Membaca Yasin Syahatil Wujuh
Dalam tuntunan Syaikhunal Mukarrom terdapat salah satu ayat dari surat
Yasin yang dipotong dengan membaca Syahatil Wujuh. Mau tau alasannya?
Bagaimana hukumnya? Berikut jawabannya :
Bagi jama'ah syahadatain tentu sudah tidak asing lagi dengan bacaan "syahatil wujuh" dalam Surat Yasin setelah membaca kalimat "La yubsirun" saat wirid ba'da sholat maghrib. Hal ini terdapat contoh tentang kebolehan membaca Syahatil wujuh setelah membaca "la yubsirun", yaitu sebagai berikut :
Bagi jama'ah syahadatain tentu sudah tidak asing lagi dengan bacaan "syahatil wujuh" dalam Surat Yasin setelah membaca kalimat "La yubsirun" saat wirid ba'da sholat maghrib. Hal ini terdapat contoh tentang kebolehan membaca Syahatil wujuh setelah membaca "la yubsirun", yaitu sebagai berikut :
"faaghsyainaahum fahum laa yubshiruun. Syaahatil wujuuh tsalatsan
Demikian yang tertera dalam kitab Dalailul Khoirot. Tersebut pula dalam kitab salaf tenteng kebolehan membaca do'a atau tesbih di tengah-tengah surat atau ayat Al-Qur'an selama tidak hawatir terhadap dugaan bahwa do'a atau tasbih tersebut termasuk ayat-ayat Al-Qur'an, yaitu sebagai berikut :
" dan ditengah-tengah (bacaan) Al-Qur'n apabila ia melewati (membaca) ayat yang menjelaskan tasbih, maka hendaklah ia membaca tasbih dan takbir. Apabila ia melewati (membaca) ayat tentang do'a dan istighfar, maka hendaklah ia bedo'a dan beristighfar. Dan apabila ia melewati (membaca) suatu ayat yang menakutkan, maka hendaklah ia memohon perlindungan. Ia melakukan semua itu dengan lisan dan hatinya". (Ihya Ulumuddin, juz 1,hal.279)
Imam Al-Humaimi berkata :" dimakruhkah menulis tanda sepesepuluh, seperlima (juz), nama-nama surat dan bilangan ayat di dalam Al-Qur'an, karna sabda beliau; kosongkanlah al-Qur'an. Adapun sekedar mengucapkannya diperbolehkan, sebab ucapan tidak mempunyai bentuk, yang dimana dengan adanya bentuk tersebut, apa-apa yang bukan termasuk al-Qur'an bisa disangka termasuk Al-Qur'an. Sesungguhnya ia (bentuk/rupa) tersebut hanya sebagai petunjuk bagi ayat yang dibaca, maka tidak ada penetapannya bagi orang yang membutuhkannya". (Jalaludin As-Suyuti. "Al-Itqon", juz III, hal. 171).
Post a Comment