang mulia
sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka perjuangkan.

writen by :
محمّداقبل بن إسمعيل بن عمربن يحي

Sayyidil Mursalin

MENGENDALIKAN EMOSI

MENGENDALIKAN EMOSI

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 17:00

Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal; kegembiraan
yang memuncak dan musibah yang berat. Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda, "Sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi
tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat
musibah.
Dan, Allah berfirman,
{(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dan kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu.}
(QS. Al-Hadid: 23)
Maka dari itulah, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu ada
pada benturan yang pertama."
Barangsiapa mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa,
baik yang memilukan dan juga yang menggembirakan, maka dialah orang
yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Karena
itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan
keberhasilannya mengalahkan nafsu. Allah s.w.t. menyebutkan bahwa
manusia adalah makhluk yang senang bergembira dan berbangga diri.
Namun, menurut Allah, ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh
kesah, dan ketika mendapatkan kebaikan manusia sangat kikir. Akan tetapi,
tidak demikian halnya dengan orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.
Itu karena merekalah orang-orang yang mampu berdiri seimbang di antara
gelombang kesedihan yang keras dengan dan luapan kegembiraan yang
tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat
kesenangan dan bersabar tatkala berada dalam kesusahan.
Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan
meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahannya
akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh
tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah
ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak
sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia
menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak ingat lagi siapa
dirinya.
Begitulah manusia, ketika tidak menyukai seseorang, ia cenderung
menghardik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh kebaikan orang yang tidak
ia sukai itu tampak lenyap begitu saja. Demikian pula ketika menyukai
orang lain, maka orang itu akan terus ia puja dan sanjung setinggi-tingginya
seolah-olah tak ada cacatnya. Dalam sebuah hadist dikakatan: uCintailah
orang yang engkau cintai sewajarnya, karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu
di lain waktu, dan bencilah musuhmu itu sewajarnya, karena siapa tahu dia menjadi
sahabatmu di lain waktu."
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Ya Allah saya minta pada-
Mu keadilan pada saat marah dan lapang dada."
Barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan
menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan
tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakekat.
{Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.}
(QS. Al-Hadid: 25)
Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti, dan perilaku
sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang lurus, syariat yang diridhai, dan
agama yang suci.
{Dan, demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan.}
(QS. Al-Baqarah: 143)
Keadilan merupakan tuntutan yang ideal sebagaimana ia dibutuhkan
dalam penerapan hukum. Itu terjadi, karena pada dasarnya Islam dibangun
di atas pondasi kebenaran dan keadilan. Yakni, benar dalam memberitakan
berita-berita Ilahi dan adil dalam menetapkan hukum, mengucapkan
perkataan, melakukan tindakan dan berbudi pekerti. Dan,
{Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar
dan adil.}
(QS. Al-An'am: 115)

LANGIT

LANGIT

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 13:20
        

Para ilmuwan mengatakan bahwa langit merupakan hasil perpaduan berbagai macam warna, yang kemudian memunculkan warna akhir, biru, sebagaimana yang kita lihat.
         Dalam Al-Quran Allah berfirman:

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ @ وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ

"Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit bagaimana dia ditinggikan?" (Al-Ghaasyiyah:17-18)

          Islam mengakui ilmu pengetahuan, bahkan menyerukan umatnya agar unggul dan maju dalam hal ini. Tetapi sayang, kita hanya mengambil sisi adab saja sebelum ilmu, padahal ilmu bersifat netral, tidak mengenal tanah air, kebangsaan, dan agama tertentu.
          Ilmu-ilmu eksperimental dapat diambil dari mana saja, dapat dilakukan oleh orang muslim maupun kafir, karena ia didasarkan pada eksperimen atau hasil riset. Apa yang dihasilkan dan ditetapkan oleh penelitian yang tepat dan eksperimen yang benar harus kita percayai. Jika para ilmuwan mempunyai pendapat mengenai bidang ini, yakni masalah sinar, warna-warna, dan sebagainya, yang didasarkan pada penelitian dan percobaan serta di buktikan secara ilmiah, kita harus menghargainya dan tidak boleh beriktikad bahwa agama kita tidak mengakui yang demikian. Bahkan, perlu kita syukuri bahwa agama kita telah mendahului ilmu pengetahuan modern dalam banyak bidang, yang dapat dibuktikan dengan kenyataan-kenyataan ilmiah. Hanya saja bukan di sini tempatnya untuk menguraikan dan membahasnya secara rinci.
          Setiap muslim percaya bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Al-Quran dan satu pun hukum dalam Islam yang menolak penemuan ilmu-ilmu eksperimental yang benar.


BLUE PLANET

INDRA TERPENTING DAN SIKAP TAWADHU'

INDRA TERPENTING DAN SIKAP TAWADHU'

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 5:02

        
Jama'ah Asy Syahadatain

Allah SWT telah menunjukkan pesan-pesan bijaksana kepada hamba-hamba-Nya yang jelas dituangkan dalam Al-Quran sebagai berikut:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭاوَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًۭا

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (Al-Isra:36-37)

          Pada ayat yang disebut pertama (36), Al-Quran memberikan pendidikan berpikir kepada setiap muslim. Dalam hal ini ada dua macam berpikir, yaitu:
1.   Berpikir khurafat, yakni membenarkan khayalan dan kebatilan, mendengarkan serta mengikuti apa saja yang   dikatakan orang. Cara berpikir seperti ini di tolak oleh Islam.
2.   Berpikir logis berdasarkan dalil, argumentasi, dan analisis-sintesis dengan mempergunakan perangkat-perangkat yang diberikan Allah SWT---untuk memperoleh pengetahuan--yakni berupa pendengaran, penglihatan, dan hati (akal). Cara seperti inilah yang dibenarkan Islam.
Firman Allah:


وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًۭٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendegaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur." (An-Nahl:78)

          Demikianlah, manusia wajib menggunakan indra terpenting itu dengan sebaik-baiknya. Pendengaran dapat digunakan untuk mentransfer ilmu dari satu orang kepada orang lain, penglihatan dipergunakan untuk melakukan pengamatan dan penelitian, sedangkan hati (akal) dipergunakan untuk berpikir dan mengolah berbagai premis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
          Dengan indra terpenting itulah manusia dapat menghadapi segala urusan kehidupan ini; menghadapi alam semesta atau makhluk Allah lainnya; menerima syariat-Nya, dan memahami larangan serta perintah-Nya. Karena itu, manusia tidak boleh mengabaikan dan menyia-nyiakan perangkat tersebut sehingga mengikuti praduga dan khayalan, atau mengikuti berbagai kebohongan dan kebatilan.
          Perbedaan antara orang-orang mukmin yang mendapat petunjuk dengan orang-orang kafir yang tersesat ialah orang mukmin senantiasa menggunakan indra terpentingnya, sedangkan orang-orang kafir mengabaikannya. Al-Quran menggambarkan orang-orang kafir sebagai berikut:

لَهُمْ قُلُوبٌۭ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌۭ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌۭ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ

"...mereka mempunyai hati (akal), tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah); mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kebesaran Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A'raf:179)

          Demikianlah, Al-Quran melarang manusia mengabaikan fungsi indra terpentingnya. Firman Allah:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya..." (Al-Isra:36)

          Maksudnya,  kalau kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, kamu akan terjebak dalam kehidupan yang penuh prasangka, khayal, dan khurafat. Karena itu, pergunakanlah pendengaran, penglihatan, dan hati atau akal pikiranmu. Dan suatu saat Allah akan meminta pertanggungjawabanmu tentang perangkat-perangkat yang telah diberikan-Nya itu.
          Kemudian janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan congkak dan sombong, karena yang demikian itu tidak layak bagi orang mukmin dan tidak termasuk cara berjalan hamba-hamba-Nya yang dicintai oleh Allah Yang Maha Penngasih. Allah menyifati hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya itu ('ibadur Rahman ) bahwa mereka, "...berjalan di muka bumi dengan merendahkan hati. " (Al-Furqan:63).
          Karena itu, bagi seorang muslim yang berpedoman pada Al-Quran harus memelihara kesopanan ini; berjalan di muka bumi dengan merendahkan hati, tidak sombong atau congkak. Nabi saw. bersabda:
"Barangsiapa yang merasa besar diri (sombong) dan congkak dalam berjalan, maka ia akan bertemu Allah dalam keaadaan Dia marah kepadanya." (Hadis Riwayat Ahmad dan Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad dari ibnu Umar, Al-Haitsami dan Al-Mundziri berkata, "Para perwi hadis ini adalah sahih.")
           Selain dalam surat Al-Isra', masalah serupa juga disebutkan dalam surat Luqman, yakni mengenai wasiat Luqman kepada anaknya:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍۢ

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombon lagi membanggakan diri." (Luqman:18)

Untuk Umat Asy-Syahadatain khususnya dan Umat Islam pada umumnya
محمّداقبال بن إسماعيل بن عمر بن يحي

ISLAM SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW.

ISLAM SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW.

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 1 Desember 2011 pukul 4:53




Apakah ada agama Islam sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw.?
Apakah makna ayat:

مَا كَانَ إِبْرَٰهِيمُ يَهُودِيًّۭا وَلَا نَصْرَانِيًّۭا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًۭا مُّسْلِمًۭا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi muslim (berserah diri kepada Allah), dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musryrik." (Ali Imran:67)

Apakah Islamnya Ibrahim sama seperti Islam kita sekarang ini atau berbeda?

          Islam berarti kamu menyerahkan diri dengan hatimu kepada Allah Azza wa Jalla, yakni kamu beribadah kepada Allah Yang Mahaesa saja dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
          Dengan Islam yang pengertiannya seperti inilah Allah mengutus semua nabi dan menurunkan semua kitab suci-Nya. Islam dalam arti ini ialah mentauhidkan Allah SWT, dan beribadah hanya kepada-Nya. Dia adalah Din (agama) semua nabi, tidak ada agama selainnya yang diturunkan Allah. Agama-agama selain Islam bukanlah agama dari langit. Allah tidak pernah menurunkan kitab suciselain yang diberikan kepada para rasul.
          Agam para nabi adalah Islam (dengan pengertian Islam) seperti tersebut di atas. Karena itu, Allah berfirman kepada Rasul-Nya:

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ

"Dan Kami tidak pernah mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan selain Aku, karena itu beribadahlah Kepada-Ku (saja)." (Al-Anbiya:25)

         Demikianlah, semua nabi datang dengan membawa prinsip dakwah ini; beribahad kepada Allah dan menjauhi taghut  (segala sesembahan selain Allah). Allah berfirman:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ

"Sesungghnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam..."(Ali Imran:19)

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

"Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya; dan di akhirat nanti dia termasuk golongan orang-orang yang rugi." (Ali Imran:85)

          Nabi Nuh a.s., yang merupakan syekh bagi para rasul, pernah berkata kepada kaumnya, sebagaimana difirmankan Allah: 

فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُم مِّنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun darimu. Upahku hanyalah dari Allah, dan aku diperintahkan untuk menjadi orang yang muslim (menyerahkan diri kepada Allah)." (Yunus:72)

          Mengenai Ibrahim a.s., Allah berfirman:

إِذْ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِوَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَينَ

"Ketika Tuhannya berfirman kepadanya,'Tunduk patuhlah!' Ibrahim menjawab,'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.' Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata), 'Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam.' " (Al-Baqoroh:131-132)

          Musa a.s., berkata kepada kaumnya:

وَقَالَ مُوسَىٰ يَٰقَوْمِ إِن كُنتُمْ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ

"Wahai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah hanya kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri (muslim)." (Yunus:84)

          Golongan Hawariyyun, yaitu sahabat-sahabat Nabi Isa a.s., berkata:

ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

"...Kami beriman kepada Allah, Dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim)." (Ali Imran:52)

          Tukang-tukang sihir Fir'aun ketika telah beriman, juga berkata:

رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًۭا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

"...Wahai Rabb kami, curahkanlah atas kami kesabaran, dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (muslim kepada-Mu)." (Al-A'raf:126)

          Nabi Sulaiman a.s., ketika mengirim surat kepada ratu Bilqis, setelah mencantumkan lafal basmalah, beliau berkata:

أَلَّا تَعْلُوا۟ عَلَىَّ وَأْتُونِى مُسْلِمِينَ

"Jangnlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri (muslim)." (An-Naml:31)

          Jadi, Islam merupakan agama semua nabi. Semua nabi menyeru kepada Islam dan mengakui Islam. Adapun "Islam" yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ini merupakan penutup bagi agama nabi-nabi. Beliau datang untuk menyempurnakan, meluruskan penyimpangan, penyelewengan, penodaan, serta penambahan-penambahan. Beliau datang untuk menyempurnakan dan memurnikan, sebagaimana sabdanya: "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR Ahmad dan Bukhari dalam Al Adabul Mufrad. Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman).

