Latest Post

Waktu Adalah Kehidupan - KH. Agoes Ali Masyhuri

Written By Mas Toto on May 16, 2013 | 8:47 AM

Pencramah Gus Ali yang santai, pelan tapi mudah di cerna, di resapkan







part 4 Tausiah oleh Gus Ali di Masjid Sunda Kelapa Jakarta.mp4




TV9SURABAY_KISWAH GUS ALI




TV9SURABAYA_KISWAH GUS ALI .flv

Pentingnya Niat Dalam Amal Ibadah

KISWAH GUS ALI 27 JULI SESI 1 SEG 1

ANTARA KUFUR DAN SYUKUR

Written By Mas Toto on May 11, 2013 | 2:09 AM

ANTARA KUFUR DAN SYUKUR

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 13 Desember 2011 pukul 4:50
Ibnu al-Qayyim memgemukakan beberapa hadis yang menyebut kafir secara mutlak terhadap kemaksiatan-kemaksiatan tertentu. Menurut beliau:

"Kemaksiatan ialah perbuatan yang termasuk jenis kufr (kafir) kecil. Ia merupakan lawan syukur yang berupa pelaksanaan ketaatan. Karena itu. apa yang diusahakan (dilakukan) manusia adakalanya berupa syukur dan adakalanya berupa kufr, dan boleh jadi tidak termasuk syukur dan tidak termasuk kufr."

Kufur dengan arti pertama--yakni kufur akbar (kekafiran besar)--merupakan lawan dari iman. Pelakunya disebut kafir, yakni lawan dari mukmin. Allah berfirman:

فَمِنْهُم مَّنْ ءَامَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَ

"...Maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) diantara mereka yang kafir..." (Al-Baqarah:253)

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِ

"Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kekafiran)..." (Al-Baqarah:257)

كَيْفَ يَهْدِى ٱللَّهُ قَوْمًۭا كَفَرُوا۟ بَعْدَ إِيمَٰنِهِمْ

"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman..." (Ali Imran:86)

Adapun kufur (kafir) dalam arti yang kedua--yaitu kekafiran kecil--lawannya adalah syukur. Manusia ada yang bersyukur terhadap nikmat Allah, dan ada pula yang kafir (kufur), tidak menunaikan hak-haknya, meskipun tidak mengingkarinya.
Dalam menyifati manusia Allah berfirman:

إِنَّا هَدَيْنَٰهُ ٱلسَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًۭا وَإِمَّا كَفُورًا

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (Al-Insan:3)

وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّۭ كَرِيمٌۭ

"...Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya mereka bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia." (An-Naml:40)

Diriwayatkan dalam SHAHIH BUKHARI tentang sebab-sebab dimasukkannya wanita-wanita (tertentu) ke dalam neraka ialah karena mereka kafir (kufur). Kemudian para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka kafir kepada Allah?" Beliau menjawab: "Mengufuri pergaulan, dan mengufuri kebaikan."

Al-Qurthubi mengatakan bahwa perkataan "kufur" menurut syari'at ialah mengingkari sesuatu yang sudah diketahui dengan pasti sebagai ajaran Islam.
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, "Perkataan 'kufur' dalam istilah syara' juga berarti mengingkari nikmat, tidak mensyukuri Pemberi nikmat, tidak menunaikan hak-hak-Nya, sebagaimana ditetapkan di dalam kitab AL-IMAN_Bab "Kufrun duuna Kufrin" dalam hadis Abu Said: "Yakfurna al-ihsan..." (mereka kufur kepada kebaikan...)

Ungkapan "kufrun duuna kufrin" (kekafiran dibawah kekafiran) ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan sebagian tabi'in dalam menafsirkan firman Allah:

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰفِرُونَ

"...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka iitu adalah orang-orang yang kafir." (Al-Maa'idah:44)

Dengan demikian,pengelompokan "kafir" kepada kafir besar dan kafir kecil tidak lain merupakan pembagian yang diriwayatkan oleh ulama salaf. Pembagian ini juga berlaku untuk syirik, munafik, fasik, dan zhalim. Masing-masing terbagi kepada "yang besar" yang menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka, dan "yang kecil" yang tidak menyebabkan pelakunya kekal di neraka dan tidak menjadikannya keluar dari Dinul Islam.

Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari membuat babberjudul "Zhulm duuna Zhulmin" (kezhaliman di bawah kezhaliman). Dalam hal ini beliau mengemukakan dalil hadis Ibnu Mas'ud ketika turun ayat:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am:82)

Ketika mendengar ayat ini, para sahabat bertanya, "wahai rasulullah, siapakah di antara kami yang tidak pernah menzhalimi dirinya?" Beliau menjawab, "Tidak seperti yang kamu katakan itu. Yang dimaksud dengan 'Tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman' ialah syirik. Apakah kamu tidak mendengar firman Allah:

إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ

"Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar." (Luqman:13)

Petunjuk hadis yang dikemukakan Imam Bukhari itu ialah bahwa para sahabat membagi perkataan 'Zhulm' (kezhaliman) dengan segala macam bentuk kemaksiyatan. Dan pemahaman mereka ini tidak disangkal oleh Nabi saw., kecuali beliau jelaskan kepada mereka bahwa yang dimaksud dengan perkataan 'Zhulm' dalam ayat ini adalah bentuk kezhaliman yang paling besar, yaitu syirik. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kezhaliman itu bertingkat-tingkat.

