Latest Post
9:52 AM
Para ilmuwan mengatakan bahwa langit merupakan hasil perpaduan berbagai macam warna, yang kemudian memunculkan warna akhir, biru, sebagaimana yang kita lihat.
Dalam Al-Quran Allah berfirman:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ @ وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ
"Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit bagaimana dia ditinggikan?" (Al-Ghaasyiyah:17-18)
Islam mengakui ilmu pengetahuan, bahkan menyerukan umatnya agar unggul dan maju dalam hal ini. Tetapi sayang, kita hanya mengambil sisi adab saja sebelum ilmu, padahal ilmu bersifat netral, tidak mengenal tanah air, kebangsaan, dan agama tertentu.
Ilmu-ilmu eksperimental dapat diambil dari mana saja, dapat dilakukan oleh orang muslim maupun kafir, karena ia didasarkan pada eksperimen atau hasil riset. Apa yang dihasilkan dan ditetapkan oleh penelitian yang tepat dan eksperimen yang benar harus kita percayai. Jika para ilmuwan mempunyai pendapat mengenai bidang ini, yakni masalah sinar, warna-warna, dan sebagainya, yang didasarkan pada penelitian dan percobaan serta di buktikan secara ilmiah, kita harus menghargainya dan tidak boleh beriktikad bahwa agama kita tidak mengakui yang demikian. Bahkan, perlu kita syukuri bahwa agama kita telah mendahului ilmu pengetahuan modern dalam banyak bidang, yang dapat dibuktikan dengan kenyataan-kenyataan ilmiah. Hanya saja bukan di sini tempatnya untuk menguraikan dan membahasnya secara rinci.
Setiap muslim percaya bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Al-Quran dan satu pun hukum dalam Islam yang menolak penemuan ilmu-ilmu eksperimental yang benar.

LANGIT
Written By Mas Toto on May 10, 2013 | 9:52 AM
LANGIT
oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 13:20
Para ilmuwan mengatakan bahwa langit merupakan hasil perpaduan berbagai macam warna, yang kemudian memunculkan warna akhir, biru, sebagaimana yang kita lihat.
Dalam Al-Quran Allah berfirman:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ @ وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ
"Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit bagaimana dia ditinggikan?" (Al-Ghaasyiyah:17-18)
Islam mengakui ilmu pengetahuan, bahkan menyerukan umatnya agar unggul dan maju dalam hal ini. Tetapi sayang, kita hanya mengambil sisi adab saja sebelum ilmu, padahal ilmu bersifat netral, tidak mengenal tanah air, kebangsaan, dan agama tertentu.
Ilmu-ilmu eksperimental dapat diambil dari mana saja, dapat dilakukan oleh orang muslim maupun kafir, karena ia didasarkan pada eksperimen atau hasil riset. Apa yang dihasilkan dan ditetapkan oleh penelitian yang tepat dan eksperimen yang benar harus kita percayai. Jika para ilmuwan mempunyai pendapat mengenai bidang ini, yakni masalah sinar, warna-warna, dan sebagainya, yang didasarkan pada penelitian dan percobaan serta di buktikan secara ilmiah, kita harus menghargainya dan tidak boleh beriktikad bahwa agama kita tidak mengakui yang demikian. Bahkan, perlu kita syukuri bahwa agama kita telah mendahului ilmu pengetahuan modern dalam banyak bidang, yang dapat dibuktikan dengan kenyataan-kenyataan ilmiah. Hanya saja bukan di sini tempatnya untuk menguraikan dan membahasnya secara rinci.
Setiap muslim percaya bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Al-Quran dan satu pun hukum dalam Islam yang menolak penemuan ilmu-ilmu eksperimental yang benar.

BLUE PLANET
Label:
Artikel Islami,
Status Facebook
9:39 AM
Allah SWT telah menunjukkan pesan-pesan bijaksana kepada hamba-hamba-Nya yang jelas dituangkan dalam Al-Quran sebagai berikut:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭاوَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًۭا
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (Al-Isra:36-37)
Pada ayat yang disebut pertama (36), Al-Quran memberikan pendidikan berpikir kepada setiap muslim. Dalam hal ini ada dua macam berpikir, yaitu:
1. Berpikir khurafat, yakni membenarkan khayalan dan kebatilan, mendengarkan serta mengikuti apa saja yang dikatakan orang. Cara berpikir seperti ini di tolak oleh Islam.
2. Berpikir logis berdasarkan dalil, argumentasi, dan analisis-sintesis dengan mempergunakan perangkat-perangkat yang diberikan Allah SWT---untuk memperoleh pengetahuan--yakni berupa pendengaran, penglihatan, dan hati (akal). Cara seperti inilah yang dibenarkan Islam.