Dari Mohamad Iqbal bin Ismail bin Umar Bheen Yahya  Untuk Umat Asy-Syahadatain khususnya dan Umat Islam umumnya

TUJUH PULUH TIGA DALIL-DALIL DAN PERNYATAAN PARA ULAMA TENTANG KESUNANAHAN PAKAIAN BERWARNA PUTIH, JUBAH,SORBAN, GAMIS, RIDA’, DANP ERMASALAHAN TENTANG PAKAIAN BERWARNA HITAM.

Written By Mas Toto on May 7, 2013 | 5:06 AM


TUJUH PULUH TIGA DALIL-DALIL
DAN PERNYATAAN PARA ULAMA
TENTANG KESUNANAHAN PAKAIAN
BERWARNA PUTIH,
JUBAH, SORBAN, GAMIS,  RIDA’,
DANP ERMASALAHAN TENTANG
PAKAIAN BERWARNA HITAM.

oleh Erwin Assundawy Alfaqir (Catatan) pada 7 Mei 2013 pukul 14:32









KATA PENGANTAR
Segala pujihanya bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam semesta. Shalawat serta salam semogadilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw,kepada keluarganya, para sahabatnya,seluruh Nabi dan Rasul.
Amma ba’d. Risalah iniberisi kumpulan dalil-dalil tentang kesunnahan memakai pakaian berwarna putih,memakai jubah,memakai ghamis memakai rida’, dan memakai sorban. Risalah inisengaja kami susun, demi menjelaskan tentang kesunnahan tuntunan SyekhunalMukarram terutama dalam hal “al-Libas/pakaian” supaya para jama’ah lebih mantaplagi dalam menjalankan tuntunannya tersebut. Dan juga sebagai upaya tuk menepisdesas-desus miring bahwa Sorban, Jubah, dan sebagainya bukanlah bagian darisunnah Rasulullah Saw., terutama yaitu tentang sorban. Hal itu dikarenakandalam keutamaan sorban, mereka mengatakan hadits-haditsnya banyak yang dla’if,tidak seperti tentang keutamaan pakaian putih dan ghamis yang memang mayoritashaditsnya adalah shahih dan kesunnahannya pun tidak diperselisihkan lagi olehberbagai kalangan. Namun jika  kita berpijakpada kitab-kitab turats/klasik, maka sebetulnya kita mendapati bahwa para ulamaterdahulu generasi salaf sepakat dalam kesunnahan memakai sorban, kendatipunmereka juga mengatakan bahwa banyak dari hadits-haditsnya yang berpredikatdla’if. Justru yang diperselisihkan adalah bukan kesunnahannya, tapi caramemakainya.

Memang, dalammenyusun risalah ini, selain hadits-hadits shahih, banyak juga hadits-haditsdla’if yang kami masukkan, terutama dalam keutamaan memakai sorban. Namun halitu tidaklah masalah, karena hadits dla’if boleh digunakan juga dalam fadlailula’mal. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa telah sepakat jumhur ulamaterutama dari kalangan Muhadditsin dan Fuqaha bahwa hadits dla’if bolehdigunakan dalam fadlailul a’mal. Berikut kami kutipkan beberapa keterangannya,supaya lebih jelas:
Demikianlahsedikit ulasan tentang keterangan dari para ulama yang menyatakan kebolehanberhujah dengan hadits dla’if dalam fadlailul a’mal.
Namun tidakakan kami kupas panjang lebar permasalahan hadits dla’if ini, karena kami telahmenyusun juga risalah khusus tentang masalah hadits dlai’if yang ber judul” Pandanganpara ulama ahlussunnah wal Jama’ah tentang hadits dla’if dan hukummengamalkannya.” Kami persilahkan parajama’ah untuk membaca risalah tersebut agar lebih jelas.
Demikianlahbeberapa ulasan-ulasan penting yang sekiranya baik untuk disimak sebagaipengantar, sebelum memasuki isi dari risalah ini. Supaya kita tidak ragu lagimenjalankan tuntunan Syekhunal Mukarram dalam perkara “al-Libas”,yangkesemuanya berdasarkan dalil-dalil syar’i.
Akhirulkalam, semoga risalah kecil ini bisa bermanfaat, khususnya untuk kalangan parajama’ah dilingkungan asy-Syahadatain.
Bandung 2013

                                                                                                al-Faqir Erwinas-Sundawy



Nazham
Umat kanjeng Nabi Larang regane
Umat kanjeng Nabi Jubah Sorban Pakeane




DAFTARISI

Pengantar,1
Hadits-haditstentang kesunnahan pakaian berwarna putih,8
Pernyataan paraulama tentang pakaian berwarna putih, 9
Hadits-haditstentang gamis dan jubah, 14
Pernyataan paraulama tentang gamis dan jubah, 16
Hadits-haditstentang sorban, 17
Pernyataan paraulama tentang sorban, 20
Hadits-haditstentang rida, 24
Pernyataan paraulama tentang rida, 25
Pandangan Ulamatentang masalah pakaian berwarna hitam, 26
DaftarPustaka,28





Berkata ImamNawawi dalam kitab al-Adzkar hal 7:
قالالعلماء من المحدثين والفقهاء وغيرهم : يجوز ويستحب العمل في الفضائل والترغيب والترهيببالحديث الضعيف ما لم يكن موضوعا.
وأما الأحكام كالحلال والحرام والبيع والنكاح والطلاق وغير ذلك فلا يعملفيها إلا بالحديث الصحيح أو الحسن إلا أن يكون في احتياط في شئ من ذلك ، كما إذا وردحديث ضعيف بكراهة بعض البيوع أو الأنكحة ، فإن المستحب أن يتنزه عنه ولكن لا يجب.
”Berkatapara ulama dari kalangan Muhadditsin, Fuqaha, dan sebagainya, ”Dibolehkan dandisunahkan beramal dalam hal fadlail, targhib dan tarhib dengan hadits dla’if,selama ia bukan hadits yang maudlu. Adapun dalam hal-hal yang berkaitan denganhukum seperti halal-haram,jual-beli, nikah-talaq, dan sebagainya, maka tidakdibolehkan mengamalkan/menetapkan didalamnya kecuali dengan sahih atau hasan.Kecuali hadits yang menyangkut masalah kehati-hatian dama suatu hal darimasalah tersebut. Semisal apabila ada suatu hadits dla’if yang menyebutkanmakruh melakukan sebagian transaksi jual beli atau makruh melakukan sebagiannikah, maka hal tersebutkan disunahkan untuk dihindari, tetapi tidak bersifatwajib.”
Dalam kitabFatawa ar-Ramli 4:383 : “Diriwayatkan oleh Imam Nawawi dalam beberapakarangannya tentang kesepakatan para ahli hadits atas kebolehan beramal denganhadits dla’if dalam fadlilah amal dan yang semisalnya.”
Dalam kitabMawahib al-Jalil lil al-Khitab 17:1 dan Syarh al-Kharsyi ‘ala Khalil : “ Sayakatakan,”sesungguhnya jika hadits setiap urusan penting….dst adalahdla’if, maka sesungguhnya telah sepakat para ulama tentang kebolehan beramaldengan hadits dla’if dalam fadlailul a’mal.”
Berkata ‘Alial-Qari’ dalam kitab al-Hazhzh al-Aufar seperti yang disebutkan olehal-Laknawi  dalam kitab al-Ajwibatal-Fadlilah hal 36 :
“Hadits dla’ifmu’tabar dalam fadlailul a’mal menurut pandangan semua ulama yang dari kalanganorang-orang yang memiliki kesempurnaan pengetahuan.” Dan berkata juga ‘Alial-Qari’ dalam kitab al-Maudlu’at seperti disebutkan juga dalam kitabal-Ajwibat al-Fadlilah karya al-Laknawi hal 36 : “ Hadits dla’if bolehdiamalkan dalam fadlilah ‘amal dan telah terjadi kesepakatan atas hal tersebut(ijma’)….dst.”




