Latest Post
12:11 PM
Definisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah[1]
Istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan frase (gabungan kata) yang terdiri dari tiga kata utama, yaitu ahlu, sunnah, dan jamaah. Kata ahlu mempunyai beberapa arti diantaranya adalah keluarga, pemilik, penduduk, pengikut, dll. Dalam hal ini, makna kata “ahlu” yang paling tepat untuk istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah pengikut. Ahlus Sunnah wal Jama’ah berarti pengikut Sunnah dan pengikut Jama’ah.
a. Ahlus Sunnah
Ahlus Sunnah secara bahasa berarti pengikut As-sunnah. Kata As-sunnah menurut pengertian bahasa berarti sirah, perjalanan hidup, dan thariqoh. Adapun menurut istilah, para ulama tauhid mendefinisikan As-sunnah adalah jalan yang ditempuh oleh rasululllah dan para sahabatnya, yaitu jalan yang selamat dari fitnah syubhat dan syahwat.
Dari definisi ulama ahli hadits, ushul fiqih, dan tauhid dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan istilah Sunnah adalah jalan hidup rasulullah saw serta petunjuk yang beliau ajarkan kepada ummatnya, baik berupa perbuatan, perkataan, maupun taqrir/ persetujuannya. Barangsiapa mengikutinya, maka ia terpuji, dan barangsiapa menyelisihinya maka ia tercela.
b. Ahlul Jama’ah
Ahlul Jama’ah berarti pengikut jama’ah. Secara bahasa, Jama’ah berarti sebuah kelompok, perkumpulan, kesepakatan, dan persatuan. Artinya umat islam diperintahkan untuk berjamaah dan melarang mereka dari perpecahan.
Jama’ah disini berarti bersepakat dalam mengikuti satu akidah, satu ilmu, dan satu manhaj (metode), yaitu Al-Quran dan As-sunnah, artinya memahami dan mengamalkannya sebagaimana pemahaman dan pengamalan para sahabat rasulullah saw. serta para Salafus Shalih.
Ahlul Jama’ah berarti mengikuti kebenaran meski kebenaran itu diikuti oleh seorang saja, dan meninggalkan kebatilan meski kebatilan itu diikuti oleh mayoritas umat. Dan ukuran kebenarannya adalah Al-quran dan Hadits.
Pengertian Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Dari penjelasan diatas, menjadi jelaslah bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah ummat islam yang berpegang teguh dengan Al-quran dan As-sunnah, memahami dan mengamalkannya sebagaimana yang diperintahkan Allah dan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Amalan sunnah merupakan penopang dari kesempurnaan amalan fardhu, sebab seorang muslim telah menyaksikan bahwa Nabi Muhamad saw. adalah rasulullah, sehingga harus mengikuti apapun yang diajarkan Rasul, baik itu fardhu maupun sunnah, artinya tidak memilih-milih amalan hanya fardhu saja. Dalam Al-qur’an surat Al Hasyr ayat 7, Allah berfirman bahwa seorang muslim haruslah menerima dan mengamalkan ajaran yang disampaikan Rasulullah saw.
َูู َุง ุขุชَุงُูู ُ ุงูุฑَّุณُُูู َูุฎُุฐُُْูู َูู َุง ََููุงُูู ْ ุนَُْูู َูุงْูุชَُْููุง
ุงِْูุชِุธَุงู ُ ุงูุฏِِّْูู َูุชَََُّููู ุนََูู ุงِุชِّุจَุงุนِ ุณَُِูู ุงَّููุจِู ุต ู
“Besarnya/teraturnya agama tergantung pada ketaatan mengikuti sunnah-sunnah Nabi saw.”[2]
Ahlus Sunnah wal Jama’ah pun sering disebut Ahlul Haq, As Salafus Shalih, As Sawadul A’dzom, dan Jumhurul Ummah Al-Islamiyah. Penyebutan ini didasarkan pada konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang menggunakan i’tiqad dan pengamalan ibadahnya mengikuti cara Rasulullah saw.
Penyebutan istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ini didasarkan pada Hadits sebagai berikut;
َูุงَّูุฐِู َْููุณُ ู ُุญَู َّุฏٍ ุจَِูุฏِِู َูุชَْูุชَุฑُِู ุงُู َّุชِู ุนََูู ุซَูุงَุซٍ َูุณَุจْุนَِْูู ِูุฑَْูุฉً ََููุงุญِุฏَุฉٌ ِูู ุงْูุฌََّูุฉِ َูุซِْูุชَุงِู َูุณَุจْุนَُْูู ِูู ุงَّููุงุฑِ. َِْููู ู َْู ُูู ْ َูุงุฑَุณَُْูู ุงููู؟ َูุงَู: ุฃَُْูู ุงูุณَُّّูุฉِ َูุงْูุฌَู َุงุนَุฉِ (ุฑูุงู ุงูุทุจุฑุงูู)
BUKU ASWAJA BAB 1; AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Written By Mas Toto on April 29, 2013 | 12:11 PM
Definisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah[1]
Istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan frase (gabungan kata) yang terdiri dari tiga kata utama, yaitu ahlu, sunnah, dan jamaah. Kata ahlu mempunyai beberapa arti diantaranya adalah keluarga, pemilik, penduduk, pengikut, dll. Dalam hal ini, makna kata “ahlu” yang paling tepat untuk istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah pengikut. Ahlus Sunnah wal Jama’ah berarti pengikut Sunnah dan pengikut Jama’ah.
a. Ahlus Sunnah
Ahlus Sunnah secara bahasa berarti pengikut As-sunnah. Kata As-sunnah menurut pengertian bahasa berarti sirah, perjalanan hidup, dan thariqoh. Adapun menurut istilah, para ulama tauhid mendefinisikan As-sunnah adalah jalan yang ditempuh oleh rasululllah dan para sahabatnya, yaitu jalan yang selamat dari fitnah syubhat dan syahwat.
Dari definisi ulama ahli hadits, ushul fiqih, dan tauhid dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan istilah Sunnah adalah jalan hidup rasulullah saw serta petunjuk yang beliau ajarkan kepada ummatnya, baik berupa perbuatan, perkataan, maupun taqrir/ persetujuannya. Barangsiapa mengikutinya, maka ia terpuji, dan barangsiapa menyelisihinya maka ia tercela.
b. Ahlul Jama’ah
Ahlul Jama’ah berarti pengikut jama’ah. Secara bahasa, Jama’ah berarti sebuah kelompok, perkumpulan, kesepakatan, dan persatuan. Artinya umat islam diperintahkan untuk berjamaah dan melarang mereka dari perpecahan.
Jama’ah disini berarti bersepakat dalam mengikuti satu akidah, satu ilmu, dan satu manhaj (metode), yaitu Al-Quran dan As-sunnah, artinya memahami dan mengamalkannya sebagaimana pemahaman dan pengamalan para sahabat rasulullah saw. serta para Salafus Shalih.
Ahlul Jama’ah berarti mengikuti kebenaran meski kebenaran itu diikuti oleh seorang saja, dan meninggalkan kebatilan meski kebatilan itu diikuti oleh mayoritas umat. Dan ukuran kebenarannya adalah Al-quran dan Hadits.
Pengertian Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Dari penjelasan diatas, menjadi jelaslah bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah ummat islam yang berpegang teguh dengan Al-quran dan As-sunnah, memahami dan mengamalkannya sebagaimana yang diperintahkan Allah dan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Amalan sunnah merupakan penopang dari kesempurnaan amalan fardhu, sebab seorang muslim telah menyaksikan bahwa Nabi Muhamad saw. adalah rasulullah, sehingga harus mengikuti apapun yang diajarkan Rasul, baik itu fardhu maupun sunnah, artinya tidak memilih-milih amalan hanya fardhu saja. Dalam Al-qur’an surat Al Hasyr ayat 7, Allah berfirman bahwa seorang muslim haruslah menerima dan mengamalkan ajaran yang disampaikan Rasulullah saw.
َูู َุง ุขุชَุงُูู ُ ุงูุฑَّุณُُูู َูุฎُุฐُُْูู َูู َุง ََููุงُูู ْ ุนَُْูู َูุงْูุชَُْููุง
“Apa yang diberikan oleh Rasul kepada kalian, maka terimalah!, dan apa
yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah” (Qs. Al Hasyr 59:7).
Dijelaskan pula bahwa tertata rapihnya agama seseorang tergantung pada ketaatannya dalam menjalankan sunnah-sunnah Rasul.
Dijelaskan pula bahwa tertata rapihnya agama seseorang tergantung pada ketaatannya dalam menjalankan sunnah-sunnah Rasul.
ุงِْูุชِุธَุงู ُ ุงูุฏِِّْูู َูุชَََُّููู ุนََูู ุงِุชِّุจَุงุนِ ุณَُِูู ุงَّููุจِู ุต ู
“Besarnya/teraturnya agama tergantung pada ketaatan mengikuti sunnah-sunnah Nabi saw.”[2]
Ahlus Sunnah wal Jama’ah pun sering disebut Ahlul Haq, As Salafus Shalih, As Sawadul A’dzom, dan Jumhurul Ummah Al-Islamiyah. Penyebutan ini didasarkan pada konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang menggunakan i’tiqad dan pengamalan ibadahnya mengikuti cara Rasulullah saw.
Penyebutan istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ini didasarkan pada Hadits sebagai berikut;
َูุงَّูุฐِู َْููุณُ ู ُุญَู َّุฏٍ ุจَِูุฏِِู َูุชَْูุชَุฑُِู ุงُู َّุชِู ุนََูู ุซَูุงَุซٍ َูุณَุจْุนَِْูู ِูุฑَْูุฉً ََููุงุญِุฏَุฉٌ ِูู ุงْูุฌََّูุฉِ َูุซِْูุชَุงِู َูุณَุจْุนَُْูู ِูู ุงَّููุงุฑِ. َِْููู ู َْู ُูู ْ َูุงุฑَุณَُْูู ุงููู؟ َูุงَู: ุฃَُْูู ุงูุณَُّّูุฉِ َูุงْูุฌَู َุงุนَุฉِ (ุฑูุงู ุงูุทุจุฑุงูู)
“Demi tuhan yang menguasai jiwa Muhammad, ummatku akan berkelompok
menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang satu akan masuk surga, dan yang
tujuh puluh dua akan masuk neraka. Maka ditanyakan: Siapakah yang tidak
masuk neraka tersebut wahai Rasulullah?. Beliau menjelaskan: Ahlus
Sunnah wal Jama’ah (golongan yang mengamalkan sunnah dan mengikuti
jamaah shahabat).”[3]
Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh dengannya dalam perkara yang Rasulullah berada diatasnya dan juga para sahabatnya. Oleh karena itu Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sebenarnya adalah para sahabat Rasulullah saw. dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai akhir zaman (hari kiamat).
Sekilas Pemahaman Ahlus Sunnah Asy’ariyah Al Maturidiyah.
Ungkapan Ahlus Sunnah sering juga disebut dengan “Sunni”, hal ini dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu umum dan khusus
Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok Syi’ah, yaitu Mu’tazilah dan Ahlus Sunnah. Sedangkan Sunni dalam pengertian khusus adalah lawan dari Mu’tazilah. Jadi Ahlus Sunnah bukanlah Syi’ah dan bukan pula Mu’tazilah. Jadi Ahlus Sunnah disini merupakan kelompok orang-orang yang memiliki faham dan konsep yang berlawanan dengan Syi’ah dan Mu’tazilah. Kelompok ini dipelopori oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansyur Al-Maturidy pada tahun 300 H.
Berikut ini dipaparkan sedikit pembahasan yang diperdebatkan oleh para aliran kalam, termasuk didalamnya pandangan Ahlussunnah Asy'ariyah.