Dari :
محمّداقبل بن إسمعيل بن عمر بن يحي





DOSA-DOSA SELAIN SYIRIK BERADA DALAM MASYI'AH ILAHIAH (kehendak Allah)

DOSA-DOSA SELAIN SYIRIK BERADA DALAM MASYI'AH ILAHIAH (kehendak Allah)

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 11 Desember 2011 pukul 16:08



Dalam sebuah hadis sahih dinyatakan bahwa kemaksiyatan (dosa-dosa) selain syirik itu diserahkan kepada kehendak Allah. Dalam hadis Ubadah bin Ash-Shamit yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda di hadapan para sahabat:

بَايِعُوْنِيْ عَلىَ اَنْ لاَتُشْرِكُوْابِاللّٰهِ شَيْــًأ ، وَلاَتَسْرِقُوْاوَلاَ تَزْنُوْ ، وَلاَتَقْتُلُوْااَوْلاَدَكُمْ ، ولا تأتواببهتانٍ تَفْتَرُوْنَهُ بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَاَرْجُلِكُمْ وَلاَتَعْصُوْافِيْ مَعْرُوْفٍ ، فَمَنْ وَفّٰى مِنْكُمْ فَاَجْرُهُ عَلَى اللّٰهِ ، وَمَنْ اَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْــًأفَعُوْقِبَ فِى الدُّنْيَافَهُوَكَفًّـارَةٌ لَهُ ، وَمَنْ اَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْــًأثُمًّ سَتَرَهُ اللّٰهُ ، فَهُوَاِلى اللّٰهِ ، اِنْ شَاءَعَفَاعَنْهُ ، وَاِنْ شَاءَعاقَبَهُ اللّٰهُ

"Berbai'atlah kepadaku untuk tidak mempersekutukan sesuatu dengan Allah, tidak mencuri dan tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kamu, tidak membuat-buat kebohongan yang kamu ada-adakan di depanmu atau di belakangmu, serta tidak melanggar terhadap kebaikan. Barangsiapa di antara kamu memenuhi hal itu, niscaya akan diberi pahala oleh Allah; barangsiapa yang melakukan pelanggaran terhadapnya lantas dijatuhi hukuman di dunia, maka hukuman itu sebagai kafarat baginya; dan barangsiapa yang melanggarnya lantas Allah menutupinya (sehingga ia tidak dijatuhi hukuman di dunia), maka urusannya terserah kepada Allah. Jika Ia berkehendak untuk memaafkan, maka dimaafkan-Nya orang itu; dan jika Ia berkehendak menyiksa, maka disiksa-Nya orang itu."

Hadis ini merupakan petunjuk yang jelas bahwa melakukan dosa-dosa dan kerusakan yang wajib dijauhi sebagaimana kandungan isi bai'at tersebut tidaklah mengeluarkan pelakunya dari Islam. Bahkan, hukuman yang dijatuhkan kepadnya di dunia (sesuai dengan hukum Islam)--karena pelanggarannya--dianggap sebagai penyuci dan kafarat baginya. Jika tidak dijatuhi hukuman di dunia sesuai dengan hukum Islam, maka ia berada dalam masyi'ah ilahiah (kehendak Allah). Jika Ia berkehendak untuk mengampuninya, maka diampuninya orang itu; dan jika Ia berkehendak menghukumnya, maka dihukumnya orang itu.
Ath-Thaibi berkata, "HADIS INI MENGISYARATKAN TERLINDUNGNYA SESEORANG YANG MENGUCAPKAN KALIMAT SYAHADAT DARI SIKSA NERAKA KECUALI TERHADAP ORANG YANG TERDAPAT NASH YANG MEMASTIKANNYA." (Fathul Bari, juz 1 halaman 75)

Writen by:
محّمداقبل بن إسمعيل بن عمر بن يحي

TERGESA-GESA ITU DARI SETAN

TERGESA-GESA ITU DARI SETAN

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 10 Desember 2011 pukul 6:34
  

Sederek Sedoeloer Kabeh...