Berkata IbnuHajar al-Haitami dalam kitab syarah arba’in an-Nawawiyah hal 32 :
قد اتفق العلماء على جواز العمل بالحديث الضعيففي فضائل الأعمال؛لأنه إن كان صحيحا في نفس الأمر، فقد أعطي حقه من العمل به
“ Para ulamasepakat atas pengamalan hadits dla’if dalam fadlailul a’mal. Jika ternyatahadits tersebut pada dasarnya sahih, maka seharusnya ia diamalkan. Jikaternyata seandainya tidak sahih, maka pengamalan terhadap hadits itu tidak akanmengakibatkan kerusakan(mafsadah) menghalalkan yang haram, mengharamkan yanghalal, dan menyia-nyiakan hak orang lain.”
Berkata jugaIbnu Hajar al-Haitami dalam kitab fatawanya 2: 54  :
وقد تقرر أن الحديث الضعيفوالمرسل والمنقطع والمعضل والموقوف يعمل بها في فضائل الأعمال إجماعا
 “Telah ditetapkan/disepakati bahwa haditsdla’if yang Mursal, Munqothi’, Mu’dlal, dan mauquf boleh diamalkan dalamfadlailul a’mal.”
Dan dalamkitab Tathhir al-Janan hal 3, masih karangan Ibnu Hajar al-Haitami: “ Maka jikaanda berkata bahwa hadits yang disebutkan ini sanadnya dla’if, bagaimanakahhukumnya kalau berhujah dengan hadits tersebut?.Saya(Ibnu Hajar) Katakan: Telahsepakat para imam kami dari kalangan Fuqaha, Ahli usul, dan para Hafizhbahwasannya hadits dla’if boleh dijadikan hujjah dalam hal manaqib sepertihalnya telah sepakat bahwa hadits dla’if boleh dijadikan hujjah dalam fadlailula’mal …”
Selaindari pada hal tersebut, banyak juga kelompok orang-orang yang salah fahamterhadap mereka-mereka yang mengamalkan ibadah dengan pamrih mengharapkanpahala, seperti dalam masalah keutamaan memakai sorban dsb.Mereka menganggapbahwa orang yang mengamalkan hadits fadlailul a’mal (keutamaan-keutamaan),berarti beribadah tanpa keikhlasan. Namun hal itu juga tidak tepat, karenadalam hal tertentu, beramal dengan pamrih mengharapkan pahala tidaklah menjadimasalah, sesuai dengan tingkatan-tingkatannya. Berikut kami kutipkan risalahbagus tentang beramal mengharapkan pahala ini, yang kami kutipkan darikitab  Nafais ‘ulwiyah karangan Imamal-Haddad.
Tanya              : Bagaimanahukum orang yang mengamalkan ibadah dengan pamrih mengharapkan pahala?
Jawab             :  Itu adalah harapan yang terpuji dan merupakanamal yang beroleh berkah, dan itu telah dimengerti dan diyakini oleh segenapkaum Muslimin. Kaum Muslimin yang saleh dikalangan salaf ( generasi terdahulu)dan kaum khalaf (generasi zaman belakangan), semuanya melakukan amal ibadahseperti itu. Sebab manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yanglemah, tidak berdaya, dan tergantung pada karunia Tuhannya Yang Maha Kaya danPemurah.
Demikianlahjawaban secara pokok. Pembicaraan terinci mengenai soal itu sangatlah panjang.Namun kita sebutkan saja serba sedikit. Orang-orang yang beramal ibadah demikarena Allah terbagi dalam tiga golongan. Ada yang beramal ibadah karena takuthukuman ‘adzab; mereka itulah yang beribadah karena takut kepada Allah. Adayang beribadah karena mengharap ganjaran pahala; mereka ini beribadah karenamengharap karunia Allah. Adapula yang beribadah semata-mata hanya karenamelaksanakan perintah Allah SWT; dan mereka adalah orang-orang  arif. Tentu saja mereka beribadah disertaiharapan dan rasa takut kepada Allah. Orang-orang yang beribadah karena rasatakut pun disertai harapan dan makrifat(kesadaran dan penuh pengertian). Akantetapi pada umumnya manusia hanya mengikuti keadaan di mana ia berada. Bisajadi apa yang dikatakan oleh sementara ahli tasawuf mengenai orang yanhberibadah dengan mengharapkan pahala karena takut, tampaknya kurang dimengertiatau diterima dengan pengertian keliru. Hal itu sebenarnya dimaksudkan untukmenekankan, bahwa ‘amal ibadah yang semata-mata hanya untuk mematuhi perintahAllah tentu lebih afdlal daripada ibadah yang semata-mata karena harapan danketakutan. Demikianlah duduk persoalannya. Namun, masing-masing ibadah punyaperingkat yang tidak sama. Yang satu lebih tinggi daripada yang lain. Manusiatidak berwenang menetapkan ibadah apa menurut pilihannya sendiri, sebab ibadahadalah perintah Allah SWT. Dialah yang mewajibkan ibadah kepada siapa saja darihamba-hamba-Nya, dimana saja dan menurut kehendak-Nya. Allah yang Maha Benarlahmenentukan salah satu dari tiga maqam itu, dan mewajibkannya kepada golongantertentu dari kaum beriman. (Tiga maqam atau tiga peringkat ibadah itu ialah:beribadah semata-semata karena perintah Allah, beribadah karena suatu harapan,dan beribadah karena takut kepada hukuman Allah). Keadaan masing-masinggolongan atau kelompok tidak akan menjadi lurus kecuali dengan mengamalkanibadah sesuai dengan yang diwajibkan kepada mereka. Mungkin ada sementara orangdari kaum ahli makrifat yang memandang rendah orang lain yang beribadah karenaharapan akan beroleh pahala. Ia dipandang lebih rendah daripada orang yangberibadah tidak atas dorongan ingin beroleh ganjaran pahala dan tidak pula terdorongoleh ketakutannya kepada hukuman(siksa). Ia tidak lagi beribadah secara “asli”sebagaimana diperintahkan Allah. Dengan demikian seakan-akan di dalam hatinyatidak terdapat perasaan mengagungkan kebesaran Allah Jalla wa ‘Ala yang telahmemerintahkan diri mereka menjalankan perintah-perintah-Nya. Masalah demikianitu sungguh tidak jelas (ghamidl). Saya berpendapat, bahwa dalam memandangmasalah secara demikian itu terdapat sesuatu yang menyerupai kesalahan. Namunada sementara ahli tarekat yang menekuninya.
            Saya katakan, beribadah mematuhiAllah, mendambakan keridlaan-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya adalah sangatbaik. Ibadah yang disertai harapan beroleh pahala dan perasaan takut kepadahukuman(siksa) juga sangat baik. Semua Ahlullah (kaum beriman) pada umumnyamengamalkan tiga maqam ibadah tersebut dengan lengkap dan sempurna. Oleh karenaitu, hendaklah manusia menyadari kewajiban apa yang telah ditetapkan Allahbaginya, dan mengamalkannya dengan baik. Jangan sampai seperti buruh upahanyang jelek, yang jika bukan karena takut pukulan ia tidak mau berlaku sopan.Hendaklah setiap orang berinadah demi karena Allah, sebab Allah adalahpenguasanya, Pemiliknya, dan Pelindungnya serta Pengatur hidup dan matinya.Karena itulah Allah menetapkan perintah dan larangan untuk ditaati dan dipatuhihamba-hamba-Nya. Mengharapkan ganjaran pahala dan karunia Allah adalah hal yangbaik. Namun, harus disertai perasaan takut akan hukuman sebagai akibat puladari kelalaianya sendiri dalam menunaikan kewajiba ibadah kepada Allah,Rabbnya. Dalam hal seperti itu ia tetap dapat mengharapkan ampunan dankeselamatan sebagai karunia dari Allah.
            Itulah tarekat (cara mendekatkandiri kepada Allah) yang paling baik dan jalan yang paling mulus, sebagaimanayang ditempuh dan diamalkan oleh kaum shalihin dan kaum ulama. Barangsiapamemperhatikan ucapan dan perikehidupan mereka, dan ia seorang yang berpandangantajam, tentu ia akan mengerti apa yang kami katakana ( di atas), dan ia puntentu akan dapat memahami dengan tepat dan benar. Nastaghfirrullaha wanahmaduhu katsiran.




TUJUHPULUH TIGA DALIL-DALIL DAN PERNYATAAN PARA ULAMA TENTANG KESUNNAHAN PAKAIANBERWARNA PUTIH, JUBAH, SORBAN, GAMIS,  RIDA’, DAN PERMASALAHAN TENTANG PAKAIANBERWARNA HITAM.

Hadits-hadits tentang kesunnahanpakaian berwarna putih :
1.عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا أَطْهَرُ وَأَطْيَبُ وَكَفِّنُوافِيهَا مَوْتَاكُمْ.
DariSamurah bin Jundab r.a, sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda.: :”Pakailah olehkalian dari pada pakaian-pakaian kalian yang berwarna putih.Karena sesungguhnyapakaian berwarna putih itu adalah pakaian yang paling suci dan yang terbaik,dan kafanilah dengannya orang yang meninggal diantara kalian.” (HR. an-Nasa’i, at-Tirmidzi, Ahmad bin Hambal, al-Baihaqi,at-Thabrani, Ibnu Majah, Ibnu Syaibah, dan Malik)
 2. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍقَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَفَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ
DariIbnu ‘Abbas r.a ia berkata, Rasulullah Saw. :”Pakailah oleh kalian dari padapakaian-pakaian kalian yang berwarna putih. Karena sesungguhnya pakaianberwarna putih itu adalah pakaian terbaik kalian, dan kafanilah dengannya orangyang meninggal diantara kalian.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi,Ahmad bin Hambal, at-Thabrani, Ibnu Hibban, dan ‘Abdu Razzaq)
 3.عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ: إِنَّ أَحْسَنَ مَا زُرْتُمُ اللَّهَ بِهِ فِي قُبُورِكُمْ ، وَمَسَاجِدِكُمْ ، الْبَيَاضُ.
DariAbi Darda r.a ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda : “Sesungguhnya (pakaian) terbaikdalam berziarah kepada Allah Swt. pada kubur-kubur kalian dan masjid-masjidkalian adalah pakaian berwarna putih.”(HR. Ibnu Majah,as-Sindi)
4.عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِثِيَابِ الْبَيَاضِ لِيَلْبَسَهَا أَحْيَاؤُكُمْ ، وَكَفِّنُوافِيهَا مَوْتَاكُمْ ، فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ.
DariSamurah bin Jundab r.a, sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda.: “Hendaklahkalian memakai pakaian berwarna putih untuk dipakai semasa hidup kalian, dan kafanilahdengannya orang yang meninggal diantara kalian.”.”, karena sesungguhnya iaadalah pakaian terbaik kalian.”(HR. an-Nasa’i, al-Hakim, Ahmadbin Hambal, dan ath-Thabrani)
Pernyataanpara ‘ulama tentang pakaian berwarna putih

5. يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَكُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ(31)
“Wahaianak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) Mesjid,makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukaiorang yang berlebih-lebihan.”(QS al-A’raf:31) Salah satu penafsiran Ibnu Katsir tentang ayatdi atas adalah sebagai berikut:  
ولهذه الآية، وما ورد في معناها من السنة، يستحبالتجمل عند الصلاة، ولا سيما يوم الجمعة ويوم العيد، والطيب لأنه من الزينة، والسواكلأنه من تمام ذلك، ومن أفضل الثياب (3) البياض، كما قال الإمام أحمد:
حدثنا علي بن عاصم، حدثنا عبد الله بن عثمان بن خُثَيم، عن سعيدبن جبير، عن ابن عباس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "البسوا من ثيابكمالبياض، فإنها من خير ثيابكم، وكَفِّنوا فيها موتاكم
“Dandalam ayat ini terkandung makna dari sunnah, disukai berhias tatkala hendakshalat, terutama pada hari Jum’at dan hari ‘Id. Dan juga memakai wewangiankarena ia bagian dari berhias dan bersiwak(menyikat gigi) karena ia bagian darikesempurnaan atas hal yang demikian tersebut. Dan yang lebih utama adalahmemakai pakaian berwarna putih, seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad: telahmenceritakan kepada kami ‘Ali bin ‘Ashim, telah menceritakan kepada kami‘Abdullah bin ‘Utsman bin Khutsaim dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas iaberkata, Rasulullah Saw. bersabda :”Pakailah oleh kalian dari padapakaian-pakaian kalian yang berwarna putih. Sesungguhnya ia adalah pakaianterbaik kalian, dan kafanilah dengannya orangyang meninggal diantara kalian.”(Tafsir IbnuKatsir, juz 2, hal 183) 
6. ( ويستحب الأبيض من الثياب ) لقوله عليه الصلاة والسلام : ' خير ثيابكمالبيض ' وقال عليه الصلاة والسلام : ' إن
الله تعالى يحب الثياب البيض ، وأنه خلق الجنةبيضاء
“(Disunnahkanwarna putih dari pakaian) berdasarkan sabda Rasulullah Saw.:”pakaian terbaikkalian adalah yang berwarna putih.”Dan Sabdanya yang lain:”Sesungguhnya AllahTa’la menyukai pakaian berwarna putih, dan sesungguhnya Dia menciptakan surgaitu putih.””( Syekh ‘Abdullah bin Mahmud al-Mausuli al-Hanafi, al-Ikhtiyarlita’lil al-mukhtar,  juz 4, hal 190)