Tabel Perbandingan Antar Aliran Kalam
Dalam Bahasan; Pelaku Dosa Besar
(Siapa yang kafir/ keluar dari islam/ murtad, dan siapa yang masih islam)
Khawarij
Murjiah
Mu’tazilah
Asy’ariyah
Syi’ah Zaidiyah
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah kafir millah dan selamanya disiksa dalam neraka bersama orang kafir lainnya
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah tidak kafir dan tidak selamanya disiksa dineraka
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah tidaklah mukmin dan tidak pula kafir, melainkan manzilah bainal manzilatain, mereka akan disiksa selamanya dalam neraka namun siksanya akan lebih ringan dibandingkan dengan orang kafir
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah tidaklah kafir. Adapun diakhirat kelak adalah kehendak Allah, mengampuni dan tidaknya. Namun apabila disiksapun tidaklah kekal dineraka.
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah kafir dan kekal dineraka. Apabila mereka telah bertobat dengan sungguh-sungguh maka allahpun akan membebaskan nya dari neraka
Interpretasi (Penafsiran/pemaknaan) Konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam peribadatan kepada Allah swt.
Perbedaan dalam memahami tatalaksana ibadah (ubudiyah) sudah terjadi sangat lama. Pada awalnya perbedaan pendapat antar ummat islam muncul sepeninggal Rasulullah saw. terutama tentang siapa yang paling layak menggantikan beliau. Perbedaan itu terus berlanjut kemasalah hukum, khususnya hukum syari’at/fikih.
Diakhir zaman ini, banyak golongan yang mengklaim hanya dirinyalah yang termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan beberapa argumentasi dan praktek peribadatannya yang mengaku sesuai dengan sunnah Rasul saw.
Berdasarkan pada pengertian awal, bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah golongan umat islam yang semua tatalaksana peribadatannya sesuai dengan sunnah Nabi saw., maka jadi jelaslah bahwa tatalaksana ibadah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. beserta para sahabat dan tabi’innya.
Dalam pengertian disini, sunnah bukanlah hanya yang terucap atau tertulis saja, namun segala sesuatu yang berkaitan dengan segi hidup dan kehidupan Nabi Muhammad saw. baik itu berupa tatalaksana ibadahnya maupun dalam tatacara kehidupannya, karena Nabi Muhammad saw. adalah teladan dan sebagai realisasi dari Al-quran.
Dengan demikian, ummat islam membutuhkan teladan seorang rasul dalam tatalaksana kehidupannya khususnya tatacara ibadahnya, namun yang tersisa dari semuanya adalah Al-quran dan Sunnah sebagai pegangan utama ummat dalam tujuan hidupnya.
Sunnah/sirah Nabi merupakan penafsiran dari Al-quran, sehingga untuk dapat melaksanakan Al-quran haruslah menteladani Rasul dengan cara mempelajari dan mengamalkan sunnah-sunnah Rasul saw. yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Hadits. Sehingga untuk dapat dikatakan sebagai muslim yang mengikuti Rasulnya (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) maka dalam tatacara ibadahnya melalui pembelajaran terhadap Hadits-Hadits Nabi saw., baik itu berupa Hadits Shohih maupun Hadits Dho’if, karena terdapat banyak dalil yang menyatakan bahwa Hadits Dho’if dapat digunakan selama dalam hal Fadho’ilul A’mal (keutamaan-keutamaan amal ibadah). Seperti yang disampaikan oleh Imam Nawawi sebagai berikut;
(ูุตู) َูุงَู ุงูุนَُูู َุงุกُ ู َِู ุงْูู ُุญَุฏِّุซَِْูู َูุงََُْููููุงุกِ َูุบَْูุฑِِูู ْ : َูุฌُْูุฒُ َُููุณْุชَุญَุจُّ ุงْูุนَู َُู ِูู ุงَْููุถَุงุฆِِู َูุงูุชَّุฑْุบِْูุจِ َูุงูุชَّุฑِْْููุจِ ุจِุงْูุญَุฏِْูุซِ ุงูุถَّุนِِْูู ู َุงَูู ْ َُْููู ู َْูุถُْูุนًุง . َูุงَู َّุง ุงْูุงَุญَْูุงู ُ َูุงْูุญَูุงَِู َูุงْูุญَุฑَุงู ِ َูุงْูุจَْูุนِ َูุงَِّูููุงุญِ َูุงูุทَّูุงَِู َูุบَْูุฑِ ุฐَِูู َููุงَ ُูุนْู َُู َِْูููุง ุงِูุงَّ ุจِุงْูุญَุฏِْูุซِ ุงูุตَّุญِْูุญِ ุงَِู ุงْูุญَุณَِู
“(Fasal) Para ulama ahli hadits dan ahli fiqih dan lainnya mengatakan: Boleh bahkan disunnahkan mengamalkan hadits yang mengenai tentang keutamaan amal, pemberi kegembiraan, ancaman, dengan menggunakan hadits Dho’if, asalkan bukan hadits Maudlu’ (hadits yang dibuat-buat/ palsu). Dan adapun mengenai hukum halal, haram, jual beli, nikah, talak, dan lainnya, maka tidak boleh menggunakan hadits dlo’if, tapi harus dengan hadits shoheh atau paling tidak hadits hasan."[4]
Begitupun yang disampaikan oleh Sayyid Najili dalam kitabnya;
ุงَِّู ุงْูุญَุฏِْูุซِ ุงูุถَّุนِِْูู ُูุนْู َُู ุจِِู َูุถَุงุฆُِู ุงْูุงَุนْู َุงِู
“Sesungguhnya hadits Dho’if itu boleh diamalkan dalam Fadho’ilul Amal.”[5]
Implementasi (Penerapan) Konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Tuntunan Syekhuna (Asy-syahadatain)
Asy-syahadatain adalah sebuah kelompok muslim yang menapaki jalan yang diridhoi oleh Allah dengan realisasi ibadahnya berdasarkan tuntunan-tuntunan Rasulullah saw. dengan dibimbing oleh Syekhuna Al-Mukarrom Al-Habib Umar bin Isma’il bin Yahya.
Tuntunan Syekhuna merupakan pengamalan yang berlandaskan pada konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu menjalankan perintah Allah dengan menteladani Rasulullah saw. Artinya Asy-syahadatain menjalankan perintah wajib dan amalan sunnah sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. serta mengikuti para Salafus Shalih.
Dengan demikian, konsep dan realisasi ibadahnya sesuai dengan konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang menjadikan Rasul dan para Salafus Shalih sebagai teladan, khususnya dalam peribadatan kepada Allah swt.
Pengenalan Asy-syahadatain sebagai organisasi
Nama Asy-syahadatain merupakan penisbatan dari pengamalan pada tuntunan ِِAl-Habib Abah Umar yang selalu membaca dua kalimat syahadat (syahadatain). Namun pada dasarnya, Asy-syahadatain bukanlah sebuah organisasi islam, ataupun ormas, tetapi merupakan sebuah tuntunan ubudiyah dalam menapaki jalan yang diridhai Allah, bahkan lebih dekat dikatakan sebagai Thariqat.
Pengorganisasian Asy-syahadatain disebabkan karena adanya penekanan dari pemerintah. Menurut aturan pemerintah yang berlaku disaat itu bahwa setiap ada perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai pemberontak, dan atau berpotensi sebagai ancaman terhadap ketahanan nasional. Oleh sebab itu, Asy-syahadatain dibentuk menjadi sebuah organisasi, namun pada hakekatnya tetaplah bukan sebagai organisasi tetapi sebagai tuntunan ibadah.
[1] Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah, "Buku Pintar Aqidah", hal. 76, Roemah Buku, Sukoharjo.
[2] Hujjatullah Al-Balighoh juz 1 hal 17 (dikutip dari kitab Miftahussa'adah karya Kiyai Khazim)
[3]
[4] Imam Nawawi, "Al-Adzkar Al-Nawawi", hal. 5, Maktabah Toha putra, Semarang.
[5] Sayyid An-Najili, "Khazinah Al-Asrar", hal. 188, Al-Haramain, Indonesia.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh dengannya dalam perkara yang Rasulullah berada diatasnya dan juga para sahabatnya. Oleh karena itu Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sebenarnya adalah para sahabat Rasulullah saw. dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai akhir zaman (hari kiamat).
Sekilas Pemahaman Ahlus Sunnah Asy’ariyah Al Maturidiyah.
Ungkapan Ahlus Sunnah sering juga disebut dengan “Sunni”, hal ini dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu umum dan khusus
Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok Syi’ah, yaitu Mu’tazilah dan Ahlus Sunnah. Sedangkan Sunni dalam pengertian khusus adalah lawan dari Mu’tazilah. Jadi Ahlus Sunnah bukanlah Syi’ah dan bukan pula Mu’tazilah. Jadi Ahlus Sunnah disini merupakan kelompok orang-orang yang memiliki faham dan konsep yang berlawanan dengan Syi’ah dan Mu’tazilah. Kelompok ini dipelopori oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansyur Al-Maturidy pada tahun 300 H.
Berikut ini dipaparkan sedikit pembahasan yang diperdebatkan oleh para aliran kalam, termasuk didalamnya pandangan Ahlussunnah Asy'ariyah.
Tabel Perbandingan Antar Aliran Kalam
Dalam Bahasan; Pelaku Dosa Besar
(Siapa yang kafir/ keluar dari islam/ murtad, dan siapa yang masih islam)
Khawarij
Murjiah
Mu’tazilah
Asy’ariyah
Syi’ah Zaidiyah
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah kafir millah dan selamanya disiksa dalam neraka bersama orang kafir lainnya
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah tidak kafir dan tidak selamanya disiksa dineraka
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah tidaklah mukmin dan tidak pula kafir, melainkan manzilah bainal manzilatain, mereka akan disiksa selamanya dalam neraka namun siksanya akan lebih ringan dibandingkan dengan orang kafir
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah tidaklah kafir. Adapun diakhirat kelak adalah kehendak Allah, mengampuni dan tidaknya. Namun apabila disiksapun tidaklah kekal dineraka.
Orang yang berbuat dosa besar hukumnya adalah kafir dan kekal dineraka. Apabila mereka telah bertobat dengan sungguh-sungguh maka allahpun akan membebaskan nya dari neraka
Interpretasi (Penafsiran/pemaknaan) Konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam peribadatan kepada Allah swt.
Perbedaan dalam memahami tatalaksana ibadah (ubudiyah) sudah terjadi sangat lama. Pada awalnya perbedaan pendapat antar ummat islam muncul sepeninggal Rasulullah saw. terutama tentang siapa yang paling layak menggantikan beliau. Perbedaan itu terus berlanjut kemasalah hukum, khususnya hukum syari’at/fikih.
Diakhir zaman ini, banyak golongan yang mengklaim hanya dirinyalah yang termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan beberapa argumentasi dan praktek peribadatannya yang mengaku sesuai dengan sunnah Rasul saw.
Berdasarkan pada pengertian awal, bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah golongan umat islam yang semua tatalaksana peribadatannya sesuai dengan sunnah Nabi saw., maka jadi jelaslah bahwa tatalaksana ibadah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. beserta para sahabat dan tabi’innya.
Dalam pengertian disini, sunnah bukanlah hanya yang terucap atau tertulis saja, namun segala sesuatu yang berkaitan dengan segi hidup dan kehidupan Nabi Muhammad saw. baik itu berupa tatalaksana ibadahnya maupun dalam tatacara kehidupannya, karena Nabi Muhammad saw. adalah teladan dan sebagai realisasi dari Al-quran.