Saya sering mendengar dua perkataan kontroversial yang diucapkan orang dalam berbagai kesempatan. PERTAMA, perkataan: "Ketergesa-gesaan (cepat-cepat) itu dari setan." KEDUA, perkataan: "Sebaik-baik kebaikan ialah yang disegerakan."
Perkataan yang pertama itu merupakan bagian dari sebuah hadis yang berbunyi:
َ
اْلأَنَةُمِنَ اللّٰهِ وَالْعَجَلَةِمِنَ الشًّيْطَانِ
"Berhati-hati itu dari Allah Ta'ala dan tergesa-gesa itu dari setan."
(Hadis Riwayat Tirmidzi dari Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi)
Memuji sikap tenang dan hati-hati serta mencela sikap tergesa-gesa merupakan fitrah manusia, dan sudah menjadi kesepakatan manusia sejak zaman dahulu hingga kini. Karena itu, ada berbagai ungkapan mengenai hal ini, seperti:
"BARANGSIAPA BERHATI-HATI, IA AKAN MENDAPATKAN APA YANG DIINGINKAN."
"DALAM KEHATI-HATIAN TERDAPAT KESELAMATAN, DAN DALAM KETERGESA-GESAAN TERDAPAT PENYESALAN."
Tergesa-gesa itu dari setan. Sebagaimana kata Ibnul Qayyim, sikap tersebut merupakan cermin bagi seseorang yang kurang berpikir dan kurang hati-hati sehingga hilang kemantapan, ketenangan, dan kesabarannya. Akibatnya, ia MELETAKKAN SESUATU bukan pada tempatnya, mendatangkan keburukan, dan menghalangi kebaikan. Ia lahir dari dua akhlak tercela: MENGABAIKAN dan TERGESA-GESA SEBELUM WAKTUNYA.
Dalam sebuah hadis dikatakan:
يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِمَالَمْ يَسْتَعْجِلْ
"Dikabulkan (doa) bagi hamba asalkan tidak tergesa-gesa."
(Muttafaq'alaih dari Abu Hurairah)
Adapun perkataan kedua yang berbunyi "Sebaik-baik kebaikan ialah yang disegerakan" menurut Al-Ajuni dalam kitabnya KASYFUL KAFA', adalah bukan hadis. Tetapi perkataan ini semakna dengan ucapan Abbas r.a., yakni. "Tidak sempurna suatu kebaikan kecuali dengan disegerakannya. Sebab, dengan menyegerakan (suatu pekerjaan), perasaan seseorang akan menjadi senang dan lega."

Mudah-mudahan kita bisa mengambil I'TIBAR dari uraian di atas sehingga bisa menjadi panduan kita di dalam BERTFIKIR dan BERTINDAK....amin.

Dari Mohamad Iqbal bin Ismail bin Umar Bheen Yahya

SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA PENGAMPUN DOSA DAN PENERIMA TAUBAT !

SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA PENGAMPUN DOSA DAN PENERIMA TAUBAT !