7.ولبس الثوب الأحمر والمعصفر حرام وأفضل الثياب البيض
“Memakaipakaian berwarna merah dan pakaian yang dicelup tumbuhan berwarna kuning adalahharam. Dan yang afdlal/lebih utama adalah pakaian putih.”( SyekhMuhammad bin Abi Bakr ar-Razi al-Hanafi, Tuhfah al-Muluk, juz1,  hal 277)
8.(وَيُسْتَحَبُّ ) الثَّوْبُ ( الْأَبْيَضُ ……) لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ { إنَّ اللَّهَ يُحِبُّالثِّيَابَ الْبِيضَ وَإِنَّهُ خَلَقَ الْجَنَّةَ بَيْضَاءَ }
“(Disunnahkan)pakaian berwarna putih…..berdasarkan hadits Rasulullah Saw {Sesungguhnya AllahSwt. menyukai pakaian berwarna putih. Dan sesungguhnya ia menciptakan surga ituputih.”(Syekh Zadah al-Hanafi, Majma’ al-anhar, juz 8, hal 149)

9.}يُسْتَحَبُّ لِلْمُحْرِمِ لُبْسُ الْبَيَاضِ بَلْ وَغَيْرُالْمُحْرِمِ ؛ لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ { : الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمْالْبَيَاضَ فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ } ،وَفِي الْحَدِيثِ الْآخَرِ { : الْبَسُوا الثِّيَابَ الْبِيضَ فَإِنَّهَا أَطْهَرُوَأَطْيَبُ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ } .
“…disunnahkanuntuk orang yang sedang ihram memakai pakaian berwarna putih, akan tetapi jugadisunnahkan untuk dipakai saat selain ihram؛berdasarkan hadits Rasulullah Saw.: “Pakailah oleh kalian pakaian berwarnaputih. Sesungguhnya ia adalah pakaian terbaik kalian, dan kafanilah dengannyaorang yang meninggal diantara kalian.” ، dan pada hadits lain :”Pakailah oleh kalian pakaian yangberwarna putih. Sesungguhnya pakaian yang berwarna putih itu adalah pakaianyang paling suci dan yang terbaik, dan kafanilah dengannya orang yang meninggaldiantara kalian.”.”( Syekh Muhammad bin ‘Abdillahal-Kharasyi al-Maliki, Syarah Mukhtashar Khalil, Juz 8, hal 88)
10.( فَائِدَةٌ ) ذَكَرُوا أَنَّهُ يَنْبَغِي لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَلْبَسَ أَحْسَنَ الْمَلْبُوسِخُصُوصًا فِي حَالِ صَلَاتِهِ وَأَفْضَلُهُ الْبَيَاضُ
“(Faidah)mereka menyebutkan bahwa seyogyanya bagi orang-orang agar memakai pakaian yangpaling baik, khususnya pada saat shalat, dan yang paling afdlal adalah pakaianberwarna putih.”( Syekh Muhammad bin ‘Abdillah al-Kharasyi al-Maliki,Syarah Mukhtashar Khalil, juz 3, hal 234)
11.( قَوْلُهُ : وَلُبْسُ الثِّيَابِ الْجَمِيلَةِ ) فِيهِ إشَارَةٌ إلَى أَنَّ قَوْلَالْمُصَنِّفِ وَجَمِيلُ ثِيَابٍ مِنْ إضَافَةِ الصِّفَةِ لِلْمَوْصُوفِ ( قَوْلُهُوَأَفْضَلُهَا الْبَيَاضُ ) يَقْتَضِي أَنَّ الْجَمِيلَ شَرْعًا يَكُونُ أَبْيَضَ وَغَيْرَأَبْيَضَ إلَّا أَنَّ الْأَبْيَضَ
“(Perkataannya: dan pakaian yang bagus) didalamnya terdapat isyarat kepada perkataanpengarang. Dan pakaian yang bagus merupakan idlafah shifat untuk yangdisifati(ash-Shifah li al-Maushuf). (Perkataannya dan yang paling afdlal adalah(pakaian)berwarna putih), itu menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan bagusmenurut syara’ itu khususnya adalah (pakaian) berwarna putih. Dan dengan selainyang putih, tetaplah putih yang paling afdlal(utama).” (SyekhMuhammad bin ‘Abdillah al-Kharasyi al-Maliki, Syarah Mukhtashar Khalil, juz 5, hal 194 )
12.قوله: ( وأفضلها الأبيض ) : اعلم أن لبس الثياب الجميلة يوم الجمعة مندوب لا لأجل اليومبل لأجل الصلاة
“Perkataannya:(dan yang paling afdlal adalah pakaian berwarna putih) :”ketahuilahsesungguhnya pakaian yang bagus(berwarna putih) dihari Jum’at itu adalah yangdisunnahkan. Akan tetapi hal itu bukan hanya terbatas pada hari Jum’at atauhari tertentu saja,tapi disunnahkan pada setiap melaksanakan shalat.”( SyekhAhmad ash-shawi al-Maliki, Bulghah as-salik, juz 1, hal 331)
13......فيستحبالتزين للجمعة بأخذ الشعر والظفر والسواك وقطع الرائحة الكريهة ويلبس أحسن الثياب وأولاهاالبيض

“…makadisunnahkan berhias pada hari Jum’at dengan memotong rambut dan kuku,bersiwak(gosok gigi), memakai minyak wangi,memakai pakaian yang terbaik, danyang paling utama adalah pakaian berwarna putih.”(Syekh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad asy-Syarbini al-Khatib asy-Syafi’i,al-Iqna’ , juz 1, hal 162)
14.(وقوله) أفضل الثياب البياض كان الاحسن أن يقول البيض ويصح البياض علي تقدير افضل الوانالثياب البياض وهو معنى الحديث البسوا ثياب البيض أي ثياب الالوان البيض
فقال اصحابنا يستحب مع الاغتسال للجمعة أن يتنظف بازالة أظفار وشعروما يحتاج الي ازالتهما كوسخ ونحوه وأن يتطيب ويدهن ويتسوك ويلبس أحسن ثيابه وافضلهاالبيض ويستحب للامام أكثر مما يستحب لغيره من الزينة وغيرها وأن يتعمم ويرتدى وأفضلثيابه البيض كغيره هذا هو المشهور وذكر الغزالي في الاحياء كراهة لباسه السواد وقالهقبله أبو طالب المكى
“(Danperkataannya) yang paling afdlal adalah pakaian berwarna putih(al-Bayadl.Sesungguhnyaadalah lebih baik jika mengatakannya dengan lafazh al-Baidl.Dan yang benartentang penafsiran al-bayadl adalah pakaian yang terbuat dari kain berwarnaputih,karena sesuai dengan makna hadits”Pakailah oleh kalian pakaian berwarnaputih”, yakni pakaian yang terbuat dari kain berwarna putih….maka berkata paraulama dari madzhab kami, disunnahkan mandi pada hari jum’at, membersihkan diridengan menghilangkan kotoran dari badan serta rambut dan pada apa-apa yangperlu dibersihkan, meminyaki rambut,memakai minyak wangi, bersiwak, memakaipakaian yang terbaik dan yang paling utama adalah pakaian berwarna putih .Dandisunnahkan bagi imam membanyakkannya/sangat menekankannya, lebih dari orangyang bukan imam, dengan menambahkan memakai sorban dan rida. Dan tetaplah yangpaling afdlal kesemuanya itu berwarna putih, seperti yang lainnya juga,inilahpendapat yang masyhur. Dan telah berkata Imam Ghazali  dalam kitab ihya’,tentang makruhnya pakaianberwarna hitam, dan itulah perkataan yang diucapkan sebelumnya oleh Abu Thalibal-Makki(pengarang kitab Qut al-Qulub).”(Imam Nawawi asy-Syafi’i, al-Majmu’ syarh al-Muhadzdzab, juz 4,hal 538)
15.( وَ ) يُسَنُّ ( أَنْ يَتَزَيَّنَ ) حَاضِرُ الْجُمُعَةِ الذَّكَرُ ( بِأَحْسَنِ ثِيَابِهِوَطِيبٍ ) لِحَدِيثِ { مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِوَمَسَّ مِنْ طِيبٍ إذَا كَانَ عِنْدَهُ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ وَلَمْ يَتَخَطَّأَعْنَاقَ النَّاسِ ثُمَّ صَلَّى مَا كَتَبَ اللَّهُ ثُمَّ أَنْصَتَ إذَا خَرَجَ إمَامُهُحَتَّى يَفْرُغَ مِنْ صَلَاتِهِ كَانَ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ جُمُعَتِهِالَّتِي قَبْلَهَا } رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ وَالْحَاكِمُ فِي مُسْتَدْرَكِهِ، وَقَالَ : إنَّهُ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ ، وَأَفْضَلُ ثِيَابِهِ الْبِيضُلِخَبَرِ { الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمْ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا خَيْرُ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوافِيهَا مَوْتَاكُمْ } رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُ وَصَحَّحُوهُ .
“(Dan)disunnahkan(agar berhias) saat menghadiri shalat Jum’at (dengan pakaian yangbaik dan memakai minyak wangi)berdasarkan hadits{Barangsiapa yang mandi padahari jum’at,memakai siwak, memakai pakaian yang terbaik, memakai minyak wangijika dia memilikinya, kemudian mendatangi masjid sementara dia tidak melangkahipundak-pundak orang lain sehingga dia ruku’(shalat), kemudian mendengarkan padasaat Khatib berkhutbah dan hingga mengikutinya sampai selesai shalatnya, makahal itu sebagai penghapus dosa-dosa yang terjadi antara jum’at ini dengan harijum’at sebelumnya}. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya danal-Hakim dalam kitab mustadraknya. Ia al-Hakim berkata bahwa hadits tersebutshahih menurut syarat imam Muslim. Dan yang paling afdlal adalah pakaianputih,berdasarkan hadits{Pakailah oleh kalian pakaian putih. Sesungguhnya iaadalah pakaian terbaik kalian, dan kafanilah dengannya orang yang meninggaldiantara kalian.”},diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan selainnya dan merekamenshahihkannya.”( Syekh Syamsyuddin Muhammad al-Khatibasy-Syarbini asy-Syafi’i, Mughn al-Muhtaj, juz 4, hal 31 )
16.(والثالث) أحسن ثيابه من الأبيض والأخضر لأنهما من لباس رسول الله صم. والأولى لبس(الثياب البيض فإنها أفضل الثياب) وبعدها الأخضر في كل زمن حيث لا عذر
“(Dan yang ketiga memakai)pakaian terbaik dari yang berwarnaputih dan hijau. Karena keduanya adalah pakaian Rasulullah Saw. Dan yang palingutama adalah memkai( pakaian berwarna putih, karena ia adalah sebaik-baikpakaian),dan setelahnya adalah hijau, yang berlaku pada setiap zaman selamatidak ada ‘udzur.”( Syekh Nawawi al-Bantani, Tausyih ‘alaIbni Qasim, hal 82) 

17.( وَ ) يُسَنُّ ( لُبْسُ الثِّيَابِ الْبِيضِ ) لِحَدِيثِ { الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمْالْبِيضَ ، فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ } رَوَاهُأَبُو دَاوُد ( وَهِيَ ) أَيْ الثِّيَابُ الْبِيضُ ( أَفْضَلُ ) مِنْ غَيْرِهَا ( وَ) تُسَنُّ ( النَّظَافَةُ فِي ثَوْبِهِ وَبَدَنِهِ وَمَجْلِسِهِ ) لِخَبَرِ { إنَّاللَّهَ نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ } وَكَانَ ابْنُ مَسْعُودٍ يُعْجِبُهُ إذَا قَامَإلَى الصَّلَاةِ الرِّيحَ الطَّيِّبَةَ وَالثِّيَابَ النَّظِيفَةَ .