Dengan demikian, ummat islam membutuhkan teladan seorang rasul dalam tatalaksana kehidupannya khususnya tatacara ibadahnya, namun yang tersisa dari semuanya adalah Al-quran dan Sunnah sebagai pegangan utama ummat dalam tujuan hidupnya.
Sunnah/sirah Nabi merupakan penafsiran dari Al-quran, sehingga untuk dapat melaksanakan Al-quran haruslah menteladani Rasul dengan cara mempelajari dan mengamalkan sunnah-sunnah Rasul saw. yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Hadits. Sehingga untuk dapat dikatakan sebagai muslim yang mengikuti Rasulnya (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) maka dalam tatacara ibadahnya melalui pembelajaran terhadap Hadits-Hadits Nabi saw., baik itu berupa Hadits Shohih maupun Hadits Dho’if, karena terdapat banyak dalil yang menyatakan bahwa Hadits Dho’if dapat digunakan selama dalam hal Fadho’ilul A’mal (keutamaan-keutamaan amal ibadah). Seperti yang disampaikan oleh Imam Nawawi sebagai berikut;
(ูุตู) َูุงَู ุงูุนَُูู َุงุกُ ู َِู ุงْูู ُุญَุฏِّุซَِْูู َูุงََُْููููุงุกِ َูุบَْูุฑِِูู ْ : َูุฌُْูุฒُ َُููุณْุชَุญَุจُّ ุงْูุนَู َُู ِูู ุงَْููุถَุงุฆِِู َูุงูุชَّุฑْุบِْูุจِ َูุงูุชَّุฑِْْููุจِ ุจِุงْูุญَุฏِْูุซِ ุงูุถَّุนِِْูู ู َุงَูู ْ َُْููู ู َْูุถُْูุนًุง . َูุงَู َّุง ุงْูุงَุญَْูุงู ُ َูุงْูุญَูุงَِู َูุงْูุญَุฑَุงู ِ َูุงْูุจَْูุนِ َูุงَِّูููุงุญِ َูุงูุทَّูุงَِู َูุบَْูุฑِ ุฐَِูู َููุงَ ُูุนْู َُู َِْูููุง ุงِูุงَّ ุจِุงْูุญَุฏِْูุซِ ุงูุตَّุญِْูุญِ ุงَِู ุงْูุญَุณَِู
“(Fasal) Para ulama ahli hadits dan ahli fiqih dan lainnya mengatakan: Boleh bahkan disunnahkan mengamalkan hadits yang mengenai tentang keutamaan amal, pemberi kegembiraan, ancaman, dengan menggunakan hadits Dho’if, asalkan bukan hadits Maudlu’ (hadits yang dibuat-buat/ palsu). Dan adapun mengenai hukum halal, haram, jual beli, nikah, talak, dan lainnya, maka tidak boleh menggunakan hadits dlo’if, tapi harus dengan hadits shoheh atau paling tidak hadits hasan."[4]
Begitupun yang disampaikan oleh Sayyid Najili dalam kitabnya;
ุงَِّู ุงْูุญَุฏِْูุซِ ุงูุถَّุนِِْูู ُูุนْู َُู ุจِِู َูุถَุงุฆُِู ุงْูุงَุนْู َุงِู
“Sesungguhnya hadits Dho’if itu boleh diamalkan dalam Fadho’ilul Amal.”[5]
Implementasi (Penerapan) Konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Tuntunan Syekhuna (Asy-syahadatain)
Asy-syahadatain adalah sebuah kelompok muslim yang menapaki jalan yang diridhoi oleh Allah dengan realisasi ibadahnya berdasarkan tuntunan-tuntunan Rasulullah saw. dengan dibimbing oleh Syekhuna Al-Mukarrom Al-Habib Umar bin Isma’il bin Yahya.
Tuntunan Syekhuna merupakan pengamalan yang berlandaskan pada konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu menjalankan perintah Allah dengan menteladani Rasulullah saw. Artinya Asy-syahadatain menjalankan perintah wajib dan amalan sunnah sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. serta mengikuti para Salafus Shalih.
Dengan demikian, konsep dan realisasi ibadahnya sesuai dengan konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang menjadikan Rasul dan para Salafus Shalih sebagai teladan, khususnya dalam peribadatan kepada Allah swt.
Pengenalan Asy-syahadatain sebagai organisasi
Nama Asy-syahadatain merupakan penisbatan dari pengamalan pada tuntunan ِِAl-Habib Abah Umar yang selalu membaca dua kalimat syahadat (syahadatain). Namun pada dasarnya, Asy-syahadatain bukanlah sebuah organisasi islam, ataupun ormas, tetapi merupakan sebuah tuntunan ubudiyah dalam menapaki jalan yang diridhai Allah, bahkan lebih dekat dikatakan sebagai Thariqat.
Pengorganisasian Asy-syahadatain disebabkan karena adanya penekanan dari pemerintah. Menurut aturan pemerintah yang berlaku disaat itu bahwa setiap ada perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai pemberontak, dan atau berpotensi sebagai ancaman terhadap ketahanan nasional. Oleh sebab itu, Asy-syahadatain dibentuk menjadi sebuah organisasi, namun pada hakekatnya tetaplah bukan sebagai organisasi tetapi sebagai tuntunan ibadah.
[1] Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah, "Buku Pintar Aqidah", hal. 76, Roemah Buku, Sukoharjo.
[2] Hujjatullah Al-Balighoh juz 1 hal 17 (dikutip dari kitab Miftahussa'adah karya Kiyai Khazim)
[3]
[4] Imam Nawawi, "Al-Adzkar Al-Nawawi", hal. 5, Maktabah Toha putra, Semarang.
[5] Sayyid An-Najili, "Khazinah Al-Asrar", hal. 188, Al-Haramain, Indonesia.
Label:
Artikel Islami,
Aswaja,
Majelis AsySyahadatain
11:19 AM
Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi danpengajiannya ditutup, Enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan.
Sumber: http://www.bamah.net/
Bonus download Ebook Ajaran Asysyahadatain / Syahadatain
jamaah_asysyahadatain.pdf (525.0 KiB, 627 hits
__________________________________________________________________________
Download Aurad Rutin Tuntunan Sayyidi Syechunal Mukarrom Abah Umar Bin Ismail Bin Yahya.
Sumber: http://aliusmanhs.wordpress.com/ KLIK DI SINI
MELAWAN PENJAJAH DENGAN DAKWAH
Written By Mas Toto on April 25, 2013 | 11:19 AM
Download Link E-Book Ajaran Syahadatein ada di bawah.
MELAWAN PENJAJAH DENGAN DAKWAH
Demi menegakkan ajaran islam, ia tak kenal kompromi dengan pemerintah kolonial Belanda.
Habib Umar lahir di
Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888.
Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Dai berdarah Hadramaut yang menyebarkan
Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti
H.Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim,
Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi
Muhammad melalui Sayyidina Husein.
Pandidikan agama
langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke
berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921.
Menyaksikan masyarakat Kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarief Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarief Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya. Maka, setiap Malam Jum’at Habib Umar pun Menggelar pengajian di rumahnya.
Menyaksikan masyarakat Kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarief Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarief Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya. Maka, setiap Malam Jum’at Habib Umar pun Menggelar pengajian di rumahnya.
Tapi upaya itu mendapat perlawanan
serius dari masyarakat. Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir
pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan
dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan
masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan
menjebloskannya ke dalam Penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia di
bebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh
korban di kalangan antek-antek Belanda.
Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar
bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah
kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan
mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda.
Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi danpengajiannya ditutup, Enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan.
Semangat perjuangan melawan kolonialisme
semakin membara dalam dada Habib Umar. Maka ia pun banyak mengadakan
kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon, seperti Kiai Ahmad
Sujak (Bobos), Kiai Abdul Halim (Majalengka), Kiai Syamsuri (Wanantara),
Kiai Mustafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjul).
Tidak Hanya pada masa penjajahan
Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai
pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang di keluarkan Jepang
yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap
sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran.
Panji Panji Syahadatain
Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib
Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain. Itu bermula dari
pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah
Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asyahadatain”. Ternyata pengajian ini
mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa
Tengah. Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno.
Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan
Pondok Pesantren Asyahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan
ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi,
dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan Jamaahnya bertawasul
kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul bayt, Wali, setiap selesai shalat
fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih
Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Assyahadatain.
Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Assyahadatain, menulis buku berjudul Awradh Thariqah Al-Syahadatain, Sebagai
pedoman Bagi Jamaahnya. Syahadat, menurut Habib Umar, Tidak Cukup
dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa.
Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas
dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya.
Karyanya yang lain adalah Awrad (1972), menggunakan Bahasa daerah yang berisi ilmu ahlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin.
Habib Umar menghadap ke Hadirat Allah
pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973. Semoga Amal Ibadah dan
perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Sumber: http://www.bamah.net/
Bonus download Ebook Ajaran Asysyahadatain / Syahadatain
jamaah_asysyahadatain.pdf (525.0 KiB, 627 hits
__________________________________________________________________________
Download Aurad Rutin Tuntunan Sayyidi Syechunal Mukarrom Abah Umar Bin Ismail Bin Yahya.
Sumber: http://aliusmanhs.wordpress.com/ KLIK DI SINI
Label:
Artikel Islami,
Majelis AsySyahadatain
10:21 AM
Suatu hari, rumah Habib Alwi, ayah Habib Anis Solo, di datangi Habib Syekh Cirebon atau yang akrab disapa “Abah Syekh”. Habib Alwi menyambut dengan hangat, seorang santri kemudian disuruh untuk menyiapkan jamuan. Entah mengapa selama membawa dan menyiapkan jamuan santri tersebut menundukkan kepala. Si santri rupanya menenal baik tamu itu dan berharap tamu itu tidak sampai mengenalinya.
Setelah berbincang ringan dan saling bertukar kabar, Abah Syekh kemudian menjelaskan maksud kedatangannya, ia ingin mejenguk putranya. Habib Alwi tampak heran, karena ia tak tahu ada putra Abah Syekh nyantri di sini. Kemudian Habib Alwi bertanya siapa yang dimaksud. Dengan tenang Abah menjawab, “itu yang sedang menuangkan air”, ini putraku. Tentunya Habib Alwi terkejut ternyata santri yang hampir dua tahun mengerjakan tugas rumah ternyata putra Habib Syekh, Ulama besar Cirebon. Padahal jika ditanya putra siapa, sang santri tadi menjawab aku putra “Abdullah si tukang air”, tentunya sang santri tidak mau berbohong dan identitasnya diketahui karena dulu Ayah beliau “Abdullah : Hamba Allah” sempat berdagang air ketika menimba ilmu dan menetap di Makkah. Begitulah kebiasaan Habib Muhammad bin Yahya supaya perlakuannya disamakan dengan santri lainnya. Setelah latar belakangnya terungkap kemudian ia meminta izin ke Habib Alwi untuk berguru di tempat lain.
Saking gemarnya berburu ilmu sampai-sampai ilmu kanuraggan pun beliau pelajari, tidak main-main beliau berguru ke Kyai Tarmidi Kebon Gedang, salah satu Kyai Cirebon yang terkenal ilmu kanuranggan dan kesaktiannya. Namun keahlian yang pernah dipelajari ini tidak pernah beliau tampakkan. Lalu pendidikannya beliau lanjukan ke Jakarta di Jamiat Kheir, lembaga pendidikan terkemuka saat itu, dan beliau juga sempatkan mengaji ke Habib Salim bin Jindan, semua ulama pun beliau datangi untuk sekedar bertabaruk dan meminta ijazah. Setelah di Jakarta beliau melanjutkan mondoknya ke Jawa Tengah tepatnya di Ponpes Kaliwungu asuhan Kyai Ru’yat, sambil melanjutkan pendidikan SLTP di Semarang, kemudian melanjutkan SLTA nya ke Solo dan mukim dan mengaji di Habib Alwi al Habsyi selama dua tahun. Kemudian dilanjutkan ke Ponpes Jamsaren di Solo asuhan Kyai Abu Ammar.