Firman Allah:
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًۭٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendegaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur." (An-Nahl:78)
Demikianlah, manusia wajib menggunakan indra terpenting itu dengan sebaik-baiknya. Pendengaran dapat digunakan untuk mentransfer ilmu dari satu orang kepada orang lain, penglihatan dipergunakan untuk melakukan pengamatan dan penelitian, sedangkan hati (akal) dipergunakan untuk berpikir dan mengolah berbagai premis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
Dengan indra terpenting itulah manusia dapat menghadapi segala urusan kehidupan ini; menghadapi alam semesta atau makhluk Allah lainnya; menerima syariat-Nya, dan memahami larangan serta perintah-Nya. Karena itu, manusia tidak boleh mengabaikan dan menyia-nyiakan perangkat tersebut sehingga mengikuti praduga dan khayalan, atau mengikuti berbagai kebohongan dan kebatilan.
Perbedaan antara orang-orang mukmin yang mendapat petunjuk dengan orang-orang kafir yang tersesat ialah orang mukmin senantiasa menggunakan indra terpentingnya, sedangkan orang-orang kafir mengabaikannya. Al-Quran menggambarkan orang-orang kafir sebagai berikut:
لَهُمْ قُلُوبٌۭ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌۭ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌۭ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
"...mereka mempunyai hati (akal), tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah); mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kebesaran Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A'raf:179)
Demikianlah, Al-Quran melarang manusia mengabaikan fungsi indra terpentingnya. Firman Allah:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya..." (Al-Isra:36)
Maksudnya, kalau kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, kamu akan terjebak dalam kehidupan yang penuh prasangka, khayal, dan khurafat. Karena itu, pergunakanlah pendengaran, penglihatan, dan hati atau akal pikiranmu. Dan suatu saat Allah akan meminta pertanggungjawabanmu tentang perangkat-perangkat yang telah diberikan-Nya itu.
Kemudian janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan congkak dan sombong, karena yang demikian itu tidak layak bagi orang mukmin dan tidak termasuk cara berjalan hamba-hamba-Nya yang dicintai oleh Allah Yang Maha Penngasih. Allah menyifati hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya itu ('ibadur Rahman ) bahwa mereka, "...berjalan di muka bumi dengan merendahkan hati. " (Al-Furqan:63).
Karena itu, bagi seorang muslim yang berpedoman pada Al-Quran harus memelihara kesopanan ini; berjalan di muka bumi dengan merendahkan hati, tidak sombong atau congkak. Nabi saw. bersabda:
"Barangsiapa yang merasa besar diri (sombong) dan congkak dalam berjalan, maka ia akan bertemu Allah dalam keaadaan Dia marah kepadanya." (Hadis Riwayat Ahmad dan Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad dari ibnu Umar, Al-Haitsami dan Al-Mundziri berkata, "Para perwi hadis ini adalah sahih.")
Selain dalam surat Al-Isra', masalah serupa juga disebutkan dalam surat Luqman, yakni mengenai wasiat Luqman kepada anaknya:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍۢ
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombon lagi membanggakan diri." (Luqman:18)
Untuk Umat Asy-Syahadatain khususnya dan Umat Islam pada umumnya
محمّداقبال بن إسماعيل بن عمر بن يحي
INDRA TERPENTING DAN SIKAP TAWADHU'
INDRA TERPENTING DAN SIKAP TAWADHU'
oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 5:02
![]() |
| Jama'ah Asy Syahadatain |
Allah SWT telah menunjukkan pesan-pesan bijaksana kepada hamba-hamba-Nya yang jelas dituangkan dalam Al-Quran sebagai berikut:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭاوَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًۭا
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (Al-Isra:36-37)
Pada ayat yang disebut pertama (36), Al-Quran memberikan pendidikan berpikir kepada setiap muslim. Dalam hal ini ada dua macam berpikir, yaitu:
1. Berpikir khurafat, yakni membenarkan khayalan dan kebatilan, mendengarkan serta mengikuti apa saja yang dikatakan orang. Cara berpikir seperti ini di tolak oleh Islam.
2. Berpikir logis berdasarkan dalil, argumentasi, dan analisis-sintesis dengan mempergunakan perangkat-perangkat yang diberikan Allah SWT---untuk memperoleh pengetahuan--yakni berupa pendengaran, penglihatan, dan hati (akal). Cara seperti inilah yang dibenarkan Islam.
Firman Allah:
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًۭٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendegaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur." (An-Nahl:78)
Demikianlah, manusia wajib menggunakan indra terpenting itu dengan sebaik-baiknya. Pendengaran dapat digunakan untuk mentransfer ilmu dari satu orang kepada orang lain, penglihatan dipergunakan untuk melakukan pengamatan dan penelitian, sedangkan hati (akal) dipergunakan untuk berpikir dan mengolah berbagai premis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
Dengan indra terpenting itulah manusia dapat menghadapi segala urusan kehidupan ini; menghadapi alam semesta atau makhluk Allah lainnya; menerima syariat-Nya, dan memahami larangan serta perintah-Nya. Karena itu, manusia tidak boleh mengabaikan dan menyia-nyiakan perangkat tersebut sehingga mengikuti praduga dan khayalan, atau mengikuti berbagai kebohongan dan kebatilan.