(Dan) disunnahkan(memakai pakaian berwarna putih) berdasarkanhadits{Pakailah oleh kalian pakaian berwarna putih. Sesungguhnya ia adalahpakaian terbaik kalian, dan kafanilah dengannya orang yang meninggal diantarakalian.” },diriwayatkan Abu Daud.(Dan ia)yakni pakaian berwarna putih(lebih utama) dari selainnya(dan) disunnahkan (menjagakebersihan pada pakaiannya, badannya,dan majlisnya) berdasarkan pada hadits {SesungguhnyaAllah Swt adalah Nazhifun= Maha Bersih yang menyukai kebersihan}. Dansesungguhnya Ibnu Mas’ud suka membuat takjub orang lain ketika berdiri hendakshalat dengan aroma minyak wanginya dan pakaiannya yang bersih.”( SyekhManshur bin Yunus al-Buhuti asy-Syafi’i, Kasysyaf al-qina’ ‘an al-‘iqna’, juz 2,hal 341)
18. لأن الأبيضهو أفضل الثياب ؛ وقد قال - صلى الله عليه وسلم - : (( خير ثيابكم البيض فالبسوها وكفنوافيها موتاكم ))……… فاستحبوالبس الأبيض ؛ لأن النبي -- صلى الله عليه وسلم -- فضله واستحبه للأمة
 “Karena sesungguhnya( pakaian) berwarna putihadalah pakaian yang paling utama؛  dansesungguhnya Nabi Saw bersabda :((pakaian terbaik kalian adalah putih, makapakailah oleh orang yang hidup dan kafanilah dengannya orang yang meninggaldiantara kalian.))………….maka cintailah oleh kalian pakaian berwarna putih,karena sesungguhnya Nabi Saw mengutamakannya dan mensunnahkannya bagi umatnya.”          (Syekh asy-Syanqithi,  Durus ‘umdahal-fiqh karangan , juz 4, hal 340)




Hadits-haditstentang gamis dan jubah
19. عَنْ أُمِّسَلَمَةَ قَالَتْ : لَمْ يَكُنْ ثَوْبٌ أَحَبَّ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِوسَلَّمَ مِنَ الْقَمِيصِ
DariUmmu Salamah, ia berkata :”Tidaklah ditemukan pakaian yang paling dicintaiRasulullah selain dari pada gamis.”(HRIbnu Majah, al-Hakim, dan Abu Dawud)
20. عَنْ أُمِّسَلَمَةَ ، قَالَتْ : كَانَ أَحَبَّ الثِّيَابِ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقَمِيصُ
DariUmmu Salamah, ia berkata :”Sesungguhnya pakaian yang paling dicintai RasulullahSaw adalah gamis.”(HR. an-Nasa’i danat-Tirmidzi)
21. عَنِ ابْنِعَبَّاسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَلَبِسَ قَمِيصًا وَكَانَ فَوْقَ الْكَعْبَيْنِ وَكَانَ كُمُّهُ مَعَ الأَصَابِعِ.
DariIbnu ‘Abbas r.a: “Sesungguhnya Nabi Saw memakai gamis di atas mata kaki, danlengan bajunya sebatas jari-jari tangannya.”HRal-Hakim)
22. عن أبي هريرة: أن النبي صلى الله عليه و سلم كان إذا لبس قميصا بدأ بميامنه
DariAbu Hurairah :”Sesungguhnya Nabi Saw tatkala hendak memakai gamis, maka iamemulainya dari sebelah kanan.”(HR an-Nasa’i)
23. حَدَّثَنَاعَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ قَالَ سَمِعْتُ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ-صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ : مَا كَانَ شَىْءٌ مِنَ الثِّيَابِ أَحَبُّ إِلَى رَسُولِاللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنَ الْقَمِيصِ
Telahmemberitahukan kepada kami ‘Abdullah bin Buraidah ia berkata, aku mendengarUmmu Salamah istri Nabi Saw berkata:”Tidak ada sesuatupun dari pakaian yangpaling dicintai Rasulullah Saw selain daripada gamis.”(HRal-Baihaqi)
24. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ يَلْبَسُ قَمِيصًا قَصِيرَ الْيَدَيْنِ، وَالطُّولِ.
DariIbnu ‘Abbas, ia berkata:”Sesungguhnya Rasulullah Saw sering memakai gamis yanglengannya pendek, dan terkadang yang lengannya panjang.”(HR.Ibnu Majah)

25. عَنْ مُغِيرَةَبْنِ شُعْبَةَ قَالَ : كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي سَفَرٍ فَقَالَيَا مُغِيرَةُ خُذِ الإِدَاوَةَ فَأَخَذْتُهَا فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللهِ صلى اللهعليه وسلم حَتَّى تَوَارَى عَنِّي فَقَضَى حَاجَتَهُ ، وَعَلَيْهِ جُبَّةٌ شَأْمِيَّةٌفَذَهَبَ لِيُخْرِجَ يَدَهُ مِنْ كُمِّهَا فَضَاقَتْ فَأَخْرَجَ يَدَهُ مِنْ أَسْفَلِهَافَصَبَبْتُ عَلَيْهِ فَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ ثُمَّصَلَّى
Dari‘al-Mughirah bin Syu’bah , ia berkata:”Aku sedang bersama Rasulullah Saw dalamsafar. Maka Rasulullah berkata’,wahai Mughirah ambilkanlah kantung air’.Makaaku mengambil kantung air. Setelah itu Rasulullah Saw pergi ketempat jauhhingga tidak tampak dari pandanganku, lalu Beliau buang hajat. Saat itu Beliaumemakai jubah syamiyah,lalu hendak mengeluarkan tangannya dari lengan jubahnya.Karena lengan jubahnya sempit, maka beliau Saw mengeluarkan  tangannya dari bawah jubahnya, lalu akumenuangkan air untuknya, lalu beliau Saw berwudlu untuk shalat dan mengusapsepatunya, lalu akhirnya Beliau Saw melaksanakan shalat.” (HRBukhari,Muslim, Ahmad,an-Nasai,Ibnu Khuzaimah,al-Baihaqi, Abi ‘Awanah,at-Thabrani,‘Abdu Razzaq,ad-Darimi,Abi Syaibah)
Haditstersebut di atas merupakan isyarat bahwa Rasulullah Saw sering memakai jubah.
26. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِأَبُو عُمَرَ مَوْلَى أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ قَالَ رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ فِىالسُّوقِ اشْتَرَى ثَوْبًا شَامِيًّا فَرَأَى فِيهِ خَيْطًا أَحْمَرَ فَرَدَّهُ فَأَتَيْتُأَسْمَاءَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهَا فَقَالَتْ يَا جَارِيَةُ نَاوِلِينِى جُبَّةَ رَسُولِاللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَخْرَجَتْ جُبَّةَ طَيَالِسَةَ مَكْفُوفَةَ الْجَيْبِوَالْكُمَّيْنِ وَالْفَرْجَيْنِ بِالدِّيبَاجِ.
Mengabarkankepada kami ‘Abdullah Abu ‘Umar Maula Asma’ binti Abu Bakar, ia berkata:”Akumelihat Ibnu ‘Umar di pasar sedang membeli pakaian syamiyah, aku melihat adabenang merah pada jubahnya.Maka aku pergi meninggalkannya tuk menemui Asma’,laluakupun menceritakan hal tersebut padanya. Maka Asma’ pun berkata’wahaijariyah(pembantu) ambilkan untukku jubah Rasulullah Saw. Maka jariyah punmengeluarkan/memperilihatkan sebuah jubah persia hijau yang mempunyai kelim/lipatanyang ada sakunya, juga ada lengan baju dan dua celah yang terbuat dari sutera.”(HRAbu Dawud)
Haditstersebut di atas merupakan isyarat bahwa Rasulullah Saw sering memakai jubah.
Tambahan.Memakai sarung dalam aktivitas sehari-hari juga adalah sunnah Rasulullah Saw.,yang ditunjukkan oleh salah satu hadits di bawah ini :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ : خَطَبَنَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ مَنْ لَمْيَجِدِ الإِزَارَ فَلْيَلْبَسِ السَّرَاوِيلَ ، وَمَنْ لَمْ يَجِدِ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسِالْخُفَّيْنِ.
DariIbnu ‘Abbas ra.,ia berkata:”Rasulullah Saw berkhutbah kepada kami saat dipadang ‘Arafah. Beliau bersabda:”Barang siapa yang tidak mempunyai sarung makapakailah celana. Barang siapa yang tidak mempunyai sepasang sandal makapakailah sepasang sepatu.”

Pernyataanpara ‘Ulama tentang gamis dan jubah
27. ولبس القميصوكان أحبَّ الثياب إليه، وكان كُمُّه إلى الرُّسُغ
“Danpakaian gamis, sesungguhnya ia adalah pakaian yang paling dicintai RasulullahSaw. Dan Bahwasannya terdapat saku hingga pergelangan tangannya.”(Syekh ‘Ali bin Nayif asy-Syuhud, al-Muhadzdzab fi tafsir ,juz 1,hal 481)
28. قَوْلُهُ: ( أَحْسَنَ ثِيَابِهِ ) وَأَنْ يَتَقَمَّصَ وَيَتَعَمَّمَ وَيَتَطَيْلَسَ وَيَرْتَدِيَ
“Perkataannya:(yang paling baik pakaiannya),yaitu sesungguhnya yang bergamis, bersorban,berjubah hijau, berrida’.”( Syekh Sulaimanal-Bujairimi asy0Syafi’i, Tuhfah al-Habib, juz 2,  hal 111)
29. وَفِي كِتَابِاللِّبَاسِ لِلْقَاضِي يُسْتَحَبُّ لِبْسُ الْقَمِيصِ ، وَاحْتَجَّ بِقَوْلِ أُمِّسَلَمَةَ { كَانَ أَحَبُّ الثِّيَابِ إلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ الْقَمِيصَ ، } رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَالتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ
“Dandi dalam kitab “al-Libas” karangan al-Qadli,”Disunnahkan memakaigamis,berdasarkan hujah dari Ummu Salamah{:”Sesungguhnya pakaian yang paling dicintaiRasulullah Saw adalah gamis.”(H.R Abu Dawud dan at-Tirmidzi).(Syekh Muhammad bin Muflih al-Hambali, al-Furu’, juz 2, hal23)
30. (وتستحبصلاته في ثوبين) كالقميص والرداء والإزار أو السراويل مع القميص
“(Dandisunnahkan dalam shalat memakai pakaian yang sepasang) semisal gamis dan rida’,dan sarung, atau memakai celana yang dirangkap dengan gamis.”(‘Abdurahman an-Najdi, Hasyiyah ar-Raudl, juz 1,hal 499)



Hadits-haditstentang sorban
31.عَنْ أَبِى جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِىِّ بْنِ رُكَانَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّرُكَانَةَ صَارَعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَصَرَعَهُ النَّبِىُّ -صلىالله عليه وسلم- قَالَ رُكَانَةُ وَسَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ« فَرْقُ مَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْمُشْرِكِينَ الْعَمَائِمُ عَلَى الْقَلاَنِسِ».