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 9 Desember 2011 pukul 4:47

Firman Allah,
{Katakanlah: "Hai hamba-hamba'Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya,
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."}
(QS. Az-Zumar: 53)
Tidakkah firman Allah ini dapat melapangkan hati, menghilangkan
keresahan, dan menghapuskan kegundahan Anda?
Tampak bahwa Allah sengaja menyapa manusia dengan kalimat "Wahai
hamba-hamba-Ku..." Adapun tujuannya, tak lain adalah menyatukan hati
para hamba-Nya dan menyentuh perasaan mereka agar mendengarkan ayat
tersebut dengan baik. Setelah itu, terlihat bahwa Dia mengkhususkan firman-
Nya itu untuk orang-orang yang melampaui batas. Itu dilakukan Allah
karena mereka merupakan golongan manusia yang paling banyak melakukan
dosa dan kesalahan. Nah, bagaimana dengan kita yang tentu saja juga sering
melakukan dosa dan kesalahan?
Dalam ayat tersebut, Allah juga melarang hamba-Nya berputus asa
dalam memohon ampunan Allah. Allah mengabarkan pula bahwa Dia akan
mengampuni siapa saja yang bertobat kepada-Nya, baik dari dosa-dosa kecil
maupun yang besar.
Tidakkah Anda merasa gembira dan bahagia dengan firman Allah s.w.t.,
{Dan, (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka
mengetahui.}
(QS. Ali 'Imran: 135)
Juga firman-Nya,
{Dan, barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia
memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.}
(QS. An-Nisa': 110)
Firman-Nya yang lain,
{Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu)
yang kecil dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).}
(QS. An-Nisa': 31)
Firman-Nya yang lain,
{Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu
memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.}
(QS. An-Nisa': 64)
{Dan, sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,
beramal salih, kemudian tetap di jalan yang benar.}
(QS. Thaha: 82)
Tatkala Musa membunuh seseorang maka dia berkata:
{"Hai Rabb-ku, ampunilah aku," maka Dia mengampuninya.}
(QS. Al-Qashash: 16)
Juga firman Allah yang menjelaskan tentang Nabi Daud setelah
bertobat dan Allah mengampuninya,
{Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya, dia
mempunyai kedudukan yang sangat dekat Pada sisi Kami dan tempat kembali
yang baik.}
(QS. Shad: 25)
Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengasih dan Maha Mulia.
Bagaimana tidak, Dia masih menawarkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada
orang-orang yang meyakini trinitas. Firman Allah tentang mereka,
{Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah adalah
salah satu dari yang tiga," padahal sekali-kali tidak ada Ilah selain dari Ilah Yang
Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-
orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih. Maka, mengapa
mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.}
(QS. Al-Ma'idah: 73-74)
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Allah Yang
Maha Tinggi berfirman: "Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu berdoa
kepada-Ku dan mengharapkan-Ku maka Aku akan mengampunimu atas semua
dosa yang kamu lakukan, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, andaikata
dosa-dosamu itu sampai ke puncak langit kemudian kamu meminta ampunan
kepada-Ku niscaya Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam,
seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa yang besamya seisi bumi
seluruhnya, kemudian datang menemui-Ku dan tidak menyekutukan Aku dengan
yang lain niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan yang besamya
seisi bumi seluruhnya."
Dalam sebuah hadits shahih yang lain Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar orangorang
yang melakukan dosa pada siang hari bertobat dan Dia membentangkan
tangan-Nya di siang hari agar orang yang melakukan kesalahan di malam hari
bertobat, hingga nanti ketika matahari terbit dari arah barat."
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan: "Wahai hamba-hamba-Ku,
sesungguhnya kalian melakukan dosa di malam hari, sedangkan Aku mengampuni
semua dosa. Maka, mmtalah kalian semua ampunan kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengampuni kalian."
Dalam sebuah hadits shahih yang lain disebutkan: "Demi Dzat yang
jiwaku ada di tangan-Nya. Seandainya kalian tidak melakukan dosa niscaya Allah
akan menghilangkan kalian, dan akan mendatangkan kaum yang lain yang
melakukan dosa-dosa namun memohon ampunan kepada Allah, yang kemudian
Dia akan mengampuni mereka."
Juga disebutkan dalam hadits shahih yang lain: "Kalian semua adalah
orang-orang yang sering melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang
melakukan kesalahan adalah orang yang bertobat."
Pada kesempatan yang lain Rasulullah juga bersabda, "Allah lebih. gembira
dengan taubat seorang hamba-Nya di antara kalian, yang berada di atas
kendaraannya, yang telah tersedia makanan dan minuman. Kemudian kendaraannya
itu hilang di padang pasir. la mencarinya ke sana kemari hingga putus asa, dan ia
pun tertidur. Pada saat terbangun, kendaraannya itu sudah berada di dekat kepalanya.
Kemudian dia berkata, 'Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan Aku adalah Rabb-
Mu.' la salah mengucapkan karena saking gembiranya."
Dalam riwayat shahih yang lain Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya
seorang hamba yang melakukan sebuah dosa kemudian ia mengucapkan: 'Ya
Allah, ampunilah dosaku, sesungguhnya tidak ada yang bisa memberi ampunan
terhadap dosa-dosa kecuali Engkau.' Kemudian ia kembali melakukan dosa, dan
setelah itu berdoa kembali: 'Ya Allah, ampunilah dosaku sesungguhnya tidak ada
yang bisa memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali Engkau.' Kemudian
kembali melakukan dosa, dan berdoa kembali: 'Ya Allah, ampunilah dosaku,
karena sesungguhnya tidak ada yang berhak memberi ampunan terhadap dosadosa
kecuali Engkau.' Allah berfirman: 'Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Rabb
yang bisa menjatuhkan siksa atas dosa yang dilakukannya dan bisa pula
memberikan ampunan terhadap dosa itu. Maka hamba-Ku pun melakukan
semaunya."
Singkatnya, selama hamba itu bertaubat, meminta ampunan dan
menyesali perbuatannya, maka Allah akan mengampuninya.

Writen by:
محّمداقبل بن إسمعيل بن عمر بن يحي

Buanglah Rasa Cemas !

Buanglah Rasa Cemas !