Perbedaan antara orang-orang mukmin yang mendapat petunjuk dengan orang-orang kafir yang tersesat ialah orang mukmin senantiasa menggunakan indra terpentingnya, sedangkan orang-orang kafir mengabaikannya. Al-Quran menggambarkan orang-orang kafir sebagai berikut:
لَهُمْ قُلُوبٌۭ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌۭ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌۭ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
"...mereka mempunyai hati (akal), tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah); mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kebesaran Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A'raf:179)
Demikianlah, Al-Quran melarang manusia mengabaikan fungsi indra terpentingnya. Firman Allah:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya..." (Al-Isra:36)
Maksudnya, kalau kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, kamu akan terjebak dalam kehidupan yang penuh prasangka, khayal, dan khurafat. Karena itu, pergunakanlah pendengaran, penglihatan, dan hati atau akal pikiranmu. Dan suatu saat Allah akan meminta pertanggungjawabanmu tentang perangkat-perangkat yang telah diberikan-Nya itu.
Kemudian janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan congkak dan sombong, karena yang demikian itu tidak layak bagi orang mukmin dan tidak termasuk cara berjalan hamba-hamba-Nya yang dicintai oleh Allah Yang Maha Penngasih. Allah menyifati hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya itu ('ibadur Rahman ) bahwa mereka, "...berjalan di muka bumi dengan merendahkan hati. " (Al-Furqan:63).
Karena itu, bagi seorang muslim yang berpedoman pada Al-Quran harus memelihara kesopanan ini; berjalan di muka bumi dengan merendahkan hati, tidak sombong atau congkak. Nabi saw. bersabda:
"Barangsiapa yang merasa besar diri (sombong) dan congkak dalam berjalan, maka ia akan bertemu Allah dalam keaadaan Dia marah kepadanya." (Hadis Riwayat Ahmad dan Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad dari ibnu Umar, Al-Haitsami dan Al-Mundziri berkata, "Para perwi hadis ini adalah sahih.")
Selain dalam surat Al-Isra', masalah serupa juga disebutkan dalam surat Luqman, yakni mengenai wasiat Luqman kepada anaknya:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍۢ
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombon lagi membanggakan diri." (Luqman:18)
Untuk Umat Asy-Syahadatain khususnya dan Umat Islam pada umumnya
محمّداقبال بن إسماعيل بن عمر بن يحي
Label:
Artikel Islami,
Status Facebook
9:33 AM
Apakah ada agama Islam sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw.?
Apakah makna ayat:
مَا كَانَ إِبْرَٰهِيمُ يَهُودِيًّۭا وَلَا نَصْرَانِيًّۭا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًۭا مُّسْلِمًۭا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi muslim (berserah diri kepada Allah), dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musryrik." (Ali Imran:67)
Apakah Islamnya Ibrahim sama seperti Islam kita sekarang ini atau berbeda?
Islam berarti kamu menyerahkan diri dengan hatimu kepada Allah Azza wa Jalla, yakni kamu beribadah kepada Allah Yang Mahaesa saja dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Dengan Islam yang pengertiannya seperti inilah Allah mengutus semua nabi dan menurunkan semua kitab suci-Nya. Islam dalam arti ini ialah mentauhidkan Allah SWT, dan beribadah hanya kepada-Nya. Dia adalah Din (agama) semua nabi, tidak ada agama selainnya yang diturunkan Allah. Agama-agama selain Islam bukanlah agama dari langit. Allah tidak pernah menurunkan kitab suciselain yang diberikan kepada para rasul.