DariAbi Ja’far bin Muhammad bin ‘Ali bin Rukanah dari ayahnya:”Sesungguhnya Rukanahbergulat dengan Nabi Saw.,maka Nabi Saw. pun membanting Rukanah. Rukanahberkata,’aku mendengar Nabi Saw bersabda:{Perbedaan antara kita dan antaraorang-orang Musyrik adalah sorban di atas peci}.’”(HR Abu Dawud,at-Tirmidzi, ath-Thabrani, al-Hakim, al-Baihaqi)
Penjelasan:di dalam kitab Tanqih al-qaul dijelaskan bahwa jika memakai peci saja, makamenyerupai dengan kaum Musyrikin, karena kaum Musyrikin pun suka memakai pecitapi tidak mengenakan sorban di atas pecinya. Di dalam kitab ad-Di’amah jugadisebutkan, karena banyak keterangan bahwa kita dilarang tasyabbuh(menyerupai)orang-orang kafir dalam berbagai keadaan, juga saat berpakaian pada waktuberibadah.
32.عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا اعْتَمَّ سَدَلَعِمَامَتَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهِ. قَالَ نَافِعٌ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَسْدِلُ عِمَامَتَهُبَيْنَ كَتِفَيْهِ.
DariIbnu ‘Umar ia berkata :”Sesungguhnya Rasulullah Saw tatkala memakai sorban,dijuraikan(buntut)sorbannya itu diantara dua pundak/bahunya.”(HR. at-Tirmidzidan al-Baihaqi)

33.حَدَّثَنِى شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَعَوْفٍ يَقُولُ عَمَّمَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَسَدَلَهَا بَيْنَيَدَىَّ وَمِنْ خَلْفِى
Telahmengabarkan kepadaku seorang Syekh dari penduduk Madinah ia berkata, akumendengar ‘Abdurahman bin ‘Auf berkata:”Rasulullah Saw memakaikan sorbanpadaku,maka dijuraikanlah(buntut)sorban tersebut diantara kedua tanganku, dibelakangku.”(HR.Abu Dawud, Abi Ya’la dan al-Baihaqi)
34.عن جابر قال, قال رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم: رَكْعَتَانِ بِعَمَامةٍ خَيْرٌمِنْ سَبْعِينَ رَكْعَةً بِلاَ عِمَامَةٍ)
DariJabir ia berkata,Rasulullah Saw bersabda:”Shalat dua raka’at dengan memakaisorban, lebih baik/utama dari pada shalat tujuh puluh raka’at tanpa memakaisorban.”HR.ad-Dailami,lihatkitab Syarah jami’ ash-Shagir oleh Syekh al-Manawi juz 4 hadits no4468).Shalat adalah menghadap Sang Maha Raja, dan datang menghadap ke hadirat SangMaha Raja tanpa berhias adalah menyalahi adab!(Kitab Tanqih al-Qaul)
35.قال صلى الله عليه وسلم: تَعَمَّموا فَإنَّ المَلائِكَةَ تَعَمَّمَتْ
RasulullahSaw bersabda:”Bersorbanlah kalian, karena sesungguhnya para malaikat itubersorban.”(Syekh Nawawi al-Bantani, Tanqih al-qaul, babkeutamaan sorban)
Syaikh Muhammad Ibn Jamil Zainu(Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University) dalam bukunya (Al-SyamailAl-Muhammadiyyah , hal 106):
بَلَى إِنْ تَصْبِرُواوَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِآلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125)
 “ Ya (cukup), jika kamu bersabar danbersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga,niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (S.Al Imran : 125).Ibnu ‘Abbas berkata:”Tanda itu maksudnya adalah memakai sorban.”                                                                       
36. وعن أبيهريرة معا ( إن لله عز وجل ملائكة وقوفا بباب المسجد يستغفرون لأصحاب العمائم البيض)
“Beberapamalaikat Allah akan berdiri di depan pintu mesjid dan memintakan ampun bagimereka yang memakai sorban berwarna putih” (Hafizhas-Sakhawi Al-Maqaasidul Hasanah, Hal 466)
37.عَنِ ابْنِ الْمُغِيرَةِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- مَسَحَعَلَى الْخُفَّيْنِ وَمُقَدَّمِ رَأْسِهِ وَعَلَى عِمَامَتِهِ.
DariIbnu al-Mughirah dari Ayahnya:”Bahwasannya  Nabi Saw mengusap dua sepatunya, bagian depankepalanya, dan sorbannya (saat wudlu).”(HR. Muslim, AbuDaud)
Haditstersebut di atas memberikan isyarat bahwa Rasulullah Saw. memakai sorban
38.عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ اللَّهَوَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى أَصْحَابِ الْعَمَائِمِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
DariAbi Darda’ ia berkata,Rasulullah Saw bersabda:”Sesungguhnya Allah Swt dan paramalaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang memakai sorban pada hariJum’at).”(HR.ath-Thabranidan Abu Nu’aim)
39. وقال صلىالله عليه وسلم: صَلَّتِ المَلاَئِكَةُ عَلَى المُتَعَمِّمينَ يَوْمَ الجُمُعَة)
RasulullahSaw bersabda:”Malaikat memintakan rahmat untuk orang-orang yang memakai sorbanpada hari Jum’at.” (Syekh Nawawial-Bantani, Tanqih al-qaul, bab keutamaan sorban)
40. (وقال صلىالله عليه وسلم: تَعَمَّمُوا فَإنَّ الشَّياطِينَ لاَ تَتَعمَّمُ)
RasulullahSaw bersabda:”Bersorbanlah kalian , karena sesungguhnya setan tidak bersorban.”(Syekh Nawawi al-Bantani, Tanqih al-qaul, bab keutamaan sorban)
41. وقال صلىالله عليه وسلم: العَمَائِمُ سِيمَا المَلائِكَةِ فَأرْسِلُوهاخَلْفَ ظُهورِكُمْ
RasulullahSaw bersabda:”Sorban adalah kekhususan/ciri malaikat, maka juraikanlah(buntutnya)di belakang punggung kalian.”(HR. Ibnu ‘Adi danal-Baihaqi dalam kitab khulashah)
42. (قال النبيصلى الله عليه وسلم: العَمَائِمُ تِيجانُ العَرَبِ فَإذَا وَضَعُواالعَمَائِمَ وَضَعُوا عِزَّهُمْ)
RasulullahSaw bersabda :”Sorban adalah mahkotanya orang Arab. Jika mereka meletakkansorban, maka berarti mereka telah meletakkan kemuliannya.”(HRad-Dailami)
 .43عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ بن أُسَامَةَ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَعْتِمُوا تَزْدَادُوا حِلْمًا.

DariAbi al-Malih bin Usamah dari ayahnya ia berkata, Rasulullah Saw bersabda :Bersorbanlah kalian, niscaya kalian akan bertambah sabar.”(HR.at-Thabrani)
 .44و حكى ابن عبد البرعن علي كرم الله وجهه أنه قال : ( تمام جمالة المرأة في خفها، وتمام جمال الرجل فيعمته)
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abdil Bar dariImam ‘Ali Kw, sesungguhnya beliau berkata:” Kesempurnaan kecantikan wanita adapada selopnya, dan kesempurnaan ketampanan laki-laki ada pada sorbannya.” (Ibnu Muflih al-Hambali,  al-Adabu Syar’iyyah, juz 3, hal 354)



Pernyataanpara ‘Ulama tentang sorban
54. قَدْ رَوَى الْبَيْهَقِيُّ فِيشُعَبِ الْإِيمَانِ عَنْ أَبِي عَبْدِ السَّلَامِ قَالَ سَأَلْت ابْنَ عُمَرَ كَيْفَ{ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَمُّ قَالَ كَانَ يُدِيرُالْعِمَامَةَ عَلَى رَأْسِهِ وَيَغْرِزُهَا مِنْ وَرَائِهِ وَيُرْسِلُ لَهَا مِنْ وَرَائِهِذُؤَابَةً بَيْنَ كَتِفَيْهِ }
“Telahmeriwayatkan al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dari Abi ‘Abdis Salam, iabertanya kepada kepada Ibnu ‘Umar bagaimana sesungguhnya cara Rasulullah Sawmemakai sorban. Ia berkata :”Sesungguhnya beliau Saw melilitkan sorbannya kekepalanya, menancapkan buntutnya ke bagian belakang, dan menjuraikan(buntutnya)ke belakang rambutnya diantara dua bahunya.”(Syekh Sulaiman bin ‘Umar al-Jamal asy-Syafi’i, Hasyiyah Jamal, juz 6,hal 201)
46.وَيُسْتَحَبُّ لَهُ أَنْ يَعْتَمَّ من وجبت عليه الجمعة....... وَلِقَوْلِهِ {صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ} : الْعَمَائِمُ تِيجَانُ الْعَرَبِ .
“Dan disunnahkan baginya agar bersorban pada hari Jum’at………berdasarkanpada hadits Rasulullah Saw :”Sorban itu adalah mahkotanya orang Arab.”( Al-Qadlial-Mawardi asy-Syafi’i, al-Hawi, juz 2, hal 1031)
47.الْمُخْتَارُ لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْيَوْمِ مِنَ الزِّينَةِ ( يوم العيد ) ، وَحُسْنِالْهَيْئَةِ وَلُبْسِ الْعَمَائِمِ ، وَاسْتِعْمَالِ الطِّيبِ وَتَنْظِيفِ الْجَسَدِ، وَأَخْذِ الشَّعْرِ وَاسْتِحْسَانِ الثِّيَابِ.
“(Pendapat)yang terpilih bagi orang-orang pada saat hari ini(hari ‘Id) tentang berhiasadalah membaguskan rupa, memakai sorban, menatanya dengan baik, dan menjagakebersihan badan. Juga menyisir rambut, merapihkan pakaian.” (Al-Qadlial-Mawardi asy-Syafi’i, al-Hawi, juz 2, hal 455)
48.(قوله: لخبر: إن الله وملائكته إلخ) أي ولخبر: صلاة بعمامة أفضل من خمس وعشرين بغيرعمامة، وجمعة بعمامة أفضل من سبعين بغير عمامة
“(Danperkataannya berdasarkan khabar:’sesungguhnya Allah Swt dan paraMalaikatnya…..’) dan berdasarkan khabar:’shalat dengan memakai sorban lebihutama daripada solat dua puluh raka’at tanpa memakai sorban. Dan Shalat Jum’atdengan memakai sorban lebih utama daripada shalat jum’at tujuh puluh rakaattanpa memakai sorban.”( Sayyid Syatha’ ad-Dimyati asy-Syafi’i,Hasyiyah i’anah ath-Thalibin, juz 2,hal95)


49.ثُمَّ الْعِمَامَةُ على صِفَتِهَا في السُّنَّةِ وَالرِّدَاءُ في الصَّلَاةِ مَطْلُوبٌشَرْعًا وهو أَنْ يَجْعَلَهُ على كَتِفَيْهِ
“Kemudiansorban atas sifatnya dalam sunnah dan rida’ dalam shalat,  yang dituntut secara syara’ dalampemakaiannya adalah dengan menguraikan(buntutnya) di belakang pundaknya.”( SyekhIbnu Hajar al-Haitami, Fatawa fiqhiyah kubra,  juz1,  hal 169)
50.وعبارة التحفة: وتسن العمامة للصلاة، ولقصد التجمل، للاحاديث الكثيرة فيها، واشتدادضعف كثير منها يجبره كثرة طرقها، وزعم وضع كثير منها تساهل، كما هو عادة ابن الجوزيهنا، والحاكم في التصحيح - ألا ترى إلى حديث: اعتموا تزدادوا حلما.
حيث حكم ابن الجوزي بوضعه، والحاكم بصحته، استرواحامنهما على عادتهما ؟ وتحصل السنة بكونها على الرأس أو نحو قلنسوة تحتها.

