SuaraNetizen.com ~ Habib M. Luthfi bin Ali bin
Hasyim bin Yahya adalah salah satu tokoh sesepuh NU yang sangat
dihormati dikalangan Nahdiyyin. Pada Harlah NU di Kota Pekalongan pernah
menyampaikan perihal pentingnya warga Indonesia memiliki wadah
Nahdlatul Ulama, wadah bagi Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Berikut
adalah kutipannya:
"Menjelang berdirinya NU beberapa ulama besar kumpul di
Masjidil Haram, ini sudah tidak tertulis dan harus dicari lagi
narasumber-narasumbernya, beliau-beliau menyimpulkan sudah sangat
mendesak berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan terjaganya ajaran
Ahlussunnah wal Jama’ah. Akhirnya diistikharahilah oleh para ulama
Haramain. Lalu mengutus Kiai Hasyim Asy’ari untuk pulang ke Indonesia
agar menemui dua orang di Indonesia. Kalau dua orang ini meng-iya-kan
jalan terus, kalau tidak jangan diteruskan. Dua orang tersebut adalah
al-Habib Hasyim bin Umar bin Thoha bin Yahya Pekalongan dan Syaikhuna
Mbah Kiai Kholil Bangkalan Madura.
Oleh sebab itu, tidak heran jika Muktamar NU yang ke-5
dilaksanakan di Pekalongan tahun 1930 M, untuk menghormati Habib Hasyim
yang wafat pada itu. Itu suatu penghormatan yang luar biasa. Tidak heran
kalau di Pekalongan sampai dua kali menjadi tuan rumah Muktamar
Thariqah. Tidak heran karena sudah dari sananya. Kok tahu ini semua
sumbernya dari mana? Dari seorang yang shaleh, Kiai Irfan.
Suatu ketika saya duduk-duduk dengan Kiai Irfan, Kiai Abdul
Fattah dan Kiai Abdul Hadi. Kiai Irfan bertanya pada saya: “Kamu ini
siapanya Habib Hasyim?”
Yang menjawab pertanyaan itu adalah Kiai Abdul Fattah dan Kiai Abdul Hadi: “Ini cucunya Habib Hasyim, Yai.”
Akhirnya saya diberi wasiat, katanya: “Mumpung saya masih
hidup, tolong catat sejarah ini. Mbah Kiai Hasyim Asy’ari datang ke
tempatnya Mbah Kiai Yasin. Kiai Sanusi ikut serta pada waktu itu. Di
situ diiringi oleh Kiai Asnawi Kudus, terus diantar datang ke
Pekalongan. Lalu bersama Kiai Irfan datang ke kediamannya Habib Hasyim.
Begitu KH. Hasyim Asy’ari duduk, Habib Hasyim langsung berkata: “Kyai
Hasyim Asy’ari, silakan laksanakan niatmu kalau mau membentuk wadah
Ahlussunnah wal Jama’ah. Saya rela, tapi tolong saya jangan ditulis.”
Begitu wasiat Habib Hasyim.
Kiai Hasyim Asy’ari pun merasa lega dan puas. Kemudin Kiai
Hasyim Asy’ari menuju ke tempatnya Mbah Kiai Kholil Bangkalan. Mbah Kyai
Kholil bilang sama Kyai Hasyim Asyari: “Laksanakan apa niatmu. Saya
ridha seperti ridhanya Habib Hasyim. Tapi saya juga minta tolong, nama
saya jangan ditulis.”
Lantas Kiai Hasyim Asy’ari bertanya: “Bagaimana Kiai, kok tidak mau ditulis semua?”
Mbah Kiai Kholil pun menjawab: “Kalau mau tulis silakan, tapi sedikit saja.”
Itu tawadhu’nya Mbah Kiai Ahmad Kholil Bangkalan. Dan ternyata sejarah tersebut juga dicatat oleh Gus Dur,” pungkas Kiai Irfan.
Inilah sedikit perjalanan Nahdlatul Ulama. Inilah
perjuangan pendiri Nahdlatul Ulama. Para pendirinya merupakan
tokoh-tokoh ulama yang luar biasa. Makanya hal-hal yang demikian itu
tolong ditulis, biar anak-anak kita itu tidak terpengaruh oleh yang
tidak-tidak. Sebab mereka tidak mengetahui sejarah.
Anak-anak kita saat ini banyak yang tidak tahu, apa sih NU
itu? Apa sih Ahlussunnah itu? Lha ini permasalahan kita. Upaya
pengenalan itu yang paling mudah dilakukan dengan memasang foto-foto
para pendiri NU, khususnya foto Hadhratus Syaikh Kiai Hasyim Asy’ari."
Ust. Hijrah Yanuar Iskhaq, santri Habib Luthfi,
menceritakan: "Kiai Ahmad Syafiq Pekalongan, seminggu sebelum Maulid
Akbar berlangsung, sekitar jam 1 dinihari pernah didawuhi Abah Habib
Luthfi bin Yahya:
“Gus, aku iki hampir 70 tahun, wis pingin liren, pengin
mulang ning pondok, ndandani sholat sing iseh okeh salahe ning
masyarakat. Tetapi mben wengi kok Kanjeng Nabi Saw. hadir nepuk-nepuk
pundakku serto dawuh: “Bib, tolong urusi NU, urusi NU.”
(Gus, saya sudah hampir 70 tahun, sudah ingin istirahat,
ingin mengajar di pesantren, memperbaiki shalat yang masih banyak
salahnya di masyarakat. Tetapi setiap malam Nabi Muhammad Saw. selalu
hadir seraya menepuk-nepuk pundakku dan berkata: “Bib, tolong urusi NU,
urusi NU.”).
Sumber: Muslimedianews.com | suaranetizen.com
Post a Comment