Agam para nabi adalah Islam (dengan pengertian Islam) seperti tersebut di atas. Karena itu, Allah berfirman kepada Rasul-Nya:
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ
"Dan Kami tidak pernah mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan selain Aku, karena itu beribadahlah Kepada-Ku (saja)." (Al-Anbiya:25)
Demikianlah, semua nabi datang dengan membawa prinsip dakwah ini; beribahad kepada Allah dan menjauhi taghut (segala sesembahan selain Allah). Allah berfirman:
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ
"Sesungghnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam..."(Ali Imran:19)
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
"Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya; dan di akhirat nanti dia termasuk golongan orang-orang yang rugi." (Ali Imran:85)
Nabi Nuh a.s., yang merupakan syekh bagi para rasul, pernah berkata kepada kaumnya, sebagaimana difirmankan Allah:
فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُم مِّنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun darimu. Upahku hanyalah dari Allah, dan aku diperintahkan untuk menjadi orang yang muslim (menyerahkan diri kepada Allah)." (Yunus:72)
Mengenai Ibrahim a.s., Allah berfirman:
إِذْ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِوَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَينَ
"Ketika Tuhannya berfirman kepadanya,'Tunduk patuhlah!' Ibrahim menjawab,'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.' Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata), 'Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam.' " (Al-Baqoroh:131-132)
Musa a.s., berkata kepada kaumnya:
وَقَالَ مُوسَىٰ يَٰقَوْمِ إِن كُنتُمْ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ
"Wahai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah hanya kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri (muslim)." (Yunus:84)
Golongan Hawariyyun, yaitu sahabat-sahabat Nabi Isa a.s., berkata:
ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
"...Kami beriman kepada Allah, Dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim)." (Ali Imran:52)
Tukang-tukang sihir Fir'aun ketika telah beriman, juga berkata:
رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًۭا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
"...Wahai Rabb kami, curahkanlah atas kami kesabaran, dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (muslim kepada-Mu)." (Al-A'raf:126)
Nabi Sulaiman a.s., ketika mengirim surat kepada ratu Bilqis, setelah mencantumkan lafal basmalah, beliau berkata:
أَلَّا تَعْلُوا۟ عَلَىَّ وَأْتُونِى مُسْلِمِينَ
"Jangnlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri (muslim)." (An-Naml:31)
Jadi, Islam merupakan agama semua nabi. Semua nabi menyeru kepada Islam dan mengakui Islam. Adapun "Islam" yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ini merupakan penutup bagi agama nabi-nabi. Beliau datang untuk menyempurnakan, meluruskan penyimpangan, penyelewengan, penodaan, serta penambahan-penambahan. Beliau datang untuk menyempurnakan dan memurnikan, sebagaimana sabdanya: "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR Ahmad dan Bukhari dalam Al Adabul Mufrad. Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
Dari Mohamad Iqbal bin Ismail bin Umar Bheen Yahya Untuk Umat Asy-Syahadatain khususnya dan Umat Islam umumnya
ISLAM SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW.
ISLAM SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW.
oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 1 Desember 2011 pukul 4:53
Apakah ada agama Islam sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw.?
Apakah makna ayat:
مَا كَانَ إِبْرَٰهِيمُ يَهُودِيًّۭا وَلَا نَصْرَانِيًّۭا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًۭا مُّسْلِمًۭا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi muslim (berserah diri kepada Allah), dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musryrik." (Ali Imran:67)
Apakah Islamnya Ibrahim sama seperti Islam kita sekarang ini atau berbeda?
Islam berarti kamu menyerahkan diri dengan hatimu kepada Allah Azza wa Jalla, yakni kamu beribadah kepada Allah Yang Mahaesa saja dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Dengan Islam yang pengertiannya seperti inilah Allah mengutus semua nabi dan menurunkan semua kitab suci-Nya. Islam dalam arti ini ialah mentauhidkan Allah SWT, dan beribadah hanya kepada-Nya. Dia adalah Din (agama) semua nabi, tidak ada agama selainnya yang diturunkan Allah. Agama-agama selain Islam bukanlah agama dari langit. Allah tidak pernah menurunkan kitab suciselain yang diberikan kepada para rasul.
Agam para nabi adalah Islam (dengan pengertian Islam) seperti tersebut di atas. Karena itu, Allah berfirman kepada Rasul-Nya:
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ
"Dan Kami tidak pernah mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan selain Aku, karena itu beribadahlah Kepada-Ku (saja)." (Al-Anbiya:25)
Demikianlah, semua nabi datang dengan membawa prinsip dakwah ini; beribahad kepada Allah dan menjauhi taghut (segala sesembahan selain Allah). Allah berfirman:
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ
"Sesungghnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam..."(Ali Imran:19)
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
"Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya; dan di akhirat nanti dia termasuk golongan orang-orang yang rugi." (Ali Imran:85)
Nabi Nuh a.s., yang merupakan syekh bagi para rasul, pernah berkata kepada kaumnya, sebagaimana difirmankan Allah:
فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُم مِّنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun darimu. Upahku hanyalah dari Allah, dan aku diperintahkan untuk menjadi orang yang muslim (menyerahkan diri kepada Allah)." (Yunus:72)
Mengenai Ibrahim a.s., Allah berfirman:
إِذْ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِوَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَينَ
"Ketika Tuhannya berfirman kepadanya,'Tunduk patuhlah!' Ibrahim menjawab,'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.' Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata), 'Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam.' " (Al-Baqoroh:131-132)
Musa a.s., berkata kepada kaumnya:
وَقَالَ مُوسَىٰ يَٰقَوْمِ إِن كُنتُمْ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ
"Wahai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah hanya kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri (muslim)." (Yunus:84)
Golongan Hawariyyun, yaitu sahabat-sahabat Nabi Isa a.s., berkata:
ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
"...Kami beriman kepada Allah, Dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim)." (Ali Imran:52)
Tukang-tukang sihir Fir'aun ketika telah beriman, juga berkata:
رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًۭا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
"...Wahai Rabb kami, curahkanlah atas kami kesabaran, dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (muslim kepada-Mu)." (Al-A'raf:126)
Nabi Sulaiman a.s., ketika mengirim surat kepada ratu Bilqis, setelah mencantumkan lafal basmalah, beliau berkata:
أَلَّا تَعْلُوا۟ عَلَىَّ وَأْتُونِى مُسْلِمِينَ
"Jangnlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri (muslim)." (An-Naml:31)
Jadi, Islam merupakan agama semua nabi. Semua nabi menyeru kepada Islam dan mengakui Islam. Adapun "Islam" yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ini merupakan penutup bagi agama nabi-nabi. Beliau datang untuk menyempurnakan, meluruskan penyimpangan, penyelewengan, penodaan, serta penambahan-penambahan. Beliau datang untuk menyempurnakan dan memurnikan, sebagaimana sabdanya: "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR Ahmad dan Bukhari dalam Al Adabul Mufrad. Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
Dari Mohamad Iqbal bin Ismail bin Umar Bheen Yahya Untuk Umat Asy-Syahadatain khususnya dan Umat Islam umumnya
Label:
Artikel Islami,
Status Facebook
12:31 AM

Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam mengklaimbahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno didasar laut merah. Menurutnya, mungkin ini merupakan bangkai kereta tempur Pharaoh yang tenggelam dilautan tsb saat digunakan untuk mengejar Musa bersama para pengikutnya.