“Menurut Ibarat kitab Tuhfah:”dan disunnahkan memakai sorbanuntuk shalat, dan berhias,berdasarkan hadits-hadits yang banyak tentang haltersebut. Dan kesangatan dla’if yang banyak dari padanya, dapat dinaikkanderajatnya dikarenakan oleh banyak thuruq(riwayatnya) dari jalur lain . Danprasangka dugaan tentang banyak kepalsuan dari hadits-hadits tersebut adalahsikap yang terlalu merendahkan, seperti kebiasaan Ibnul Jauzi dalam hal inidengan terlalu menganggap palsu suatu hadits. Dan kebiasaan
 al-Hakim dalam pentashihannya(menshahihkan).Lihatlah kepada hadits (اعتمواتزدادوا حلما=bersorbanlahkalian, niscaya kalian akan bertambah sabar  ). .”( Sayyid Syatha’ ad-Dimyatiasy-Syafi’i, Hasyiyah i’anah ath-Thalibin, juz 2, hal 95)
51.وفي خبر أنه كان له ثلاث قلانس : قلنسوة بيضاء ، مضرية ، وقلنسوة بردة حبرة ، وقلنسوةذات آذان يلبسها في السفر ، وربما وضعها بين يديه إذا صلى ، ويؤخذ من ذلك أن لبس القلنسوةالبيضاء يغني عن العمامة ، وبه يتأيد ما اعتاده بعض مدن اليمن من ترك العمامة من أصلها
“Dandi dalam suatu hadits bahwa Rasulullah Saw mempunyai tiga peci: peci putih,Mudlarriyah,dan peci Burdah Habarah. Peci tersebut terkadang dipakai dalamsafar, dan terkadang ditaruhnya diantara kedua tangannya tatkala beliau Sawshalat. Dan dapat difahami dari hal tersebut, bahwa memakai peci putih itusudah terkaya dari pada sorban. Dan dengannya jadi kuatlah kebiasaanorang-orang di sebagian kota-kota di negeri Yaman dari pada meninggalkan sorbansama sekali.”( Sayyid ‘Abdurahman al-Masyhur asy-Syafi’i, Bughyahal-Mustarsyidin, hal 87)
52.والعمامة مستحبة في هذا اليوم وروى واثلة بن الأسقع أن رسول الله صلى الله عليه و سلمقال إن الله وملائكته يصلون على أصحاب العمائم يوم الجمعة فإن أكربه الحر فلا بأس بنزعهاقبل الصلاة وبعدها ولكن لا ينزع في وقت السعي من المنزل إلى الجمعة ولا في وقت الصلاةولا عند صعود الإمام المنبر وفي خطبته
“Dansorban itu disunnahkan memakainya pada hari ini(Jum’at). Dan telah meriwayatkanWatsilah bin al-Asqa’ bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: SesungguhnyaAllah Swt dan para Malaikatnya bershalawat kepada orang-orang yang memakaisorban di hari Jum’at. Maka jika cuaca panas merisaukannya, tidaklah mengapasorban tersebut ditanggalkan sebelum shalat dan sesudahnya. Akan tetapijanganlah ditanggalkan di waktu berjalan dari rumah menuju shalat Jum’at,jangan pula di waktu shalat,dan jangan pula di waktu Khatib/Imam naik mimbarsaat berkhutbah.”(al-Ghazali, Ihya’ ‘ulumid ad-din, juz 1, hal 181)
53.“Semoga dengan penjelasan ini,para Fuqaha akan menerima fakta bahwa pahalashalat dengan memakai sorban adalah lebih besar daripada shalat tanpa memakaisorban”(FatawaRashidi, hal326 dan FatawaRahimia,  juz 4, hal 359).
54. “Maulana Rashid Ahmad Gangohi telah menulis sepertiberikut ini ketika menjawab satu pertanyaan tentang sorban;“Membolehkan seorangImam (dalam shalat) tanpa memakai sorban adalah sama sekali diizinkan tanpasuatu celaan. ………Namun kita tidak boleh mengabaikan fakta bahwa dengan memakai sorban,pahala akan meningkat.”(Fatâwa Rasyidia, hal 326)
55. “Allamah Anwar Shah Kashmiri telah menulis; “dari pandanganpara fuqaha (ahli fiqgih), kami menemukan bahwa adalah mustahab (sangatdisukai) jika sholat dilaksanakan dengan memakai tiga macam pakaian, satusiantaranya adalah sorban.” (Faidl al-Bari, juz2, hal 8)
56. “Maulana Muhammad Zakariya Khandahlawi telah menulisdalam ‘Khasâil-e-Nabawi’ (Penjelasan Kitab Syamail Tirmizi): Memakaisorban adalah Sunnat-Mustamirrah’ (terus–menerus dilakukan oleh Nabi Sallallahualayhi wa sallam). Nabi Sallallahu alayhi wa sallam sangat menganurkan kitauntuk memakai sorban. Telah diriwayatkan dalam mahfum hadits: “Pakailah sorban.Karena itu akan membuatmu sabar” (Fathul Baari) Juga telah diriwayatkan bahwathat seseorang bertanya kepada Hadhrat Ibn Umar R.a. :”apakah memakai sorbanitu adalah sunnah atau bukan?” Beliau menjawab bahwa itu adalah sunnah.
57. “Dalambeberapa kitab tentang biograf para Imam empat madzhab,Imam al-Suyuti and al-Haitami meriwayatkan bahwa beliau (ImamHanafi) memiliki tujuh buah sorban, mungkin beliau memakai satu sorban untuksatu hari dalam seminggu. Juga Imam Syafi’i selalu memakai sorban yangbesar, seolah-olah beliau adalah orang Arab di tengah padang pasir.” Sepertijuga dengan muridnya, Pendiri mazhab Hambali, Ahmad ibn Hanbal selalumemakai sorban dengan melilitkan sebagian ekornya dibawah dagu. Banyakkaum muslimin di Afrika Utara dan di Sudan meniru cara beliau dalam memakaisorban
58. Telah disebutkan juga bahwa Imam Bukhari ketikamempersiapkan perjalanannya ke Samarqand, beliau memakai sorban dan kaos kakidari kulit (Muqaddimah Fathul Bari, Hal 493)
59. “Juga telah diriwayatkan bahwa Imam Muslim suatu ketikapernah meletakkan rida dan sorbanya di depan gurunya lalu pergi meninggalkankelas. (Muqadimah Fathul Bari, hal491).Ini membuktikan bahwa Imam Muslim  ketika mempelajari hadits selalu dalamkeadaan memakai sorban
60. “Ibn Hajar Al-Asqalani (Rahimahullah) telahmenyebutkan di dalam kitab Fathul Baari hal 491 dan 493, bahwasanya Imam Bukhari dan ImamMuslim keduanya selalu memakai sorban.”
Catatan : Walaupun merekabukan orang Arab tapi mengamalkan hal ini (memakai sorban) untuk mengikuti SunnahRasulullah Saw.
61.“Ibn Al-Jawzi dan Ibn Al-Qayyim (dalam kitab Raudatal-muhibbin hal. 225.)mengatakan bahwa Syekh Hasan al-Basri selalu memakai sorban.”
62.Jugadikatakan dalam beberapa buku biografi, bahwa Imam Abu Zakaria an-Nawawi seumurhidupnya hanya memakai gamis dan sorban




Hadits-haditstentang Rida’
63.عن أنس بن مالك ، قال : كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا ارتدى ، أو ترجل  ، أو تنعل ، بدأ بميامنه ، وإذا خلع بدأ بيساره
“Dari Anas bin Malik, ia berkata:”Bahwasanya Nabi Saw tatkalamemakai rida’,atau tatkala berjalan kaki, atau tatkala memakai sandal, makamemulainya dengan bagian kanan dahulu. Dan tatkala melepasnya, maka dimulaidari bagian kiri dahulu.”(HR Abi Syaikh, kitab akhlaq an-Nabiy,hal 284)
64.أخبرنا الشافعي قال : " وأحب للإمام من حسن الهيئة ما أحب للناس ، وأكثر منه ،وأحب لو اعتم فإنه كان يقال إن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتم ، ولو ارتدى ببرد
“Telahmengabarkan kepada kami Imam Syafi’i, ia berkata:”Dan yang paling disukai bagiImam adalah membaguskan penampilannya dari apa-apa yang paling disukai olehorang-orang, dan lebih memperbanyaknya. Dan lebih disukai jikalaubersorban.Karena sesungguhnya bahwasannya dikatakan “sesungguhnya Nabi Sawbersorban,meskipun beliau memakai rida dengan kain bergaris.”(HRal-Baihaqi)



65.عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَوَعَلَيْهِ رِدَاءٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ.
“Dari Anas binMalik ia berkata :”Kami sedang bersama Nabi Saw., dan Beliau memakai rida’orang-orang Nahran yang tebal kelimnya.”(HR. Ibnu Majah)
66.حدثني إسحاق بن عبد الله بن أبي طلحة حدثني أنس بن مالك قال : دخل النبي صلى الله عليهو سلم المسجد وعليه رداء نجراني غليظ الصنعة
“Telahmenceritakan kepadaku Ishaq bin ‘Abdillah bin Abi Thalhah telah menceritakankepadaku Anas bin Malik, i

Pernyataan para ‘Ulama tentang rida’
67. عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ : أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ كَانَ يَرْتَدِي رِدَاءً بِأَلْفٍ
“Dari ‘Utsman bin Abi Sulaiman:”Sesungguhnya Ibnu ‘Abbas memakai rida dengan seringnya(menjadi kebiasaan
).”( Syekh Abu Bakar ad-Dainuri, al-Majalisah wa jawahir al-’Ilmi,juz 2, hal 370)
68. ويسن للمصلي أن يلبس أحسن ثيابه ويرتدي ويتعمم ويتقمص ويتطيلس ولو كان عنده ثوبان فقط لبس أحدهما وارتدى بالآخر
“..Dan disunnahkan bagi orang yang hendak shalat agar memakai pakaian yang terbaik. Dan hendaknya memakai rida’, sorban, gamis, thailasan. Dan jika ia hanya mempunyai dua, maka pakailah salah satu diantara keduanya, dan satunya lagi memakai rida’…” ( Zainuddin al-Malibary, Fath al-Mu’in, juz 1, hal 14
69. كان صلى الله عليه و سلم يلبس من الثياب ما وجد من إزار أو رداء أو قميص أو جبة أو غير ذلك وكان يعجبه الثياب الخضر وكان أكثر لباسه البياض ويقول ألبسوها أحياءكم وكفنوا فيها موتاكم
“Sesungguhnya Rasulullah Saw. memakai pakaian yang dimiliki, seperti sarung, atau rida’, atau ghamis, atau jubah, atau yang lainnya.Beliau sering memakai pakaian berwarna hijau, tapi yang paling sering dipakai adalah pakaian yang berwarna putih. Dan Beliau Saw bersabda:”Pakailah oleh orang-orang hidup kalian(pakaian putih). Dan kafanilah dengannya jenazah-jenazah kalian.”(Imam Ghazali, Ihya ‘ulumiddin, juz 2, hal 372)