Konon singkat cerita orang-orang yang dulunya menganiaya beliau, setelah mereka taubat dan pensiun, malah datang ngaji ke beliau, dan diterima dengan baik seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Beliau maafkan dan melupakan kejadian itu dan tak menceritakan ke orang lain sewaktu beliau hidup. Pola pikirnya selalu dilandaskan dengan prasangka baik, membuat ulama yang berjiwa besar ini menjadi panutan yang menghargai perbedaan dan tak suka menyalahkan upaya dakwah pihak lain. Bahkan kepada pemabuk pun beliau masih berahlak, beliau awalnya mengingatkan kalau mabuk yang teratur jangan di sudut jalan, jangan meminta paksa ke jamaah yang berkunjung, sampai beliau pun sempatkan memberi uang ke mereka, “nih untuk kalian”. Dengan kemuliaan hati, banyak diantara mereka yang sadar dan kembali ke jalan yang benar. Pesan beliau “Orangnya jangan dibenci tapi becilah perbuatannya, setiap kondisi harus dipilah berdasarkan kondisi dan porsinya”. Jangan heran waktu itu di Tahun 2003 Cirebon bergejolak Kang Ayip Muh, langsung turun memimpin ribuan warga dan santrinya untuk mendesak pemerintah setempat untuk mengesahkan RUU Anti Miras dan Perjudian, akhirnya Alhamdulillah tuntutan itu dipenuhi.
Mengenang Beliau (Link Download Suara) :
Al Habib Muhammad bin Syekh bin Yahya, Jagasatru Cirebon
Sumber:
Suatu hari, rumah Habib Alwi, ayah Habib Anis Solo, di datangi Habib Syekh Cirebon atau yang akrab disapa “Abah Syekh”. Habib Alwi menyambut dengan hangat, seorang santri kemudian disuruh untuk menyiapkan jamuan. Entah mengapa selama membawa dan menyiapkan jamuan santri tersebut menundukkan kepala. Si santri rupanya menenal baik tamu itu dan berharap tamu itu tidak sampai mengenalinya.
Setelah berbincang ringan dan saling bertukar kabar, Abah Syekh kemudian menjelaskan maksud kedatangannya, ia ingin mejenguk putranya. Habib Alwi tampak heran, karena ia tak tahu ada putra Abah Syekh nyantri di sini. Kemudian Habib Alwi bertanya siapa yang dimaksud. Dengan tenang Abah menjawab, “itu yang sedang menuangkan air”, ini putraku. Tentunya Habib Alwi terkejut ternyata santri yang hampir dua tahun mengerjakan tugas rumah ternyata putra Habib Syekh, Ulama besar Cirebon. Padahal jika ditanya putra siapa, sang santri tadi menjawab aku putra “Abdullah si tukang air”, tentunya sang santri tidak mau berbohong dan identitasnya diketahui karena dulu Ayah beliau “Abdullah : Hamba Allah” sempat berdagang air ketika menimba ilmu dan menetap di Makkah. Begitulah kebiasaan Habib Muhammad bin Yahya supaya perlakuannya disamakan dengan santri lainnya. Setelah latar belakangnya terungkap kemudian ia meminta izin ke Habib Alwi untuk berguru di tempat lain.
Menyamar merupakan kebiasaan dalam
menuntut ilmu sewaktu muda sebagai sifat mujahadahnya bahkan setelah
beliau menjadi ulama besar di Cirebon. Pernah suatu saat “Kang Ayip Muh”
sapaan akrab orang Cirebon, mengunjungi salah satu cucu keponakannya
yang sedang kuliah di Malang. Beliau minta pada cucu nya untuk mengantar
keliling kampong untuk berkunjung ke Kyai setempat, tanpa ragu dan
segan Kang Ayip Muh mendatangi mereka layaknya orang biasa yang minta
didoakan, dinasehati, bahkan beliau duduk sangat khusyu mendengarkan
wejangan dari Kyai yang beliau temui. Dan di saat pamitan, beliau dengan
tawadhu nya mencium tangan sang Kyai bolak-balik, demikianlah ke
Tawadhuan beliau. Tentunya sang cucu bingung meliat kejadian ini,
sebelum berangkat ia dipesan untuk tidak komentar dan hanya mengantar
saja.
Beliau pun sering memakai nama samaran
jika masuk rumah sakit di Cirebon ketika sakit, karena tidak inggin
merepotkan dan diperlakukan khusus di sana. Bahkan keluarga beliau
sampai tidak tahu tentang hal ini, sampai tidak jarang beliau
“menghilang” beberapa hari, sampai keluarganya harus mencari di setiap
rumah sakit untuk mencarinya.
Ilmu Dunia dan Akhirat
Abdul Qodir, demikianlah Ayah beliau
memberikan nama sewaktu kecil, saat lahir 15 Juli 1932. Namun seorang
sahabat, Habib Abdullah Assegaf, ayah Ustadz Shaleh Assegaf Kebon syarif
Cirebon, malah menamainya “Muhammad”, dan Abah Syekh menerimanya. Dalam
rujukan kitab nasab Alawiyyin namanya tertera sebagai Muhammad Abdul
Qodir.
Kang Ayip Muh kecil memang anak yang
cerdik sewaktu kecilnya, senang bercanda, dan pandai membuat suasana
gembira. Namun beliau lebih mementingkan urusan belajarnya, sehingga
beliau terkenal dengan kesukaannya berburu ilmu. Sambil menekuni berguru
kepada ayahnya sendiri, beliau awali dengan pendidikan formalnya di MI
Persatuan Umat Islam hingga kelas 3, kemudian dilanjutkan ke jami’iyyah
Ta’limiyyah atau Madrasah Darul Hikam sekarang. Selepas dari sana
kemudian dilanjutkan mondok ke Kyai Sanusi di Pesantren Babakan
Ciwaringin. Selain nyantri beliau juga rajin mendatangi ulama untk
menimba ilmu dari mereka. Diantaranya Habib Ahmad bin Ismail bin Yahya
Arjawinangun, Kyai Idris Pesantren Kempek, Kyai Ridhwan Pesantren
Buntet, Pesantren Benda, dan Pesantren Galagamba.
Saking gemarnya berburu ilmu sampai-sampai ilmu kanuraggan pun beliau pelajari, tidak main-main beliau berguru ke Kyai Tarmidi Kebon Gedang, salah satu Kyai Cirebon yang terkenal ilmu kanuranggan dan kesaktiannya. Namun keahlian yang pernah dipelajari ini tidak pernah beliau tampakkan. Lalu pendidikannya beliau lanjukan ke Jakarta di Jamiat Kheir, lembaga pendidikan terkemuka saat itu, dan beliau juga sempatkan mengaji ke Habib Salim bin Jindan, semua ulama pun beliau datangi untuk sekedar bertabaruk dan meminta ijazah. Setelah di Jakarta beliau melanjutkan mondoknya ke Jawa Tengah tepatnya di Ponpes Kaliwungu asuhan Kyai Ru’yat, sambil melanjutkan pendidikan SLTP di Semarang, kemudian melanjutkan SLTA nya ke Solo dan mukim dan mengaji di Habib Alwi al Habsyi selama dua tahun. Kemudian dilanjutkan ke Ponpes Jamsaren di Solo asuhan Kyai Abu Ammar.
Setelah berkelana di jawa tengah, pemuda
yang haus ilmu ini lanjutkan mondoknya di Jawa Timur. Di awali masuk ke
Ponpes Darul Hadist dan belajar kepada Habib Abdul Qodir bin ahmad
Bilfagih. Setiap kali mondok beliau selalu memanfaatkan waktu untuk
belajar, dan bukan hanya belajar di Kyai pengasuh pesantren saja, beliau
sempat pesankan, “Lamon mondok sing akeh gurune” atau kata lain, kalo
belajar harus punya banyak guru. Pendidikan formalnya bahkan berlanjut
hingga tingkat akademi jurnalistik, Yogya, tapi setiap kali beliau
ditanya mengenai perihal itu, dengan entengnya beliau katakan “semuanya
hilang”.
Pada akhirnya beliau kembali ke tanah
Cirebon untuk berkhidmat ke Ponpes Jagastru, beliau juga menimba ilmu
kembali ke sang Ayah, abah Syekh yang telah lama menimba ilmu di tanah
suci, tentunya dengan bingkai birrul walidain. Kecintaan akan ilmu tak
trehenti sampai di situ bukan hanya pergi ke Kyai sepuh, beliau juga
sempatkan menimba ilmu ke teman sejawat beliau, guru sekaligus teman
seperjuangan Ustadz Shaleh Assegaf.
Berdakwah dan Bermanfaat
Sejak kecil kang Ayip Muh senang
mengajak teman-temannya untuk mengaji, di waktu yang sama ketikan masa
kolonial beliau tidak tega melihat penderitaan, beliau sempatkan memberi
bantuan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi. Ya, kedua sifat inilah
yang selalu melekat dalam pribadi beliau, pertama, berdakwah, menyampaikan ilmu, dan bertutur bijak kepada masyarakat luas. Kedua, berpikir, berbuat, dan menebar manfaat dengan penuh rasa ikhlas.
Dalam berdakwah semua orang tahu, beliau
orang yang tegas. Sampai beliau pernah difitnah dan di bui dan tentunya
dengan menerima berbagai deraan. Sampai kaki beliau diikat ke atas
sementara kepalanya menggantung ke bawah. Di saat yang sama kepala
beliau dihajar dengan dengan batang senapan sampai berdarah, sampai
kemudian tali penggantungnya putus, sehingga kepalanya terbentur keras
di lantai. Aneh bin ajaib tidak keluar suara apapun dari mulut beliau
yang menandakan kesakitan, pas sudah sadar, beliau pun ditanya oleh
kawan-kawannya yang juga turut di siksa, “tadi sakit kang..?”. Beliau
katakan, “tidak, Alhamdulillah pas saya tadi dipukuli saya tidur pulas,
makannya saya tak merasakan apa-apa, emang tadi bagaimana..?” beliau
malah tanya balik. Mendengar jawab itu, kawan-kawannya keheranan bukan
main.
Konon singkat cerita orang-orang yang dulunya menganiaya beliau, setelah mereka taubat dan pensiun, malah datang ngaji ke beliau, dan diterima dengan baik seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Beliau maafkan dan melupakan kejadian itu dan tak menceritakan ke orang lain sewaktu beliau hidup. Pola pikirnya selalu dilandaskan dengan prasangka baik, membuat ulama yang berjiwa besar ini menjadi panutan yang menghargai perbedaan dan tak suka menyalahkan upaya dakwah pihak lain. Bahkan kepada pemabuk pun beliau masih berahlak, beliau awalnya mengingatkan kalau mabuk yang teratur jangan di sudut jalan, jangan meminta paksa ke jamaah yang berkunjung, sampai beliau pun sempatkan memberi uang ke mereka, “nih untuk kalian”. Dengan kemuliaan hati, banyak diantara mereka yang sadar dan kembali ke jalan yang benar. Pesan beliau “Orangnya jangan dibenci tapi becilah perbuatannya, setiap kondisi harus dipilah berdasarkan kondisi dan porsinya”. Jangan heran waktu itu di Tahun 2003 Cirebon bergejolak Kang Ayip Muh, langsung turun memimpin ribuan warga dan santrinya untuk mendesak pemerintah setempat untuk mengesahkan RUU Anti Miras dan Perjudian, akhirnya Alhamdulillah tuntutan itu dipenuhi.