Menurut pengakuannya, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda ditempat yang sama.
Temuan ini tentunya semakin memperkuat dugaan bahwa sisa2 tulang belulang itu merupakan bagian dari kerangka para bala tentara Pharaoh yang tenggelam di laut Merah. Apalagi dari hasil pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan,memang benar adanya bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam, dimana menurut sejarah,kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu yang sama.
Selain itu, ada suatu benda menarik yang juga berhasil ditemukan, yaitu poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya telah tertutup oleh batu karang, sehingga untuk saat ini bentuk aslinya sangat sulit untuk dilihat secara jelas. Mungkin Allah sengaja melindungi benda ini untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi2-Nya merupakan suatu hal yang nyata dan bukan merupakan cerita karangan belaka. Diantara beberapa bangkai kereta tadi, ditemukan pula sebuah roda dengan 4 buah jeruji yang terbuat dari emas.

Pada bagian peta yang dilingkari (lingkaran merah), menurut para ahli kira-kira disitulah lokasi dimana Nabi Musa bersama para kaumnya menyebrangi laut Merah. Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuweiba. Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800 meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab. Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan (garis merah) kedalamannya mencapai 1500 meter. Kemiringan laut dari Nuweiba ke arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk Nuweiba ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat /
Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.Lebar lintasan Laut Merah yang terbelah diperkirakan 900 meter. Dapatkah kita membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk dapat membelah air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada kedalaman perairan yang rata2 mencapai ratusan meter untuk waktu yang cukup lama, mengingat pengikut Nabi Musa yang menurut sejarah berjumlah ribuan? (menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km, dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam).
Menurut sebuah perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima Jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter. Jika kita kaitkan dengan kecepatan angin,menurut beberapa perhitungan, setidaknya diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam!!! sungguh luar biasa, Allah Maha Besar.

poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya telah tertutup oleh batu karang.

penyelam yang menemukan bangkai roda dan kereta
SUMBER
Trit Bermanfaat
UPDATE
فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ
Lalu Kami wahyukan kepada musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.
Ayat ke-2 ada di Quran Surat Ta-Ha (20) No. Ayat : : 77
وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقاً فِي الْبَحْرِ يَبَساً لَّا تَخَافُ دَرَكاً وَلَا تَخْشَى
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu , kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)".
Al-Qur’an telah memberi tahu peristiwa tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 20 yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya, sedang kamu sendiri menyaksikan”.
Dan di dalam Al-Quran Surat Asy-Syu’araa ayat 63 telah berfirman Allah SWT. Kepada Musa as.
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa, Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar.”
Bukti Bahwa Nabi Musa Pernah Membelah Lautan
Bukti Bahwa Nabi Musa Pernah Membelah Lautan
Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam mengklaimbahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno didasar laut merah. Menurutnya, mungkin ini merupakan bangkai kereta tempur Pharaoh yang tenggelam dilautan tsb saat digunakan untuk mengejar Musa bersama para pengikutnya.
Menurut pengakuannya, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda ditempat yang sama.
Temuan ini tentunya semakin memperkuat dugaan bahwa sisa2 tulang belulang itu merupakan bagian dari kerangka para bala tentara Pharaoh yang tenggelam di laut Merah. Apalagi dari hasil pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan,memang benar adanya bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam, dimana menurut sejarah,kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu yang sama.
Selain itu, ada suatu benda menarik yang juga berhasil ditemukan, yaitu poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya telah tertutup oleh batu karang, sehingga untuk saat ini bentuk aslinya sangat sulit untuk dilihat secara jelas. Mungkin Allah sengaja melindungi benda ini untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi2-Nya merupakan suatu hal yang nyata dan bukan merupakan cerita karangan belaka. Diantara beberapa bangkai kereta tadi, ditemukan pula sebuah roda dengan 4 buah jeruji yang terbuat dari emas.