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 8 Desember 2011 pukul 5:49

Tak usah bersedih, karena Rabb-mu berfirman,
{Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.}
(QS. Al-Insyirah: 1)
Pesan ayat ini bersifat umum untuk setiap orang yang menerima
kebenaran, melihat cahaya dan menempuh hidayah. Allah juga berfirman,
{Maka, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan
orang yang membatu hatinya)? Maka, kecelakaan yang besarlah bagi mereka
yang telah membatu hatinya.}
(QS. Az-Zumar: 22)
Maka dari itu, menjadi jelas bahwa ada kebenaran yang akan
melapangkan dada dan ada kebatilan yang akan membuat hati menjadi keras.
Allah berfirman,
{Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam.}
(QS. Al-An'am: 125)
Ini menandakan bahwa Islam merupakan suatu tujuan yang hanya
dapat dicapai oleh orang yang memang dikehendaki Allah.
{Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.}
(QS. At-Taubah: 40)
Demikian Allah berfirman. Dan kalimat seperti itu hanya akan
diucapkan oleh orang yang sangat yakin dengan pengawasan, perlindungan,
kasih sayang dan pertolongan Allah.
membagi waktunya. Yakni, ia perlu membagi waktu kapan ia harus bekerja,
merenung, dan mencari hiburan. Dalam hal membaca pun, Anda perlu variasi;
kapan Anda harus membaca al-Qur'an, tafsir, sirah Rasulullah, hadits, fikih,
sejarah, sastra dan ilmu pengetahuan umum. Demikian pula dalam
menjalankan kegiatan rutin harian, Anda harus dapat menentukan kapan
waktu untuk beribadah, mencari hiburan, mengunjungi relasi, menerima
tamu, berolahraga, dan berekreasi. Dengan begitu, niscaya jiwa Anda akan
selalu merasa segar dan bergairah.
{(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka
ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaikbaik
Pelindung."}
(QS. Ali 'Imran: 173)
Yakni, bahwa pemenuhan dan perlindungan Allah sudah sangat cukup
bagi kita.
{Hai Nabi, cukuplah, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-
orang mukmin yang mengikutimu.}
(QS. Al-Anfal: 64)
Dan, siapapun yang menempuh jalan tersebut akan memperoleh
kemenangan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut.
{Dan, bertawakalah kamu kepada Allah Yang Maha Hidup (Kekal) Yang tidak
mati.}
(QS. Al-Furqan: 58)
Yakni, selain Allah akan mati, tidak akan hidup selamanya, akan sirna
dan tak abadi. Dan derajatnya pun rendah dan tidak mulia.
{Bersabarlah (hai Muhammad) dan tidaklah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) dan
janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.}
(QS. An-Nahl: 127-128)
Ayat ini melukiskan tentang bagaimana penyertaan khusus Allah
terhadap para wali-Nya, yakni dengan cara selalu menjaga, mengawasi,
membantu dan melindungi mereka sesuai dengan kadar ketakwaan dan
jihad mereka.
{Dan, janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman.}
(QS. Ali 'Imran: 139)
Maksudnya adalah ketinggian tingkat ubudiyah dan kedudukannya di
sisi Allah.
{Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain
dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu,
pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian, mereka
tidak mendapat pertolongan.}
(QS. Ali 'Imran: 111)
{Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.}
(QS. Al-Mujadilah: 21)
{Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman
dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat).}
(QS. Al-Mu'min: 51)
Bentuk ketetapan pada kalimat ini merupakan janji Allah yang tidak
akan pernah diingkari dan tidak akan pernah ditunda.
{Dan, aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya. Maka, Allah memeliharanya dari kejahatan
tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat
buruk.}
(QS. Al-Mu'min: 44-45)
{Dan, hanya kepada Allah-lah orang-orang mukmin bertawakal.}
(QS. Ali 'Imran: 122)
Janganlah bersedih! Anggap saja diri Anda tidak akan hidup kecuali
sehari saja, sehingga mengapa Anda harus bersedih dan marah pada hari
ini?
Dalam sebuah atsar disebutkan: Ketika pagi tiba, janganlah menunggu
sore; dan ketika sore tiba, janganlah menunggu datangnya pagi.
Artinya, hiduplah dalam batasan hari ini saja. Jangan mengingat-ingat
masa lalu, dan jangan pula was-was dengan masa yang akan datang.
Seorang penyair berkata,
Yang lalu telah berlalu, dan harapan itu masih gaib
dan engkau pasti punya waktu di mana engkau harus ada
Menyibukkan diri dengan mengingat masa lalu, dan meratapi kembali
kegetiran-kegetiran hidup yang pernah terjadi dan telah berlalu, adalah
sebuah ketololan dan kegilaan.
Pepatah Cina menyebutkan: "Jangan dulu menyeberangi jembatan
sebelum Anda sampai di jembatan itu."
Artinya, jangan bersikap apriori terhadap kejadian-kejadian yang belum
tentu terjadi, sampai Anda benar-benar mengalami dan merasakannya
sendiri.

Writen by :
محمّداقبل بن إسمعيل بن عمر بن يحي

Secercah Cahaya sebagai Penerang Jiwa

ENYAHKAN KEJENUHAN DARI HIDUPMU !

ENYAHKAN KEJENUHAN DARI HIDUPMU !