Waktu Padat Demi Umat
Sehari – hari Kang Ayip hampir tidak punya waktu luang untuk urusan
pribadi, maklum karena banyak warga Cirebon dan sekitar nya berebut
meminta beliau ceramah, menikahkan, atau hanya sekedar hadir di acara
tertentu. Sebelum azan subuh, sudah ada tamu yang menjemputnya, pulang
saat menjelang dhuhur, siangnya ada yang menjemput lagi, setelah rehat
sebentar beliau lannjutkan sholat ashar, setelahnya mengajari santrinya,
setelah itu sudah banyak tamu yang menunggu di beranda pesantren untuk
bersilaturahim, beliau buang jauh rasa penat dan lelah, dengan selalu
ceria dihadapan para tamu, antara maghrib dan isya beliau mengajar
santrinya kembali, setelah sholat isya lagi-lagi sudah ada yang
menjemputnya di teras rumah. Seringkali jarak yang ditempuh sangat jauh,
sampai beliau sering pulang larut malam, tak sempat bertukar baju
beliau sudah terlanjur tidur.
Hari-hari Kang Ayip bukan hanya sibuk,
tapi berkah, bayangkan selain mengurusi pesantren, menjadi Ketua MUI
kodya Cirebon selama dua periode, sudah hampir semua tamu bisa mengambil
berkah, bertemu dengan beliau. Namun dibalik kacamata beliau, terlihat
mata yang agak merah berair seperti ada masalah besar yang beliau
pikirkan atau rasakan, namun beliau pendam dalam-dalam. Sesekali air
matanya tertetes ketika mengajar, membuat uraiannya terhenti sejenak. Di
luar itu, bukan hanya sesekali orang mendapati beliau menangis di
keheningan malam ditempat yang sunyi, sendirian. Di belakang rumah, di
balik pepohonan, di pinggir sungai dekat pesantren, dan di tempat
lainnya. Bahkan malam sebelum Tsunami di Aceh, seorang muridnya
mendapati beliau tengah menagis seorang diri, di sisi pantai Pulau Jawa
yang sepi. Ketika ditanya, beliau justru minta untuk jangan dilanjutkan
pertanyaan itu, dan diminta untuk meniggalkan dirinya. Esoknya, entah
ada hubungannya atau tidak, terjadilah bencana Tsunami terbesar yang
memilukan itu.
Serba Indah dan Payung Kota Cirebon
Potret kehidupan Kang Ayip adalah cerminan ahlakul karimah dan
contoh yang baik, dibalut kesederhanaan dan ketawwadhuan, banyak orang
dekat yang mendengar langsung kisah beliau, tapi minta jangan
disebarkan, kecuali sudah wafat. Rupanya beliau inginkan orang lain bisa
memetik hikmah dari kisahnya, namun risih jika orang lain menganggapnya
lebih. Jarang beliau mengenakan imamah layaknya yang seperti kita
lihat, kecuali di saat beliau mengisi majelis Ahad Pagi, Kajian Tafsir
Jalalain. Beliau selalu tampil bersahaja, zuhud dan wara’ dalam urusan
dunia, ucapannya selalu ditunggu orang, dalam berbagai kesempatan,
ketika mengajar, ceramah, diskusi berat dan lain sebagainya, kata-kata
beliau selalu melekat di pribadi masing-masing yang mendengarkannya,
bahkan bercanda nya pun sarat makna, jika disimak dengan baik. Pernah di
waktu santai bersama keluarga, beliau minta dipijat, di sela obrolannya
beliau pesankan “Saya malu orang lain saya ajari tapi anak sendiri
tidak”. Rumah beliau tak pernah sepi dari tamu, bahkan dari luar
negeri, semua kalangan nusantara. Ada sisi lain dari Kang Ayip, beliau
selalu fasih berbahasa tergantung tamu yang datang, arab, sunda, jawa,
melayu, bahkan inggris. Beliau juga tidak segan duduk ngobrol ngopi
bersama tukan becak, buruh kasar, tukang sayur, dan lainnya, cara beliau
berinteraksi sangat memukau di semua kalangan sampai yang mereka
rasakan adalah dirinya teramat diperhatikan dan dekat dengan Kang Ayip.
Meski tak berminat di bidang politik, tapi beliau tak menjauhi
mereka, beliau menerima kalau mereka sowan ke kediaman beliau dengan
baik. Di mata Kang Ayip semuanya semata lahan dakwah, tak ada yang lain,
ia sangat menghargai perbedaan, sampai jika ada pihak yang berselisih
paham, bertikai dan sebagainya pertemuan itu harus diadakan di Jagastru,
kediaman beliau. Sempat terjadi konflik di area keraton Cirebon, dan
Kang Ayip lah yang membantu manjadi penengahnya, kharismanya begitu
kuat, sampai akhirnya mereka sepakat untuk Islah, berdamai. Begitu
banyak sifat dan kepribadian beliau jika kita ungkap atau tulis
semuanya, menggambarkan beliau secara total mengikuti datuknya Sayyidina
Muhammad Saw, total dalam berdakwah dan maslahat bagi umat.
Wafat Ketika Duduk Tahiyyat, Lautan Manusia Mengantarkan Beliau
Beberapa tahun terakhir dalam kehidupan Kang Ayip, keluarga
sebenarnya sudah mengetahui bahwa beliau mengidap penyakit dalam, namun
mereka sepakat untuk tidak mencemaskan di hadapan beliau, selanjutnya
perjalanan hidup beliau di dunia ini terhenti, Selasa menjelang Magrib
26 Desember 2006 tepat di tanggal peristiwa Tsunami, Jagat Cirebon
seakan kelabu dan bergetar, Kang Ayip Muh wafat. Dalam waktu yang
singkat, awan kesedihan menggelayuti Cirebon dan sekitarnya, kabar ini
terhitung mengejutkan karena beberapa hari sebelumnya kesehatan beliau
terpantau sehat, Ahad sebelumnya masih mengisi Ta’lim seperti biasa,
siang nya masih menghadiri acara dari parpol Islam, bahkan sorenya masih
menerima tamu.
Saat berbincang dengan tamu di bangku teras rumahnya, beliau izin
pamit sebentar untuk menunaikan sholat ashar, mereka paham kalau sedang
sholat memakan waktu yang lama, namun kala itu lain dari biasanya,
hingga salah seorang menantunya masuk ke kamar beliau untuk membawakan
teh hangat ke beliau. Namun di saat itulah didapati tubuh Kang Ayip
sudah tak bergerak sama sekali. Beliau wafat dengan posisi duduk
tahiyyat akhir dengan telunjuk masih menghadap ke Ka’bah. Pertanda
seorang hamba yang total dengan kesaksian bahwa tiada Tuhan yang patut
disembah selain Allah Ta’ala. Allah juga yang menetapkan waktu istirahat
panjangnya kepada Kang Ayip setelah sekian lama berjuang di jalan –
Nya. Sejenak kemudian Ponpes Jagastaru berubah menjadi lautan manusia,
setelah dimandikan dan di sholati sekitar jam 21.00 WIB, ribuan
penta’ziyah silih berganti mensholati beliau sampai pagi harinya. Rabu
siang iringan manusia mengantarkan beliau seperti lautan manusia, belum
lagi warga yang berdiri di sepanjang jalan penuh dengan kesedihan,
meneteslah air mata dengan tanpa sengaja, mengingat kemuliaan beliau
sewaktu hidupnya. Ini sama dengan kejadian dulu waktu wafatnya Abah
Syekh, hampir sama. Sesuai dengan pepatah “Ma fil aba fil abna” seperti
halnya seorang ayah, demikian pula anaknya. Suasana pemakaman di Jabang
Bayi Cirebon tidak jauh berbeda, sejak pagi ribuan jamaah mendatangi
lokasi itu, meraka tak sabar untuk mengantar Kang Ayip untuk terakhir
kalinya, semua elemen bangsa turut hadir, dan mngamankan prosesi
pemakaman. Pagi itu Cirebon menangis, mentari seolah tak berani
menampakkan keceriannya, hilang sudah sosok yang selalu memperhatikan
umat, membimbing dan meneladani setiap ahlakul karimah. Sesuai amanah
beliau, Kang Ayip dimakamkan di samping makam Abahnya, seperti yang kita
ketahui pemakaman Jabang Bayi adalah pemakaman umum, beliau di akhir
hayatnya pun ingin selalu dekat dengan rakyat biasa ia cintai, tanda
kesejukan dan kesederhanaan begitu juga makam beliau, layaknya makam
orang biasa, inilah Totalitas Seorang Hamba.
Inspired by Majalah Al-Kisah Edisi 7-20 Maret 2011.
Mengenang Beliau (Link Download Suara) :
- http://www.4shared.com/file/teHjH96u/Ceramah_Habib_Muhammad_bin_Sye.html
- http://www.4shared.com/mp3/EOILYBDT/habib_muhammad_bin_syeh_bin_ab.html
- http://www.4shared.com/mp3/uX-Go8B0/Habib_Muhammad_bin_Syeh_bin_Ab.html
Sumber2:
- Majalah Al-Kisah Edisi 7-20 Maret 2011
- http://www.almuhibbin.com/2011/03/manaqib-al-habib-muhammad-bin-syekh-bin.html
9:38 AM
Pentingnya Mencari Guru Mursyd
Pentingnya Mencari Guru Mursyd
Habib Umar Mursyd Jamaah Asy Syahadatain |
Dalam koridor ilmu tasawuf (Tharekat) Mursyid adalah
manusia yang atas izin Allah, dia dipertemukan dengan mursid sebelumnya lalu
mendapatkan talqin dzikir, mengamalkan tarekatnya dengan benar sehingga sampai
tingkatan bersih hatinya terbukti dengan baik akhlaknya terbutki dengan tinggi
ilmunya dan tidak mencari murid. Dia mengamalkan untuk dirinya sendiri setelah
dilihat oleh orang lain ternyata dia berakhlak mulia berhati bersih arif
bijaksana, orang lain minta dibimbing kepada dia. Kemudian dia dilantik secara
ruhani oleh silsilahnya maka diikuti oleh orang lain. Calon seorang mursyid itu
orang yang atas izin Allah ingin mencari ilmu Allah untuk menjadi hamba Allah
yang baik oleh gurunya diberikan ilmu tauhid, fiqih, akhlak, hadits, tasawuf,
nahu, sorof dll. Pendeknya seorang mursyid harus seorang yang 'alim. Oleh Allah
masih digerakkan hatinya yang kemudian dipertemukan dengan seorang mursyid.
Kemudian tarekatnya diamalkan dengan semua adab-adabnya dengan semangat Wushul
Ilallah. Dari sekian ribu bahkan juta muridnya terpilihlah dia. Dipilih oleh
Allah melaui gurunya bukan keinginannya sendiri. (karena apabila ada seujung
rambut saja dalam hati seorang salik ingin mendapatkan kedudukan dan jabatan
maka dia telah gagal, sebelum berangkat).
maka
kita perlu pimpinan dari orang yang mampu melihat dan paham jalan ini (jalan
ruhaniah menuju Allah). Orang ini disebut guru mursyid. Guru mursyid sangat diperlukan oleh setiap manusia dalam perjalanan ruhani menuju taqwa. Dia dapat
memimpin di bidang ilmu, akal atau hati,
lahir maupun batin dan dalam semua hal sehingga hidup
manusia dapat tertuju kepada Allah. Guru mursyid Allah beri anugerahkan ilmu-ilmu yang luar biasa, ilmu lahir juga ilmu batin.
Karena pentingnya guru mursyid ini, Imam Malik pernah
berkata:
“Barangsiapa yang tidak mempunyai guru
mursyid maka syaitanlah yang akan menjadi gurunya.”