Pada bagian peta yang dilingkari (lingkaran merah), menurut para ahli kira-kira disitulah lokasi dimana Nabi Musa bersama para kaumnya menyebrangi laut Merah. Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuweiba. Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800 meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab. Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan (garis merah) kedalamannya mencapai 1500 meter. Kemiringan laut dari Nuweiba ke arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk Nuweiba ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat /
Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.Lebar lintasan Laut Merah yang terbelah diperkirakan 900 meter. Dapatkah kita membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk dapat membelah air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada kedalaman perairan yang rata2 mencapai ratusan meter untuk waktu yang cukup lama, mengingat pengikut Nabi Musa yang menurut sejarah berjumlah ribuan? (menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km, dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam).
Menurut sebuah perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima Jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter. Jika kita kaitkan dengan kecepatan angin,menurut beberapa perhitungan, setidaknya diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam!!! sungguh luar biasa, Allah Maha Besar.
Spoilerfor pic:
poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya telah tertutup oleh batu karang.
Spoilerfor pic:
Spoilerfor pic:
Spoilerfor pic:
penyelam yang menemukan bangkai roda dan kereta
Spoilerfor pic:
Spoilerfor pic:
Spoilerfor pic:
bagi ini ya
asal jgn ini
ini jg gpp
asal jgn ini
ini jg gpp
SUMBER
Trit Bermanfaat
UPDATE
Spoilerfor Laut Terbelah:
Ayat I ada di Qur'an Surat Ash-Shu'ara (26) : 63فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ
Lalu Kami wahyukan kepada musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.
Ayat ke-2 ada di Quran Surat Ta-Ha (20) No. Ayat : : 77
وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقاً فِي الْبَحْرِ يَبَساً لَّا تَخَافُ دَرَكاً وَلَا تَخْشَى
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu , kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)".
Al-Qur’an telah memberi tahu peristiwa tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 20 yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya, sedang kamu sendiri menyaksikan”.
Dan di dalam Al-Quran Surat Asy-Syu’araa ayat 63 telah berfirman Allah SWT. Kepada Musa as.
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa, Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar.”
Label:
Kisah Islami,
Peristiwa
9:54 PM
Muhammadun bersama Arifin Ilham. ©2012 Merdeka.com
Pengurus Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau, Muhammadun menjelaskan, dakwah itu kewajiban yang melekat pada setiap muslim. Baik secara lisan atau perbuatan. Salah satu tujuan dakwah adalah melanjutkan kehidupan Islam (lil isti’nafu hayatil islam).
"Objek dakwah itu adalah seluruh umat manusia, baik muslim maupun yang belum muslim. Nah, karena dakwah itu adalah kewajiban, maka tidak layak dai memasang tarif, apalagi dikomersilkan," kata Muhammadun kepada merdeka.com, Sabtu (4/8).
Muhammadun mencontohkan Rasulullah SAW, para sahabat nabi dan ulama terdahulu termasuk para wali yang menyebarkan Islam di Nusantara ini. "Apa pernah ada riwayat mereka itu minta bayaran? Tidak kan," ujar dia.
Jiwa Ikhlas mereka harus diteladani. Sebab, ikhlas akan melahirkan kekuatan rohani. Kalau tidak ikhlas, nilainya nol. Tidak ada ruhnya.
"Lantas coba sekarang bayangkan, ada daerah terpencil, penduduknya mayoritas miskin, mereka perlu pencerahan tauhid misalnya. Kalau dainya jual mahal bagaimana? Bisa jadi murtad mereka," kata Muhammadun.
Jangan stand up comedy
Karena tugas berdakwah sangat mulia, sebaiknya dalam menyebarkan Islam tidak dikomersilkan. Apalagi, jika seorang pendakwah lebih banyak melucu, itu akan mereduksi nilai dakwah itu sendiri.
"Sekarang yang kita saksikan di televisi, seakan ada reduksi. Ketika kita mereduksi dai itu hanya tukang ceramah, maka aktivitas dakwah hanya akan jadi seperti stand up comedy," kata Muhammadun.
Dan yang paling berbahaya adalah jika seorang pendakwah menjadikan dakwah itu sebagai profesi. "Dai itu kewajiban melekat pada setiap muslim," ujar dia.
Muhammadun mencontohkan, dai bisa dari mana saja. Dai sejati itu bisa dari kalangan pengusaha seperti Abdurrahman bin Auf, petani intelektual seperti Ali bin Abi Thalib, Kepala negara yang juga ulama seperti Umar bin Abdul Aziz, Panglima sholeh seperti Muhammad al Fatih dan Nuruddin Zanki.
Selain mereka, di Indonesia juga banyak pendakwah sejati tanpa harus nongol di televisi. Mereka ini juga punya ribuan jamaah.
Di Jombang misalnya, pengajian kitab Al Hikam itu luar biasa peminatnya. Siapa yang mengisi? Jamaluddin. Di Riau, ada beberapa ustaz yang cukup berkualitas. Ada Mawardi M Saleh alumni Madinah yang ahli Ushul Fiqh dan Musthofa Umar alumni Al Azhar.