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 18:00

Orang yang hidup mengekang diri dengan satu gaya atau model hidup,
sudah tentu akan dilanda kejenuhan. Itu terjadi, karena jiwa manusia pada
dasarnya cenderung mudah jenuh. Tabiat dasar setiap manusia adalah tidak
senang berada dalam satu keadaan yang sama. Dan karena itu pula, maka
Allah menciptakan banyak warna dan bentuk untuk suatu tempat, zaman,
makanan, minuman, dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Ada malam ada
siang, ada dataran tinggi ada dataran rendah, ada putih ada hitam, ada
panas ada dingin, dan ada manis ada kecut. Keberagaman dan perbedaan
ini seringkali disebut Allah dalam beberapa firman-Nya. Diantaranya Allah
menyebutkan bahwa,
{Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya.}
(QS. An-Nahl: 69)
{Dari pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang.}
(QS. Ar-Ra'd: 4)
{Dan, di antara gunung-gunung itu ada garis-garis yang putih dan merah yang
beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.}
(QS. Fathir: 37)
{Dan, masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran).}
(QS. Ali 'Imran: 140)
Syahdan, Bani Israel pernah merasa bosan dengan makanan paling
baik mereka dan mengeluh pada Allah,
{Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja.}
(QS. Al-Baqarah: 61)
Al-Makmun kadang kala membaca sambil duduk, sesekali dengan
berdiri, dan pada saat yang lain sambil berjalan. Dan karena itu pula ia
pernah berkata, "Jiwa manusia itu sungguh sering kali jenuh."
{ (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring.}
(QS. Ali 'Imran: 191)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa dalam beribadah pun manusia akan
merasa jenuh. Oleh karena itu, maka Allah pun memberikan banyak pilihan
bentuk dan cara beribadah kepada para hamba-Nya. Sebagaimana kita
ketahui, Allah telah menetapkan pelbagai amalan hati, amalan lisan, amalan
badan, dan ada amalan harta. Kita juga tidak hanya diwajibkan shalat,
tetapi juga membayar zakat, menjalankan puasa, menunaikan haji dan ikut
berjihad. Bahkan, dalam shalat pun kita tak hanya disuruh berdiri saja,
tetapi juga ruku', berdiri, sujud, dan duduk.
Semua ini mengisyaratkan bahwa siapapun yang menginginkan
kepuasan, semangat yang selalu baru dan produktivitas, maka ia harus pandai
Buanglah Rasa Cemas!
Tak usah bersedih, karena Rabb-mu berfirman,
{Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.}
(QS. Al-Insyirah: 1)
Pesan ayat ini bersifat umum untuk setiap orang yang menerima
kebenaran, melihat cahaya dan menempuh hidayah. Allah juga berfirman,
{Maka, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan
orang yang membatu hatinya)? Maka, kecelakaan yang besarlah bagi mereka
yang telah membatu hatinya.}
(QS. Az-Zumar: 22)
Maka dari itu, menjadi jelas bahwa ada kebenaran yang akan
melapangkan dada dan ada kebatilan yang akan membuat hati menjadi keras.
Allah berfirman,
{Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam.}
(QS. Al-An'am: 125)
Ini menandakan bahwa Islam merupakan suatu tujuan yang hanya
dapat dicapai oleh orang yang memang dikehendaki Allah.
{Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.}
(QS. At-Taubah: 40)
Demikian Allah berfirman. Dan kalimat seperti itu hanya akan
diucapkan oleh orang yang sangat yakin dengan pengawasan, perlindungan,
kasih sayang dan pertolongan Allah.
membagi waktunya. Yakni, ia perlu membagi waktu kapan ia harus bekerja,
merenung, dan mencari hiburan. Dalam hal membaca pun, Anda perlu variasi;
kapan Anda harus membaca al-Qur'an, tafsir, sirah Rasulullah, hadits, fikih,
sejarah, sastra dan ilmu pengetahuan umum. Demikian pula dalam
menjalankan kegiatan rutin harian, Anda harus dapat menentukan kapan
waktu untuk beribadah, mencari hiburan, mengunjungi relasi, menerima
tamu, berolahraga, dan berekreasi. Dengan begitu, niscaya jiwa Anda akan
selalu merasa segar dan bergairah.

Dari :
محمّداقبل بن إسمعيل بن عمربن يحي

Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah saw.

Written By Mas Toto on May 10, 2013 | 11:26 AM

Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah saw.