Orang yang bisa memimpin
hati/ruhani (guru mursyid), hanyalah orang yang pintu hatinya terbuka, yaitu orang yang mempunyai basyirah. Bukan sekadar akalnya yang terbuka. Banyak orang yang
akalnya terbuka, hingga dapat
menangkap ilmu, tetapi sangat sedikit orang yang hatinya terbuka. Mursyid itu ialah orang yang hatinya terbuka luas dan dapat memimpin orang lain.
Jadi setiap orang mesti mencari seorang guru mursyid untuk memimpin dirinya walaupun dia alim. Setelah dia bertemu dengan guru
mursyid yang layak, maka lahir dan batinnya perlu diserah kepada guru mursyid itu.
Begitupun dengan mursyd jamaah asy
syahadatain menurut cerita dari orang - orang tua , murid - muridnya dan
kyia yang bertemu langsung dengan Habib Umar di zamanya sosok abah umar
, tindakan , perilaku dan kata katanya sesuai dengan pembahasan para
alim ulama tentang sifat ke mursydan yaitu :
Menguatkan Agama dengan yakin
Memberi makan ribuan fakir miskin
tidak pernah meminta-minta dari manusia ataupun jin
Mengajari orang bodoh sehingga mereka yakin terhadap agamanya .
Memberi makan ribuan fakir miskin
tidak pernah meminta-minta dari manusia ataupun jin
Mengajari orang bodoh sehingga mereka yakin terhadap agamanya .
Bahkan banyak juga kisah tentang
kecintaan muridnya kepada Habib Umar melebihi segala apa yg dia punya
termasuk dirinya sendiri setelah sang murid benar benar paham dan yakin
tentang kedudukan dan kemuliaan Habib Umar
Sumber: angipin.com
Sumber: angipin.com
Label:
Artikel Islami,
Majelis AsySyahadatain
9:12 AM
Sang permaisuri sudah cukup bulanya untuk bersalin , pada bulan Maulud tanggal 25 ba'da Subuh Syarifah Muda'im melahirkan seorang bayi laki laki yang elok sekali , cahayanya meredupkan cahaya matahari , Maulana sultan abdullah gembira sekali , Lalu di bawa tawaf di baitullah , di rubung oleh para ulama dan orang orang mukmin dan di beri nama SYARIF HIDAYATULLAH bertepatan pada tahun 1448 M .
60 hari kemudian rombongan sulthan abdullah dan permaisuri bertolak menuju negara Mesir .
Beberapa tahun kemudian syarifah muda'im mengandung kembali , setelah datang kepada waktunya lahirlah seorang bayi laki laki dan di beri nama SYARIF NURULLAH
Selang beberapa waktu Maulana Sultan Syarif Abdullah Wafat , setelah wafatnya sang sultan lalu yang menjabat sebagai sultan mesir adalah Patih Jamalulail mewakili Syarif Hidayatullah selama sebelum dewasa.
sumber : Babad Tanah Sunda / karya PS.Sulendraningrat
Kisah Kelahiran Sunan Gunung Jati ( Dzohirnya Wali Qutub )
Kisah Kelahiran Sunan Gunung Jati ( Dzohirnya Wali Qutub )
Di ceritakan di negara mesir Maulana sultan syarif abdullah dan
permaisuri Syarifah Muda'im sudah mengandung 7 bulan pergi ziarah ke
mekkah dan madinah . berangkat di iringi wadyabala dua ribu orang
berlayar mengendarai kapal datang sudah di jeddah , lalu menuju mekkah
dan meneruskan perjalanan menuju madinah , datang sudah rombongan
Maulana Syarif Abdullah di hadapan Maqom Nabi Muhammad SAW , setelah
selesai ziarah kemudian mereka kembali ke Mekkah .
Sang permaisuri sudah cukup bulanya untuk bersalin , pada bulan Maulud tanggal 25 ba'da Subuh Syarifah Muda'im melahirkan seorang bayi laki laki yang elok sekali , cahayanya meredupkan cahaya matahari , Maulana sultan abdullah gembira sekali , Lalu di bawa tawaf di baitullah , di rubung oleh para ulama dan orang orang mukmin dan di beri nama SYARIF HIDAYATULLAH bertepatan pada tahun 1448 M .
60 hari kemudian rombongan sulthan abdullah dan permaisuri bertolak menuju negara Mesir .
Beberapa tahun kemudian syarifah muda'im mengandung kembali , setelah datang kepada waktunya lahirlah seorang bayi laki laki dan di beri nama SYARIF NURULLAH
Selang beberapa waktu Maulana Sultan Syarif Abdullah Wafat , setelah wafatnya sang sultan lalu yang menjabat sebagai sultan mesir adalah Patih Jamalulail mewakili Syarif Hidayatullah selama sebelum dewasa.
sumber : Babad Tanah Sunda / karya PS.Sulendraningrat
9:07 AM
Cerita ini di
kutip dari buku Babad Tanah Cirebon karya PS Sulendraningrat yang
menjelaskan tentang perjalananya Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nabi
Muhammad SAW
Diceritakan di negara mesir sang raja Syarif Hidayatullah sedang sendirian dalam gedung perpustakaan membaca kitab usulkalam yang sangat terperinci/halus,jeng maulana sudah menerima/menangkap tersiratnya kitab yang di baca itu, sehingga timbul rasa sungguh - sungguh berkehendak berguru kepada Nabi Muhammad SAW , walaupun menurut kabar dan memang kenyataanya Nabi Muhammad telah tiada ,tetapi Allah SWT lebih punya kuasa.
Maulana sulthan Syarif Hidayatullah segera keluar dari gedung perpustakaan itu lalu menghadap ibunya ( Nyai Rarasantang ) Syarifah Mudaim,datang sudah di hadapanya
Segera berkata : " Duhai ibu mohon izin akan berguru kepada Maulana Nabi Muhammad SAW,hendak di cari dimana adanya. "
Sang ibunda merangkulnya dan berkata :" Mas sayang putraku,seyogyanya anda tau Maulana Rosulullah SAW sudah tiada,bahkan sudah turun yang ke 22 kepada anda,baik bergurulah kepada Awliya,para ulama mana yang anda pilih anda sukai, janganlah anda cari yang sudah tiada."
Sang putra memaksa karena tidak tahan,segera mohon pamit meneruskan perjalananya pada tanggal 5 bulan jumadil awal tahun 1466M, Sang ibu menangis gelisah......
Cerita Selanjutnya Klik Sunan Gunung Jati Sebagai Wali Qutub Di Zamanya 2
Sunan Gunung Jati Sebagai Wali Qutub Di Zamanya 3
sunan gunung jati sebagai wali qutub di zamanya 4
Sunan Gunung Jati Sebagai Wali Qutub Di Zamanya
Sunan Gunung Jati Sebagai Wali Qutub Di Zamanya
Maulana Sulthon Syarif Hidayatullah |
Diceritakan di negara mesir sang raja Syarif Hidayatullah sedang sendirian dalam gedung perpustakaan membaca kitab usulkalam yang sangat terperinci/halus,jeng maulana sudah menerima/menangkap tersiratnya kitab yang di baca itu, sehingga timbul rasa sungguh - sungguh berkehendak berguru kepada Nabi Muhammad SAW , walaupun menurut kabar dan memang kenyataanya Nabi Muhammad telah tiada ,tetapi Allah SWT lebih punya kuasa.
Maulana sulthan Syarif Hidayatullah segera keluar dari gedung perpustakaan itu lalu menghadap ibunya ( Nyai Rarasantang ) Syarifah Mudaim,datang sudah di hadapanya
Segera berkata : " Duhai ibu mohon izin akan berguru kepada Maulana Nabi Muhammad SAW,hendak di cari dimana adanya. "
Sang ibunda merangkulnya dan berkata :" Mas sayang putraku,seyogyanya anda tau Maulana Rosulullah SAW sudah tiada,bahkan sudah turun yang ke 22 kepada anda,baik bergurulah kepada Awliya,para ulama mana yang anda pilih anda sukai, janganlah anda cari yang sudah tiada."
Sang putra memaksa karena tidak tahan,segera mohon pamit meneruskan perjalananya pada tanggal 5 bulan jumadil awal tahun 1466M, Sang ibu menangis gelisah......
Cerita Selanjutnya Klik Sunan Gunung Jati Sebagai Wali Qutub Di Zamanya 2
Sunan Gunung Jati Sebagai Wali Qutub Di Zamanya 3
sunan gunung jati sebagai wali qutub di zamanya 4
8:51 AM
"faaghsyainaahum fahum laa yubshiruun. Syaahatil wujuuh tsalatsan
Demikian yang tertera dalam kitab Dalailul Khoirot. Tersebut pula dalam kitab salaf tenteng kebolehan membaca do'a atau tesbih di tengah-tengah surat atau ayat Al-Qur'an selama tidak hawatir terhadap dugaan bahwa do'a atau tasbih tersebut termasuk ayat-ayat Al-Qur'an, yaitu sebagai berikut :
" dan ditengah-tengah (bacaan) Al-Qur'n apabila ia melewati (membaca) ayat yang menjelaskan tasbih, maka hendaklah ia membaca tasbih dan takbir. Apabila ia melewati (membaca) ayat tentang do'a dan istighfar, maka hendaklah ia bedo'a dan beristighfar. Dan apabila ia melewati (membaca) suatu ayat yang menakutkan, maka hendaklah ia memohon perlindungan. Ia melakukan semua itu dengan lisan dan hatinya". (Ihya Ulumuddin, juz 1,hal.279)
Imam Al-Humaimi berkata :" dimakruhkah menulis tanda sepesepuluh, seperlima (juz), nama-nama surat dan bilangan ayat di dalam Al-Qur'an, karna sabda beliau; kosongkanlah al-Qur'an. Adapun sekedar mengucapkannya diperbolehkan, sebab ucapan tidak mempunyai bentuk, yang dimana dengan adanya bentuk tersebut, apa-apa yang bukan termasuk al-Qur'an bisa disangka termasuk Al-Qur'an. Sesungguhnya ia (bentuk/rupa) tersebut hanya sebagai petunjuk bagi ayat yang dibaca, maka tidak ada penetapannya bagi orang yang membutuhkannya". (Jalaludin As-Suyuti. "Al-Itqon", juz III, hal. 171).
Membaca Yasin Syahatil Wujuh
Membaca Yasin Syahatil Wujuh
Dalam tuntunan Syaikhunal Mukarrom terdapat salah satu ayat dari surat
Yasin yang dipotong dengan membaca Syahatil Wujuh. Mau tau alasannya?