Pandangan Ulama tentang masalah pakaian berwarna hitam

70. وقال الشافعي رضي الله عنه من نظف ثوبه قل همه ومن طاب ريحه زاد عقله
وأما الكسوة فأحبها البياض من الثياب إذ أحب الثياب إلى الله تعالى البيض ولا يلبس ما فيه شهرة
ولبس السواد ليس من السنة ولا فيه فضل بل كره جماعة النظر إليه لأنه بدعة محدثة بعد رسول الله صلى الله عليه و سلم
“Dan berkata Imam Syafi’i r.a : “Barang siapa yang bersih pakaiannya,maka sedikit kegelisahannya. Dan barang siapa yang harum baunya, maka bertambah akalnya. Dan adapun pakaian yang paling disukai adalah pakaian yang berwarna putih. Karena pakaian yang paling dicintai Allah Swt adalah pakaian berwarna putih, yang tidaklah dipakai karena ingin mendapat ketenaran. Dan adapun pakaian berwarna hitam bukanlah bagian dari sunnah dan tidak keutamaan didalamnya, tetapi pakaian berwarna hitam dimakruhkan oleh sekelompok ulama’ untuk dilihat,karena sesungguhnya ia adalah bid’ah yang muncul setelah Rasulullah meninggal.”( Imam Ghazali, Ihya ‘ulumiddin, juz 1, hal 181)
71. و في موضع من الإحياء يكره السواد أي خلاف الأولى وقال الشيخ عز الدين إدامة لبسه بدعة وقضيته أن لابدعة في غير إدامته للأحاديث الصحيحة بلبسه صلى الله علبه وسلم له في مواضع عديدة لكن لاينافى ذالك أفضلية البياض
“Di dalam suatu bab dalam kitab Ihya terdapat keterangan yang memakruhkan pakaian berwarna hitam,yakni karena ia menyalahi yang utama. Dan berkata Syekh ‘Izzuddin bin ‘Abdis Salam, jika pakaian berwarna hitam sering dipakai terus menerus maka hal tersebut adalah bid’ah, tetapi tidak dikategorikan bid’ah jika tidak dipakai secara terus menerus berdasarkan hadits sahih bahwa Rasulullah Saw sering memakai pakaian hitam. Namun semua hal tersebut tidak meniadakan bahwa yang paling utama tetaplah pakaian putih.”( Syekh Sa’id bin Muhammad, Busyr al-karim, juz 1, hal 10)

72. إدامة لبس السواد ولو في النعال خلاف الأولى
“Sering memakai pakaian berwarna hitam, meskipun dalam hal sandal, maka ia menyalahi yang utama.” (Sayyid ‘Abdurahman bin ‘Umar al-Masyhur, Bughyah al-Mustarsyidin, hal 86)
73. وأفضل ثيابه البيض كغيره هذا هو المشهور وذكر الغزالي في الاحياء كراهة لباسه السواد وقاله قبله أبو طالب المكى
“Dan tetaplah yang paling afdlal kesemuanya itu berwarna putih,seperti yang lainnya juga,inilah pendapat yang masyhur. Dan telah berkata imam Ghazali dalam kitab ihya’,tentang makruhnya pakaian berwarna hitam, dan itulah perkataan yang diucapkan sebelumnya oleh Abu Thalib al-Makki(pengarang kitab Qut al-Qulub).” (Imam Nawawi asy-Syafi’i, al-Majmu’ syarh al-Muhadzdzab, juz 4, hal 538)
Catatan: keterangan tentang makruhnya pakaian hitam ini kebanyakan ditaruh pada bab Jum’at dan Shalat. Karena itu kami menganggap bahwa diluar shalat, maka boleh-boleh saja memakai pakaian berwarna hitam, karena Syekhunal Mukarram Abah Habib Umar bin Yahya dalam berbagai keadaanya diluar shalat sering memakai pakaian berwarna hitam dan peci hitam. Dalam berbagai undangan acara resmi, Abah Habib ‘Umar sering memaka peci hitam dan jas hitam. Putra beliau pun Abah Habib ‘Ismail bin Yahya dan adiknya Syekhunal Mukarram Abah Habib Qasim bin Yahya, beliau berdua sering memakai peci hitam dan jaz hitam, juga para Kiyai Sepuh seperti Abah Rasyid Wanantara. Kami juga mendapat keterangan dari salah satu Putra Syekhunal Mukarram bahwa memang benar, ketika semasa hidupnya, Syekhunal Mukarram sering memakai baju berwarna hitam ketika beraktivitas ke ladang dan pergi ke acara resmi.”Dan Syekhunal Mukarram melarang memakai pakaian berwarna merah. Namun tentang kesemua itu(pakaian berwarna hitam) tidaklah menafikan bahwa yang paling afdlal tetaplah pakaian berwarna putih. Wallahu a’lam



DAFTAR PUSTAKA
Al-Adab asy-Syar’iyyah, Ibnu Muflih al-Hambali, Dar al-fikr-Beirut.
‘Aridloh al-Ahwadzi bi Syarh Shahih at-Tirmidzi, Ibnu al-‘Arabi al-Maliki, Dar al-Kutub al-‘Ilmiah-Beirut.
Busyr al-Karim, Syekh Sa’id bin Muhammad,
Bughyah al-Mustarsyidin, Sayyid ‘Abdurahman al-Masyhur,
Bulghah as-salik, Syekh Ahmad ash-shawi al-Maliki, Dar al-Fikr-Beirut.
Durus ‘Umdah al-Fiqh, asy-Syanqiti, Saudi Arabia.
Fath al-Bari’, al-Hafizh Ibnu Hajar, Dar al-Fikr-Beirut.
Al-Futuhat ar-Rabbaniyah ‘ala al-Adzkar an-Nawawiyah, Ibnu ‘Allan ash-Shidiqi, Dar al-Ihya’ at-Turasts al-‘Arabi-Beirut.
al-Furu’, Syekh Muhammad bin Muflih al-Hambali,
Fath al-Mu’in, Syekh Zainuddin al-Malibary, al-Haramain-Surabaya.
Fatawa fiqhiyah kubra, Ibnu Hajar al-Haitami, Dar al-Fikr-Beirut.
Hasyiyah ar-Raudl, Abdurahman an-Najdi, Saudi ‘Arabiya.
Al-Hawi, Qadli al-Mawardi, Dar al-Fikr-Beirut.
Hasyiyah Jamal, Syekh Sulaiman bin ‘Umar al-Jamal asy-Syafi’i, Dar al-Fikr-Beirut.
Hasyiyah i’anah ath-Thalibin, Sayyid Syatha’ ad-Dimyati asy-Syafi’i, Haramain-Surabaya.
al-Ikhtiyar lita’lil al-mukhtar, Syekh ‘Abdullah bin Mahmud al-Mausuli al-Hanafi, Dar al-Fikr-Beirut.
al-Iqna’, Syekh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad asy-Syarbini al-Khatib asy-Syafi’i, Dar al-Fikr-Beirut.
Ihya’ ‘ulumid ad-din, Imam Ghazali, Haramain-Surabaya
Kasysyaf al-qina’ ‘an al-‘iqna’, Syekh Manshur bin Yunus al-Buhuti asy-Syafi’i, Dar al-Fikr-Beirut.
Al-Kifayah fi ‘Ilmi ar-Riwayah, al-Khathib al-Baghdadi, tanpa tahun dan penerbit.
Al-Majalisah wa jawahir al-’Ilmi, ad-Dainuri, Dar al-Fikr-Beirut.
Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Imam Nawawi, Dar al-Fikr-Beirut.
Al-Maqashid al-Hasanah, al-Hafizh as-Sakhawi, Dar al-Fikr-Beirut.
Musnad Ahmad, Imam Ahmad, ‘Alim al-Kutub-Beirut.
Muwaththa’, Imam Malik, Dar al-Fikr-Beirut.
Mushannaf Ibn Abi Syaibah, al-Hafizh Ibnu Abi Syaibah, Dar al-Fikr-Beirut.
Mushannaf ‘Abdur Razzaq, al-Hafizh ‘Abdur Razzaq, Dar al-Fikr-Beirut.
Musnad Abi Ya’la, al-Hafizh Abi Ya’la, Dar al-Fikr-Beirut.
Musnad Syafi’i, Imam Syafi’i, Dar al-Fikr-Beirut.
Musnad al-Bazzar, al-Hafizh Abu Bakr al-Bazzar, Dar al-Fikr-Beirut.
Musnad Abi ‘Awanah, al-Hafizh Abi ‘Awanah, Dar al-Fikr-Beirut.
Mustadrak ‘ala ash-Shahihain, Imam Hakim an-Naisaburi, Dar al-Fikr-Beirut.
Al-Mu’jam al-Kabir, Imam ath-Thabrani,.
Majmu’ al-Fatawa, Ibnu Taimiyah, Dar al-Wafa’.
Majma’ al-anhar, Syekh Zadah al-Hanafi, Dar al-Fikr-Beirut.
Manhaj an-Naqdi fi ‘Ulum al-Hadits, Dr.Nuruddin ‘Itr., Dar al-Fikr- Beirut.
Mughn al-Muhtaj, Syekh Syamsyuddin Muhammad al-Khatib asy-Syarbini asy-Syafi’i, Dar al-Fikr- Beirut.
al-Muhadzdzab fi tafsir, Syekh ‘Ali bin Nayif asy-Syuhud, Dar ar-Rayyan li at-Turats.
Al-Qaul al-Badi’ fi ash-Shalati ‘ala al-Habib asy-Syafi’,Hafizh as-Sakhawi, Dar ar-Rayyan li at-Turats.
Radd al-Mukhtar ‘ala ad-Dur al-Mukhtar, Ibnu ‘Abidin, Dar ‘alim al-Kutub-Riyadl.
Shahih al-Bukhari, Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Dar al-Fikr-Beirut.
Shahih Muslim, Imam Muslim, Dar al-Fikr-Beirut.
Shahih Ibnu Khuzaimah, al-Hafizh Ibnu Khuzaimah, Dar al-Fikr-Beirut.
Shahih Ibnu Hibban, al-Hafizh Ibnu Hibban, Dar al-Fikr-Beirut.
Sunan Abu Dawud, Imam Abu Dawud, Dar al-Fikr-Beirut.
Sunan Ibnu Majah, Imam Ibnu Majah, Dar al-Fikr-Beirut.
Sunan at-Tirmidzi, Imam at-Tirmidzi, Dar al-Fikr-Beirut.
Sunan an-Nasai, Imam An-Nasai, Dar al-Fikr-Beirut.
Sunan Kubra Baihaqi, Imam Baihaqi, Dar al-Fikr-Beirut.
Sunan ad-Darimi, al-Hafizh ad-Darimi, Dar al-Fikr-Beirut.
Syarh as-Sunnah, Imam al-Baghawi, Dar al-Fikr-Beirut.
Syarh al-Musykilah al-atsar, Abu Ja’far ath-Thahawi,
Syarah Mukhtashar Khalil, Syekh Muhammad bin ‘Abdillah al-Kharasyi al-Maliki, Dar al-Fikr-Beirut.
Tanqih al-Qaul, Syekh Nawawi al-Bantani, Thaha Putra Semarang
Tafsir Ibnu Katsir, al-Hafizh Ibnu Katsir,
At-Tamadzhab, Syekh ‘Abdul Fattah al-Yafi’I,Cet. Jami’ah Sudan.
Tathhir al-Jinan wa al-Lisan, Ibnu Hajar al-Haitami, Hakikat Kitabevi-Turki
At-Ta’zhim wa al-Minnah, Imam Suyuthi, Dar al-Jawami’ al-Kalim
Tadrib ar-Rawi fi Syarh at-Taqrib an-Nawawi, Imam Suyuthi, Dar Ibn al-Jauziyah-Kairo.
Tuhfah al-Muluk, Syekh Muhammad bin Abi Bakr ar-Razi al-Hanafi, Dar al-Fikr-Beirut.
Tuhfah al-Habib, Syekh Sulaiman al-Bujairimi asy0Syafi’i, Dar al-Fikr-Beirut.
Tausyih ‘ala Ibni Qasim, Syekh Nawawi al-Bantani, al-Haramain.
DLL

Tamat
-oOo-
 
 
Support : the balina | Mas Template
Copyright © 2011. BLOGE WONG BODO - All Rights Reserved
Site Meter
Page Rank Check Template Created by Creating Website Publised by Bloge Wong Bodo
Proudly powered by Blogger