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 17:23


Rasulullah s.a.w. diutus kepada umat manusia dengan membawa pesan
dakwah rabbaniyah dan tidak memiliki propaganda apapun tentang dunia.
Maka, Rasulullah s.a.w. tak pernah dianugerahi gudang harta, hamparan
kebun buah yang luas, dan tidak pula tinggal di istana yang megah. Dan
saat pertama kali datang, hanya beberapa orang yang mencintainya saja
yang bersumpah setia mengikuti ajaran yang dibawanya. Dan mereka tetap
teguh memegang janji meski pelbagai kesulitan dan ancaman datang
mendera. Begitulah, betapa kuatnya keimanan dan kecintaan mereka pada
Muhammad s.a.w.; saat berjumlah sedikit, masih sangat lemah, dan nyaris
selalu diliputi ancaman dari orang-orang disekitarnya, mereka tetap teguh
mencintai Rasulullah s.a.w.
Mereka pernah ada yang dikucilkan masyarakatnya, dipersulit jalur
perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan
kewibawaannya di depan umum, diusir dari kampungnya, dan disiksa
bersama keluarganya. Meski demikian, kecintaan mereka terhadap
Muhammad tak goyah sejengkalpun.
Diantara mereka, ada yang pernah dijemur di tengah padang pasir
yang panas, dikurung dalam penjara bawah tanah, dan disiksa dengan
berbagai cara. Namun demikian, mereka tetap mencintai Rasulullah s.a.w.
Negeri, kampung halaman, dan rumah-rumah mereka pun pernah
diperangi dan dirampas. Maka, mereka banyak yang harus bercerai berai
dengan keluarganya, berpisah dengan kawan karibnya dan meninggalkan
harta bendanya. Meski demikian, ternyata mereka tetap mencintai
Rasulullah s.a.w.
Kaum mukminin seringkali mendapatkan cobaan saat menjalankan
dakwah. Mereka tak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi kadang keluarga
dan dirinya juga diancam akan dibunuh. Bahkan, ada kalanya dalam
menjalan dakwah mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan
dan penderitaan yang panjang. Namun, karena tetap berprasangka baik
terhadap Allah, maka mereka pun tetap sangat mencintai Rasulullah s.a.w..
Tak sedikit pada sahabat muda Nabi s.a.w. yang tak sempat menikmati
masa mudanya sebagaimana anak muda yang lain. Itu terjadi, karena mereka
harus senantiasa ikut berperang di bawah bayang-bayang kilatan pedang
musuh demi membela keyakinan dan kecintaan mereka pada Muhammad
s.a.w.. Tentang mereka ini, sebuah syair mengatakan:
Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau,
dan menebarkan bau wangi yang semerbak.
Begitulah, pada masa itu setiap pemuda siap berangkat ke medan perang
dan menjemput maut. Meski demikian, mereka tak gentar sedikitpun dan
justru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata
atau pesta di malam hari raya. Dan itu, tak lain juga didorong oleh kecintaan
mereka terhadap Rasulullah s.a.w.
Syahdan, seorang sahabat pernah diutus untuk masuk ke kandang
musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Sahabat itu sadar bahwa
kemungkinan dirinya dapat kembali lagi sangat kecil. Namun, ternyata ia
tetap melakukan tugas itu. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta
menjalankan suatu tugas, ia menyadari bahwa tugas itu adalah tugasnya
yang terakhir. Namun ia tetap pergi dengan suka cita menjalankan tugas
tersebut. Demikianlah, semua hal tadi mereka lakukan adalah karena
kecintaan mereka yang besar terhadap Nabi Muhammad s.a.w.
Mengapa mereka sedemikian rupa mencintai Rasulullah s.a.w.?
Mengapa mereka sangat bahagia dengan risalah yang dibawanya, merasa
tenteram dengan manhaj-nya, sangat gembira menyambut kedatangannya,
dan mampu melupakan semua rasa sakit, kesulitan, tantangan dan ancaman
demi mengikutinya?
Jawabannya adalah karena mereka melihat pada diri Nabi Muhammad
terdapat semua makna kebaikan dan kebahagiaan. Juga, tanda-tanda
kebajikan dan kebenaran. Beliau mampu menjadi penunjuk jalan bagi siapa
saja dalam pelbagai masalah besar. Bahkan, dengan sentuhan kelembutan
dan kasih sayangnya beliau mampu memadamkan semua gejolak hati mereka.
Dengan ucapannya, beliau mampu menyejukkan isi dada siapa saja. Dan
dengan risalahnya, ia mampu menghangatkan ruh mereka.
Rasulullah s.a.w juga berhasil menancapkan kerelaan pada jiwa setiap
sahabatnya. Maka, tak mustahil bila mereka tidak lagi pernah
memperhitungkan pelbagai rintangan yang menghadang jalan dakwah
mereka. Sebab, kokohnya keyakinan yang ada dalam dada mereka telah
melupakan semua luka, tekanan, dan kesengsaraan itu.
Beliau berhasil meluruskan hati nurani mereka dengan tuntunannya,
menyinari mata hati mereka dengan cahayanya, menyingkirkan unsur-unsur
jahiliyah dari leher mereka, menghapuskan warna paganisme dari punggung
mereka, menanggalkan semua kalung kemusyrikan dari leher mereka, dan
memadamkan semua api kedengkian dan permusuhan dari ruh-ruh mereka.
Dan lebih dari itu, beliau berhasil menuangkan air keyakinan ke dalam
perasaan mereka. Karena itu, jiwa raga mereka menjadi tenteram, hati mereka
senantiasa sejuk damai, dan otot-otot syaraf mereka selalu kendur dan mudah
terkendali.
Ada banyak faktor yang membuat kecintaan para sahabat terhadap
Rasulullah s.a.w. semakin besar. Diantaranya, saat bersama Rasulullah s.a.w."
mereka senantiasa merasakan kenikmatan hidup, saat berada di dekatnya
mereka merasakan hangatnya kasih sayang dan ketulusan hati, saat berada
di bawah payung ajarannya mereka merasakan ketenteraman, dengan
mematuhi perintahnya mereka mendapatkan keselamatan, dan dengan
meneladai sunah-sunahnya mereka mendapatkan kekayaan batin.
{Dan, tidaklah Kami utus kamu kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam.}
(QS. Al-Anbiyr: 107)
{Dan sesungguhnya, kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus.}
(QS. Asy-Syura: 52)
{Dan, (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya.}
(QS. Al-Mi idah: 16)
{Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka Kitab dan Hikmah
(asSunah). Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.}
(QS. Al-Jumu'ah: 2)
{Dan, membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka.}
(QS. Al-A'raf: 157)
{Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada
suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.}
(QS. Al-Anfal: 24)
{Dan, kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
darinya.}
(QS. Ali 'Imran: 103)
Sungguh, mereka benar-benar menjadi orang yang bahagia dalam arti
yang sebenarnya,saat bersama pemimpin dan suri tauladan mereka. Maka
dari itu, sangatlah pantas bila mereka berbahagia dan bergembira.
Wahai malam yang menakutkan, tidakkah engkau kembali?
zamanmu akan diguyur dengan hujan dari langit
Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada si pembebas akal
dari belenggu-belenggu penyimpangan, dan si penyelamat jiwa dari
ketergelinciran itu. Karuniakanlah ridha-Mu kepada para sahabat yang mulia
sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka perjuangkan.