Pendakwah tak boleh pasang tarif
Written By Mas Toto on May 8, 2013 | 9:54 PM
Pendakwah tak boleh pasang tarif
Reporter : Mohamad Hasist
Sabtu, 4 Agustus 2012 15:30:14
177
Pengurus Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau, Muhammadun menjelaskan, dakwah itu kewajiban yang melekat pada setiap muslim. Baik secara lisan atau perbuatan. Salah satu tujuan dakwah adalah melanjutkan kehidupan Islam (lil isti’nafu hayatil islam).
"Objek dakwah itu adalah seluruh umat manusia, baik muslim maupun yang belum muslim. Nah, karena dakwah itu adalah kewajiban, maka tidak layak dai memasang tarif, apalagi dikomersilkan," kata Muhammadun kepada merdeka.com, Sabtu (4/8).
Muhammadun mencontohkan Rasulullah SAW, para sahabat nabi dan ulama terdahulu termasuk para wali yang menyebarkan Islam di Nusantara ini. "Apa pernah ada riwayat mereka itu minta bayaran? Tidak kan," ujar dia.
Jiwa Ikhlas mereka harus diteladani. Sebab, ikhlas akan melahirkan kekuatan rohani. Kalau tidak ikhlas, nilainya nol. Tidak ada ruhnya.
"Lantas coba sekarang bayangkan, ada daerah terpencil, penduduknya mayoritas miskin, mereka perlu pencerahan tauhid misalnya. Kalau dainya jual mahal bagaimana? Bisa jadi murtad mereka," kata Muhammadun.
Jangan stand up comedy
Karena tugas berdakwah sangat mulia, sebaiknya dalam menyebarkan Islam tidak dikomersilkan. Apalagi, jika seorang pendakwah lebih banyak melucu, itu akan mereduksi nilai dakwah itu sendiri.
"Sekarang yang kita saksikan di televisi, seakan ada reduksi. Ketika kita mereduksi dai itu hanya tukang ceramah, maka aktivitas dakwah hanya akan jadi seperti stand up comedy," kata Muhammadun.
Dan yang paling berbahaya adalah jika seorang pendakwah menjadikan dakwah itu sebagai profesi. "Dai itu kewajiban melekat pada setiap muslim," ujar dia.
Muhammadun mencontohkan, dai bisa dari mana saja. Dai sejati itu bisa dari kalangan pengusaha seperti Abdurrahman bin Auf, petani intelektual seperti Ali bin Abi Thalib, Kepala negara yang juga ulama seperti Umar bin Abdul Aziz, Panglima sholeh seperti Muhammad al Fatih dan Nuruddin Zanki.
Selain mereka, di Indonesia juga banyak pendakwah sejati tanpa harus nongol di televisi. Mereka ini juga punya ribuan jamaah.
Di Jombang misalnya, pengajian kitab Al Hikam itu luar biasa peminatnya. Siapa yang mengisi? Jamaluddin. Di Riau, ada beberapa ustaz yang cukup berkualitas. Ada Mawardi M Saleh alumni Madinah yang ahli Ushul Fiqh dan Musthofa Umar alumni Al Azhar.
Label:
Peristiwa
9:50 PM
h agus salim. wikipedia
Haji Agus Salim adalah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia yang tidak berjuang menggunakan bambu runcing atau senjata api. Senjata seorang Agus Salim ialah intelektualitas dan kepandaiannya dalam berdiplomasi.
Pendidikan Agus Salim dimulai dari Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, dia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Di usia yang sangat muda ini, Agus Salim sudah berhasil menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing yakni Arab, Belanda, Inggris, Turki, Perancis, Jepang dan Jerman.
Kecerdasan dan kepiawaian Agus Salim dalam berdiplomat ternyata menarik minat negara dan penjajah saat itu yakni Belanda. Belanda menawarkan kepadanya untuk menjadi penerjemah pada Konsulat Belanda di Jeddah pada tahun 1906 sampai 1911.
Pada saat di Mekkah itulah Salim mendalami ilmu agama dengan pamannya Syeikh Khatib al-Minangkabawi yang saat itu menjadi Imam di Masjidil Haram. Di samping ilmu-ilmu agama, Syeikh Khatib juga mengajarkan Salim ilmu diplomasi dalam hubungan internasional yang di kemudian hari nanti menjadi andalannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pasca-lima tahun dalam perantauan, Agus Salim kembali ke Tanah Air. Pada 1915, Salim meniti karir dengan malang melintang di dunia jurnalistik. Kepribadian Agus Salim yang tegas membuat setiap tulisannya selalu tajam dan mengandung kritikan pedas dalam membakar semangat kemerdekaan rakyat Indonesia.
Dunia jurnalistik ternyata bukan pelabuhan akhir karir Agus Salim di mana dia juga memutuskan untuk terjun ke dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam. Ternyata pilihan putra dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab ini tidak salah. Terbukti pada 1946 sampai 1950 dia menjadi bintang dalam percaturan politik Indonesia.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Agus Salim diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Selain itu Salim juga dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta.