Bagaimana hukumnya? Berikut jawabannya :
Bagi jama'ah syahadatain tentu sudah tidak asing lagi dengan bacaan "syahatil wujuh" dalam Surat Yasin setelah membaca kalimat "La yubsirun" saat wirid ba'da sholat maghrib. Hal ini terdapat contoh tentang kebolehan membaca Syahatil wujuh setelah membaca "la yubsirun", yaitu sebagai berikut :
Bagi jama'ah syahadatain tentu sudah tidak asing lagi dengan bacaan "syahatil wujuh" dalam Surat Yasin setelah membaca kalimat "La yubsirun" saat wirid ba'da sholat maghrib. Hal ini terdapat contoh tentang kebolehan membaca Syahatil wujuh setelah membaca "la yubsirun", yaitu sebagai berikut :
"faaghsyainaahum fahum laa yubshiruun. Syaahatil wujuuh tsalatsan
Demikian yang tertera dalam kitab Dalailul Khoirot. Tersebut pula dalam kitab salaf tenteng kebolehan membaca do'a atau tesbih di tengah-tengah surat atau ayat Al-Qur'an selama tidak hawatir terhadap dugaan bahwa do'a atau tasbih tersebut termasuk ayat-ayat Al-Qur'an, yaitu sebagai berikut :
" dan ditengah-tengah (bacaan) Al-Qur'n apabila ia melewati (membaca) ayat yang menjelaskan tasbih, maka hendaklah ia membaca tasbih dan takbir. Apabila ia melewati (membaca) ayat tentang do'a dan istighfar, maka hendaklah ia bedo'a dan beristighfar. Dan apabila ia melewati (membaca) suatu ayat yang menakutkan, maka hendaklah ia memohon perlindungan. Ia melakukan semua itu dengan lisan dan hatinya". (Ihya Ulumuddin, juz 1,hal.279)
Imam Al-Humaimi berkata :" dimakruhkah menulis tanda sepesepuluh, seperlima (juz), nama-nama surat dan bilangan ayat di dalam Al-Qur'an, karna sabda beliau; kosongkanlah al-Qur'an. Adapun sekedar mengucapkannya diperbolehkan, sebab ucapan tidak mempunyai bentuk, yang dimana dengan adanya bentuk tersebut, apa-apa yang bukan termasuk al-Qur'an bisa disangka termasuk Al-Qur'an. Sesungguhnya ia (bentuk/rupa) tersebut hanya sebagai petunjuk bagi ayat yang dibaca, maka tidak ada penetapannya bagi orang yang membutuhkannya". (Jalaludin As-Suyuti. "Al-Itqon", juz III, hal. 171).
Label:
Artikel Islami,
Majelis AsySyahadatain
8:41 AM
Kisah Nyai Mas Ayu Gandasari Dan Syekh Magelung I
Nyai Mas Ayu Gandasari |
Gusti sinuhun nawuri sorban ngideri masjid minangka hudan , Dipun beber
Nyai Mas Ayu Gandasari saking dermayu " Duh gusti sae temen sorban niki
kangge sinten ? Jawab Gusti " Sorban niki kangge ummat kanjeng
nabi,ummat ingkang purun sholat serta nurut perintah sunnah perintah
allah kang den pasti ora tinggal sampe mati.... " Petikan Syair
Syekhunal Mukarrom dalam tawasul Jamaah Asy Syahadatain yang
mengkisahkan tentang nyai mas ayu gandasari yang bertanya kepada gurunya
Sunan Gunung Jati tentang sorban yang sedang beliau sebarkan , berikut
ini kisah Nyai Mas Ayu Gandasari yang bersumber dari Babad Tanah
Padjadjaran Karya PS.Sulendraningrat.
Diceritakan di kraton Rajagaluh sang Prabu Cakraningrat
sedang diseba. Seluruh para Sanghyang, para Dipati, para Gegedeng dan para
perwira tentara pada berkumpul. Berkata sang prabu,’’ Hai dipati palimanan,
mana keterangannya sunan Cirebon, sebab itu adalah orang ngumandi/menjadi
benalu sudah lama belum ada permohonan idhinnya.’’ Berkata dipati palimanan,
‘’duhai gusti mohon ampunan dalem karena tidak berhasil, betapa seringnya hamba
mengurus para gegedeng dan bertindak pribadi, akan tetapi Negara cirebon tidak
terlihat, apabila sementara para gegedeng dapat melihat sunan jati atau bias
memasui Negara Cirebon yang bertemu sunan jati mereka tidak pulang kembali,
para gegedeng sudah banyak yang pada anut.’’
Berkata sang prabu,’’ demang rajagaluh sekarang supaya
bertolak ke Cirebon hingga sampai bertemu sendiri dengan sunan, harap di beri
tahu supaya mau seba ke rajagaluh, dan harus mengirim upeti tiap tahun, kalau
tidak anut kepadaku niscaya sunan Cirebon akan dirampas rajakayane/kekayaannya
dan boleh dipotong lehernya,kalau menghendaki perang tentu aku serbu dibikin
tanah hitam (Cirebon akan dibumi hanguskan).’’ Ki demang mengucap sandika.
Segera mohon pamit terus perjalanannya dengan mengepalai prajurit empat puluh
orang ki demang perjalanannya di putar-putar kembali lagi ke tempat semula,
kalau ke utara terus tersesat ke utara, kalau ke selatan terus tersesat pula ke
selatan, senantiasa tersesat tidak tau arah.
Diceritakan ki gedeng selapan dan di wartakan sejak dahulu
tatkala bertapa di gunung mendang di bawah pohon pudak memuja semedi ingin
mempunyai anak yang sakit lagi punjul. Permulaan bertapa bunga pudak baru
kuncup, sekarang berjatuhan di hadapan ki pendeta saksana/sekonyong-konyong di
Kabul oleh Robbul’Alamin di antara bunga pudak yang jatuh di tanah itu ternyata
jadi bayi perempuan, lalu bayi itu di bawa pulang.
Ki pendeta baru usai dari tapanya lalu bayi itu di beri nama
panguragan. Menurut kaol lain panguragan adalah putra angkatnya dari sultan
aceh dan seorang adik kandung perempuan dari fadhilah khan/faletehan. Ki
pendeta (pangeran cakrabuana) lalu membangun dukuh/pemukiman semua
tanam-tanaman serba jadi, seterusnya termashur dukuh itu di sebut dukuh
panguragan.
Diceritakan nyi mas panguragan sudah berumur lima belas
tahun, bahkan ia sudah be’at/berguru kepada sunan gunung jati. Dikatakan oleh
jeng sunan jati walaupun engkau adalah perempuan tetapi engkau adalah menjadi
prajurit awliya.
Diceritakan nyi mas panguragan sudah termashur ke lain-lain
desa keperwiraan saktinya lagi indah elok cantik rupanya seperti punjul
sebuana, bahkan sudah banyak para gegedeng para bupati dan para satria pula
para juragan para nakhoda yang sudah melamar berduyun-duyun. Diceritakan
orang-orang dua puluh lima Negara sudah membangun pemondokan menunggu utusan ki
pendeta membawa balasan lamarannya masing-masing.
Diceritakan pendeta salapandan memanggil menghadap sang putra
nyi mas panguragan yang di sebut Gandasari. Berkata ki pendeta,’’ putriku
panguragan aku minta engkau supaya mau bersuami, sudah cukup waktunya engkau
mempunyai suami, mana yang engkau pilih salah seorang dari semua yang telah
melamar engkau, demang, mantri, satria, bupati, dan para gegedeng pula para
juragan para nakhoda yang sedang menunggu di pondokannya masing-masing,
beritahulah kepada si bapak yang engkau senangi’’.
Berkata sang putri,’’ Rama, sekarang sang putrid belum suka
mempunyai suami, masih enak mengolah tubuh.’’ Berkata ki pendeta,’’ hai bayi,
tidak enak orang yang jadi kembang bibir, di sebut-sebut namanya oleh tiap
orang, dan engkau kalau tidak mau bersuami tentu dirusak dukuh panguragan
ini.’’ Berkata ratna Gandasari,’’ Rama, hamba mau pula bersuami akan tetapi
kalau hamba sudah terkalahkan siapa saja yang bias menangkap hamba, yang
melebihi kesaktian hamba, itulah orang yang akan mengabdi kepadanya, jangan
lagi para pembesar, walaupun orang melarat kalau bias menangkap hamba itu
tandanya jodoh hamba, silahkan Rama mengadakan sayembara kepada orang-orang dua
puluh lima Negara, seandainya ada seorang yang di terima lamarannya pasti yang
lain tidak menerimakannya. ‘’ segera ki pendeta memanggil seorang pembantu di
minta pergi ke pemondokan orang-orang dua puluh lima Negara untuk mengumumkan
siapa saja yang bias mengungguli keperwiraannya dapat menangkap Ratna
panguragan ia itulah menjadi tanda jodohnya dan mengabdi kepadanya. Pembantu
itu keluar sudah, segera sudah mengumumkan kepada seluruh gegedeng, satria dan
para nakhoda.
Segera mereka siap bertindak memasuki medan sayembara.
Orang-orang dua puluh lima Negara bersuka ria saling berebut dahulu mendahului.
Diceritakan nyi mas panguragan sudah memasuki arena
sayembara di tengah-tengah balabar/batas medan sayembara berbusana putrid raja
indah gemerlapan laksana bidadari dari sorga. Seluruh para aruman para ifrit
pada meringinya ke medan laga sambil menyiarkan bebaun harum sekali memenuhi
sekeliling medan laga. Orang-orang dua puluh lima Negara melihat keluarnya sang
putrid dan pengiring pada terlongong-longong masing-masing matanya tidak
berkedip.
Segera sang putrid menantang,’’ hai orang-orang dua puluh
lima Negara, rebutlah tubuhku, barangsiapa yang bisa menangkapnya sungguh
jantan, unggulilah kesaktian aku niscaya aku mengabdi kepadanya.’’ Segera
orang-orang dua puluh lima Negara maju serentak saling berebut dahulu mendahului
saling desak-mendesak, sang putri segera siap siaga. Dengan gugup ki gedeng
plered berusaha menangkapnya segera sang putri melesat ke atas, ki plered
ditendangnya jatuh terjengkang. Gedeng plumbon melambai-lambai,’’ adik turunlah
di bombing oleh sikakak, jangan memelet jangan menduyung, kakak cinta sendiri
kembang biru di atas kuburan, si kaka sungguh cinta lubang di susun dengan batu
bata, bambu berumpun, sepanjang umur aku gauli.’’ Sang putrid segera turun
sambil mendupak ki plumbon jatuh terjengkang berguling di tanah di injak
perutnya yang buncit. Ki ujang gebang menubruknya meleset karenanya jatuh tengkurap. Ki gedeng
kandanggaru menyandak, sang putrid melesat. Ki gedeng ketawa terbahak-bahak
sambil berkata,’’ nini putrid jangan lari, kelapa tua beriringan seperjalanan,
tangkai waru janganlah suka menghindari bokor tanah, orang ayu jangan suka
mengecewakan, jauh-jauh dari kandanggaru akhirnya ditinggal lari, larilah
sampai jagat si kakak tentu mengiringi.’’ Lalu sang putri lari dikejar sampai
di pedesaan. Sang putri masuk ke dalam hutan, seluruh dedaunan dan pepohonan
yang pada tersentuh olehnya jadi berbau harum, sebab harumnya Nyi mas
Panguragan melebihi harumnya bunga atau minyak wangi, oleh karena tubuhnya yang
harum, kalau memakai kembang dari para Aruman, para ifrit. Berjatuhanlah ke
tanah kembang dari sang putrid,
karenanya seluas hutan itu nantinya disebut hutan wanasari makanya nyi mas
panguragan disebut pula Nyi Mas
Gandasari, oleh karena ia adalah seorang
manusia yang tubuhnya berbau harum sekali.
Sang putrid terus berlari di lading persawahan. Ki gedeng kandanggaru berusaha memegangya
tetapi tidak kunjang kena bahkan ia terserimpet oleh padi merah lalu jatuh
tengkurap. Sang putrid mencibirinya. Ki gedeng karenanya merasa malu sekali
lalu pulang sambil berkata,’’ jangan sekali-kali anak cucuku menanam padi merah
karena aku mendapat malu itu di karenakan mendapat malu oleg padi merah,’’ sang
putrid lalu pulang menghadapi lagi sayembara ramai sudah orang-orang menonton
pada surak gegap gempita berjubel-jubel.