writen by :
محمّداقبل بن إسمعيل بن عمربن يحي

Sayyidil Mursalin

MENGENDALIKAN EMOSI

MENGENDALIKAN EMOSI

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 17:00

Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal; kegembiraan
yang memuncak dan musibah yang berat. Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda, "Sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi
tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat
musibah.
Dan, Allah berfirman,
{(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dan kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu.}
(QS. Al-Hadid: 23)
Maka dari itulah, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu ada
pada benturan yang pertama."
Barangsiapa mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa,
baik yang memilukan dan juga yang menggembirakan, maka dialah orang
yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Karena
itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan
keberhasilannya mengalahkan nafsu. Allah s.w.t. menyebutkan bahwa
manusia adalah makhluk yang senang bergembira dan berbangga diri.
Namun, menurut Allah, ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh
kesah, dan ketika mendapatkan kebaikan manusia sangat kikir. Akan tetapi,
tidak demikian halnya dengan orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.
Itu karena merekalah orang-orang yang mampu berdiri seimbang di antara
gelombang kesedihan yang keras dengan dan luapan kegembiraan yang
tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat
kesenangan dan bersabar tatkala berada dalam kesusahan.
Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan
meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahannya
akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh
tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah
ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak
sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia
menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak ingat lagi siapa
dirinya.
Begitulah manusia, ketika tidak menyukai seseorang, ia cenderung
menghardik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh kebaikan orang yang tidak
ia sukai itu tampak lenyap begitu saja. Demikian pula ketika menyukai
orang lain, maka orang itu akan terus ia puja dan sanjung setinggi-tingginya
seolah-olah tak ada cacatnya. Dalam sebuah hadist dikakatan: uCintailah
orang yang engkau cintai sewajarnya, karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu
di lain waktu, dan bencilah musuhmu itu sewajarnya, karena siapa tahu dia menjadi
sahabatmu di lain waktu."
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Ya Allah saya minta pada-
Mu keadilan pada saat marah dan lapang dada."
Barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan
menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan
tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakekat.
{Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.}
(QS. Al-Hadid: 25)
Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti, dan perilaku
sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang lurus, syariat yang diridhai, dan
agama yang suci.
{Dan, demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan.}
(QS. Al-Baqarah: 143)
Keadilan merupakan tuntutan yang ideal sebagaimana ia dibutuhkan
dalam penerapan hukum. Itu terjadi, karena pada dasarnya Islam dibangun
di atas pondasi kebenaran dan keadilan. Yakni, benar dalam memberitakan
berita-berita Ilahi dan adil dalam menetapkan hukum, mengucapkan
perkataan, melakukan tindakan dan berbudi pekerti. Dan,
{Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar
dan adil.}
(QS. Al-An'am: 115)

LANGIT

LANGIT

oleh Mibinibinu Bheen Yahya (Catatan) pada 7 Desember 2011 pukul 13:20
        

Para ilmuwan mengatakan bahwa langit merupakan hasil perpaduan berbagai macam warna, yang kemudian memunculkan warna akhir, biru, sebagaimana yang kita lihat.
         Dalam Al-Quran Allah berfirman:

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ @ وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ

"Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit bagaimana dia ditinggikan?" (Al-Ghaasyiyah:17-18)

          Islam mengakui ilmu pengetahuan, bahkan menyerukan umatnya agar unggul dan maju dalam hal ini. Tetapi sayang, kita hanya mengambil sisi adab saja sebelum ilmu, padahal ilmu bersifat netral, tidak mengenal tanah air, kebangsaan, dan agama tertentu.
          Ilmu-ilmu eksperimental dapat diambil dari mana saja, dapat dilakukan oleh orang muslim maupun kafir, karena ia didasarkan pada eksperimen atau hasil riset. Apa yang dihasilkan dan ditetapkan oleh penelitian yang tepat dan eksperimen yang benar harus kita percayai. Jika para ilmuwan mempunyai pendapat mengenai bidang ini, yakni masalah sinar, warna-warna, dan sebagainya, yang didasarkan pada penelitian dan percobaan serta di buktikan secara ilmiah, kita harus menghargainya dan tidak boleh beriktikad bahwa agama kita tidak mengakui yang demikian. Bahkan, perlu kita syukuri bahwa agama kita telah mendahului ilmu pengetahuan modern dalam banyak bidang, yang dapat dibuktikan dengan kenyataan-kenyataan ilmiah. Hanya saja bukan di sini tempatnya untuk menguraikan dan membahasnya secara rinci.
          Setiap muslim percaya bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Al-Quran dan satu pun hukum dalam Islam yang menolak penemuan ilmu-ilmu eksperimental yang benar.


BLUE PLANET
 
Support : the balina | Mas Template
Copyright © 2011. BLOGE WONG BODO - All Rights Reserved
Site Meter
Page Rank Check Template Created by Creating Website Publised by Bloge Wong Bodo
Proudly powered by Blogger