Buya Hamka, seorang pendakwah otodidak yang legendaris
Nurcholish Madjid, pendamai Islam dan demokrasi
Kefasihannya dalam berdiplomasi membuat dia dipercaya untuk menjalankan berbagai misi diplomatik dengan tujuan memperkenalkan negara baru Republik Indonesia ke dunia luar, serta bagian dari diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan. Salah satu buah dari upaya diplomasi Agus Salim adalah, pada 1947, Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan dan perjanjian persahabatan dengan Mesir. Mesir tercatat sebagai negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Agus Salim yang dianugrahi kejeniusan dan hidup sebagai orang besar tidak lantas membuatnya tinggi hati. Kesederhanan Agus Salim ini terlihat pada saat dirinya menghadiri salah satu konferensi besar di mana saat itu dia makan dengan menggunakan tangannya sementara para peserta muktamar menggunakan sendok.
Ketika sebagian anggota muktamar mencemooh dengan mengatakan "Salim, sekarang tidak saatnya lagi makan dengan tangan, tapi dengan sendok," kemudian dia hanya menjawab "tangan yang selalu saya gunakan ini selalu saya cuci setiap kali akan makan, dan hanya saya yang memakai dan menjilatnya. Sementara sendok-sendok yang kalian gunakan sudah berapa mulut yang telah menjilatnya". Sontak hadirin pada saat itu malu dan langsung terdiam.
Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.
KH Agus Salim, kesederhanaan penguasa banyak bahasa
KH Agus Salim, kesederhanaan penguasa banyak bahasa
Reporter : Harwanto Bimo Pratomo
Minggu, 5 Mei 2013 10:03:00
Haji Agus Salim adalah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia yang tidak berjuang menggunakan bambu runcing atau senjata api. Senjata seorang Agus Salim ialah intelektualitas dan kepandaiannya dalam berdiplomasi.
Pendidikan Agus Salim dimulai dari Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, dia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Di usia yang sangat muda ini, Agus Salim sudah berhasil menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing yakni Arab, Belanda, Inggris, Turki, Perancis, Jepang dan Jerman.
Kecerdasan dan kepiawaian Agus Salim dalam berdiplomat ternyata menarik minat negara dan penjajah saat itu yakni Belanda. Belanda menawarkan kepadanya untuk menjadi penerjemah pada Konsulat Belanda di Jeddah pada tahun 1906 sampai 1911.
Pada saat di Mekkah itulah Salim mendalami ilmu agama dengan pamannya Syeikh Khatib al-Minangkabawi yang saat itu menjadi Imam di Masjidil Haram. Di samping ilmu-ilmu agama, Syeikh Khatib juga mengajarkan Salim ilmu diplomasi dalam hubungan internasional yang di kemudian hari nanti menjadi andalannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pasca-lima tahun dalam perantauan, Agus Salim kembali ke Tanah Air. Pada 1915, Salim meniti karir dengan malang melintang di dunia jurnalistik. Kepribadian Agus Salim yang tegas membuat setiap tulisannya selalu tajam dan mengandung kritikan pedas dalam membakar semangat kemerdekaan rakyat Indonesia.
Dunia jurnalistik ternyata bukan pelabuhan akhir karir Agus Salim di mana dia juga memutuskan untuk terjun ke dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam. Ternyata pilihan putra dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab ini tidak salah. Terbukti pada 1946 sampai 1950 dia menjadi bintang dalam percaturan politik Indonesia.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Agus Salim diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Selain itu Salim juga dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta.
Buya Hamka, seorang pendakwah otodidak yang legendaris
Nurcholish Madjid, pendamai Islam dan demokrasi
Kefasihannya dalam berdiplomasi membuat dia dipercaya untuk menjalankan berbagai misi diplomatik dengan tujuan memperkenalkan negara baru Republik Indonesia ke dunia luar, serta bagian dari diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan. Salah satu buah dari upaya diplomasi Agus Salim adalah, pada 1947, Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan dan perjanjian persahabatan dengan Mesir. Mesir tercatat sebagai negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Agus Salim yang dianugrahi kejeniusan dan hidup sebagai orang besar tidak lantas membuatnya tinggi hati. Kesederhanan Agus Salim ini terlihat pada saat dirinya menghadiri salah satu konferensi besar di mana saat itu dia makan dengan menggunakan tangannya sementara para peserta muktamar menggunakan sendok.
Ketika sebagian anggota muktamar mencemooh dengan mengatakan "Salim, sekarang tidak saatnya lagi makan dengan tangan, tapi dengan sendok," kemudian dia hanya menjawab "tangan yang selalu saya gunakan ini selalu saya cuci setiap kali akan makan, dan hanya saya yang memakai dan menjilatnya. Sementara sendok-sendok yang kalian gunakan sudah berapa mulut yang telah menjilatnya". Sontak hadirin pada saat itu malu dan langsung terdiam.
Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.
Label:
Peristiwa







.gif)