Home »
Kisah Islami
» Tangisan Isham Bin Yusuf
Tangisan Isham Bin Yusuf
Written By Mas Toto on May 29, 2013 | 11:03 AM
Tangisan Isham Bin Yusuf
Dikisahkan bahwa ada seorang ahli ibadah bernama Isham bin Yusuf, dia sangat wara’ dan sangat khusyu’ dalam shalatnya. Namun ia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyu’ dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih baik ibadahnya, demi untuk memperbaiki ibadahnya yang selalu dirasanya kurang khusyu’.
Pada suatu hari Isam menghadiri pengajian seorang seorang ulama yang bernama Hatim al-‘Ahsam dan bertanya, “Wahai Aba Abdurrahman (Nama gelaran Hatim), bagaimanakah caranya anda melaksanakan shalat?”
Berkata Hatim, “Apabila masuk waktu shalat, aku berwudhu zhahir dan batin.”
Bertanya Isam, “Bagaimana wudhu zhahir dan batin itu?”
Berkata Hatim, “Wudhu zhahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh semua anggota wudhu dengan air. Sementara wudhu batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :
1. Bertaubat.
2. Menyesali akan dosa yang telah dilakukan.
3. Tidak tergila-gila dengan dunia.
4. Tidak mencari atau mengharapkan pujian dari manusia
5. Meninggalkan sifat bermegah-megahan.
6. Meninggalkan sifat khianat dan menipu.
7. Meninggalkan sifat dengki.”
Selanjutnya Hatim berkata, “Kemudian aku pergi ke Masjid, aku siapkan semua anggota badanku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku. Dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri di atas titian Shiratul Mustaqim dan aku menganggap bahawa shalatku kali ini adalah shalat yang terakhir bagiku karena aku merasa akan mati selepas shalat ini, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.
Setiap bacaan dan doa dalam shalat aku fahami maknanya, kemudian aku rukuk dan sujud dengan merasa hina, aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku melaksanakan shalat selama 30 tahun.
Ketika Isham mendengar penjelasan Hatim, menangislah ia sekuat-kuatnya kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.
Label:
Kisah Islami
Post a Comment