Diceritakan seseorang putra sebrang yang baru mendarat di
pantai Cirebon dari laut, yang bernama jaka supetak dan jaka pekik dengan
mengepalai watya bala seratus orang siluman yang beruak manusia hendak
menerobos Negara menguasai sepulau jawa namun datangnya tersesat di pantai
Cirebon. Kedua putra ini kebingungan lalu berjalan kea rah masing-masing untuk menyelidiki
daerah baru itu. Jaka pekik berjalan kea rah selatan, dan jaka supetak berjalan
ke barat hingga datang di panguragan bebarengan dengan terdengarnya suara
surak-surak gegap gempita. Segera jaka supetak melihat sayembara lalu ia
memasuki ke tengah balabar/batas tempat sayembara.
Diceritakan yang sedang menghadapi sayembara itu adalah
putra dalam indramayu yang bernama satria indra kusuma memegang busur panah
yang pada anak panahnya tertulis di tujukan kepada sang putri yang di rindui
oleh hatiku tidak lain terbayang di hitam-hitamnya mataku hanya rama yang
panguragan sebagai calon mustika yang senantiasa di puja, akan di puja,
lekaslah anda menurut bersama-samaku pulang ke Negara indramayu. Segera anak
panah itu di lepaskan, sang putri cepat panah di tangkis, ia mengetahui tulisan
yang ada di anak panah itu. Sang putrid membalas melepaskan anak panah yang
sudah cepat membalas melepaskan anak panah yang sudah cepat terlepas laksana
kilat dan mengenai tubuh satria indra kusuma itu karenanya ia jatuh berguling
di tanah dengan di suraki itu karenanya ia jatuh berguling di tanah dengan di
suraki gemuru, karenanya orang-orang indramayu lalu mengundurkan diri lalu jaka
supetak mendekatinya, berkata sang putri,’’ hai satria, janganlah mati sebelum
di ketahui namanya, siapa nama anda?’’ berkata jaka supetak, ‘’ putra dari
sebrang, Negara cempa bawah angin, jaka supetak namaku, nin putri baiklah
tunduk, jangan cari gara-gara, orang cantik ayu sayanglah kalau tidak jadi
mustikanya keratonku. Karena aku tersesat memasuki sayembara ini niscaya musuh
tidak ada yang keluar hidup-hidup.’’ Sang putrid segera memegang busur panah
dan anak panahnya di lepaskan, jaka supetak menadahi, jauhnya anak panah ke
tubuh jaka supetak hanya seperti batu yang dilemparkan. Berkata jaka supetak
sambil ketawa,’’ Hai sang putrid mana panah yang paling ampuh habiskanlah
prawira sakti anda kalau menguji calon suami anda, jangan nanti sampai
elik/menolak di belakang hari, habiskanlah sekehendak anda terlebih dahulu.’’
Sang putri memegang senjata andalannya segera di tusukan ke
tubuh jaka supetak. Jaka supetak menangkis dengan sebuah keris saling
tangkis-menangkis. Keris jaka supetak mengeluarkan api bersemburan. Sang putri
lalu lari merasa tidak kuat, jaka supetak mengejarnya.
Diceritakan jaka sinuhun jati purba yang sedang berdiri
dipinggir sebuah sungai, tidak antara lama adalah Nyi mas gandasari mohon
senjata pertolongan. Jaka supetak sudah dihadapannya. Segera ia berkata,’’ Hai
paman, engkau janganlah menghadapi buruanku, panguragan telah kalah dalam
pertandingan karenanya ia sudah dipastikan menjadi istriku.’’ Berkata jeng
sunan jati,’’ aku belum nyata bahwa panguragan kalah dalam pertandingan, kalau
bias terangkat oleh engkau nyatalah ia jodoh engkau.’’ Jaka supetak segera
mangangkat sang putri, tapi sang putri tidak bias terangkat bahkan tidak
bergeming, ia berkuketan berusaha mengangkat tubuhnya sang putri namun sang
putrid tidak berubah dan tidak bergerak, oleh karenya jaka supetak sangat
dengan sekuat tenaga berusaha mengangkat tubuhnya sang putri hingga terkentut. Karenanya sang putrid
tertawa terbahak-bahak sambil mengejek.
Jaka supetak malu sangat tidak bisa mengangkat mukanya diam
mematung. Jeng sunan jati berkata,’’ itulah buahnya orang yang mendahului karsa
ilahi jadi engkau mengunggul-ungguli menghebat-hebati, wadyabala engkau adalah
siluman berupa manusia engkau menyangka lebih perwira sakti mau merebut Negara
menguasai sepulau jawa akan tetapi kenyataannya engkau baru oleh seorang
perempuan saja sudah dikalahkan, jangan lagi membuka merebut senusa jawa tapi
oleh seorang perempuan saja engkau menyerah.’’
Jaka supetak lalu menyembah sujud dengan berkata,’’ siapakah itu tuan namanya, hamba merasa tuan
itu beribu sakti perwira, terimalah keris ini, baiklah tuan bunuh hamba, hamba
merasa malu sekali tidak bisa bercampur lagi dengan sesame manusia,’’ keris
lalu diterima, jeng sunan jati berkata,’’ aku adalah susuhunan Cirebon,
bangunlah sebuah dukuh sekehendak engkau,’’ berkata jaka supetak.’’ Oleh karena
hamba lebih sangat malu sekali hamba seterusnya tidak bisa bercampur lagi
dengan manusia, namun hamba mohon izin bermukim di dalam sungai ini.’’
Segera jaka supetak swadaya balanya terjun ke dalam sungai.
Berkata jeng sunan.’’ Jaka supetak sewadyabalanya seperti buaya, ada manusia
bermukim di dalam air.’’ Ternyatalah jaka supetak dan wadya balanya salin rupa
menjadi buaya. Termashur seterusnya sungai itu disebut sungai garing kali
kapetakan. Segera nyi mas gandasari pulang ke panguragan dan sunan jati lalu
pulang ke keraton pakungwati.
Diceritakan ada satria yang baru dating di pantai Cirebon
membawa 2 kitab perahu dari Negara syam/ syiria yang bernama syarif syam,
karena tadinya ada hawatif/suara tanpa rupa terdengar menyuruh mencari guru
yang mursyid/guru penunjuk awliya kutub di Cirebon, dan ia itulah yang bisa
memotong rambutnya yang seperti kawat.
Syarif syam lalu mendarat di pantai Cirebon mau mencari
awliya kutub meneruskan perjalanannya, lalu dating di kebon bayam. Syarif syam
melihat ada seorang lelaki yang sedang membentongi/memukul buah bayam untuk
diambil isinya lalu memanggilnya.’’ Hai kaki dimana tempatnya awliya Cirebon
dan kemana arahnya Negara/kota?’’ berkata syekh bentong.’’ Di selatan arahnya
Negara Cirebon, mungkin pula waliyyullah disitulah kediamannya dan anda dari mana,
siapa namanya, dan apa keperluannya?’’ syarif syam menjawab,’’ saya berasal
dari Negara syam, syarif syam namaku mau berguru kepada awliya Cirebon dan yang
bisa memotong rambutku sungguh aku akan mengabdi kepadanya. Pula aku membawa
kitab dan perahu untuk mufakatan perihal ilmu.’’ Berkata ki bentong,’’ itu
kitab 2 perahu bagaimana membacanya, bagi orang jawa untuk mengerti syahadat
saja itu sudah terhitung dhoif.’’ Berkata syarif syam’’ini waktu sudah dzuhur,
jangan mengobrol saja, marilah kaki kita sholat, dimana tempatnya sholat.’’
Berkata ki bentong,’’ di bungbung/bambu ini yang terkait di pagar, disitulah
tempatnya aku menjalankan sholat, silahkanlah anda masuk di dalam bungbung.’’
Syarif syam terheran- heran ada percaya ada tidak, dan berkata :’’ hai kaki
masuklah anda terlebih dulu nanti aku mengikuti.’’ Segera ki bentong masuk ke
dalam bungbung sambil memanggil-manggil syarif syam melihat bahwa bungbung itu
ternyata adalah sebuah pintu besar lalu ia masuk, tidak lama terlihat masjid
yang lebih besar dan banyak orang yang turut makmum. Syarif syam lalu turut
makmum, yang jadi imam ternyata adalah ki bentong.
Sebakdanya sholat syarif syam lalu sujud menyembah sambil
berkata,’’ duhai kyai, mohon sih ampun dalam , sungguh paduka itu awliya Allah
hamba mohon berguru, dan semoga paduka mau memotng rambut hamba.’’ Ki bentong
lalu memberinya wujangan ilmu kedhohiran, kegunaan perwira sakti. Setelah
selesai ki bentong lalu berkata,’’ adapun ilmu kebatinan ketauhidan sunan
Cirebon nanti yang member wujangan pula yang memotong rambut anda dan anda
diberi nama pangeran remagelung, seyogya cepatlah dating ke Cirebon.’’
Remagelung mengucap sandika, lalu mohon pamit meneruskan perjalanannya.
Antara lama kemudian remagelung berjumpa dengan seorang
kakek tua. Berkata remagelung,’’ hai kakek tua dimana tempatnya sunan
Cirebon.’’ Berkata kakek tua,’’ wallahu’allam
tempatnya sunan Cirebon dan anda darimana, siapa namanya dan
kemauannya.’’ Berkata remagelung.’’ Putra syam mau berguru kepada sunan Cirebon
yang bisa memotong rambutku sungguh aku akan mengabdi kepadanya.’’ Berkata
kakek tua,’’ kasihan sekali orang syam ini, rambutnya bergelatungan tidak dapat
di gelung karena kerasnya seperti kawat, kalau menjadikan sukalilanyasaya akan
memotongnya, namun saya minta melihatnya dari belakang.’’ Remagelung berkata,’’
sukalila/suka ridho kalau kakek tua mau memotongnya.’’segera remagelung
membelakanginya. Kakek tua lalu memegang rambutnya, segera rambut itu
getas/rapuh putus berjatuhan di tanah. Kakek tua lalu lenyap. Remagelung
kehilangan kakek tua, sudah gundul kepalanya lalu memakai daster hitau
seterusnya di sebut pangeran sukalila, karena suka ridho di potong rambutnya
dan jadi mashur tempat itu seterusnya di sebut karang getas, sebab mengingat
tatkala getasnya/rapuhnya rambut remagelung. Lalu rambut itu di tanamnya di
bawah pohon asem di tempat itu pula.
Segera pangeran sukalila meneruskan perjalanannya mencari
kakek tua siang malam tidak ditemukan. Lalu ia terbang ke angkasa ke utara
barat menujunya kemudian ia dating di panguragan, melihat orang-orang sedang
bersayembara penuh berjubel sambil sorao-sorak gegap gempita.
Diceritakan sang ratna panguragan sudah keluar berada di
tengah-tengah medan lada di dalam balabar arena sayembara sambil menantang,’’
hai wong salawe Negara/orang dua puluh lima negara ( mksudnya kepada
orang-orang yang turut memasuki sayembara) janganlah maju seorang-seorang,
majulah semuanya. Segera orang dua puluh lima Negara menyerbu dengan serempak.
Sang putri bertindak, ki demang citratanaya menubruk, sang putri meletas ke
atas sambil mendupak dan menampar. Ki demang jungkir balik mundur dengan
merangkak. Mas behi maju ke depan di tampar lehernya bengkok. Ki tumenggung
memeluk di sambut dengan patrem/badik punggungnya sobek. Ki dipati rangkong
hendak menangkap disambut dengan patrem lehernya terkulai mundur ditandu. Ki
nakhoda hendak memeluk, sang putrid mendahaki, nakhoda mukanya rusak mundur
dicikrak.seluruh penonton sorak-sorak gegap gempita. Orang dua puluh lima
Negara semuanya ketakutan.
Segera pangeran sukalila datang sudah dihadapan ratna
panguragan. Berkata sang putri,’’ hai satria, siapa anda yang hendak masuk
sayembara, jangan mati tanpa nama,’’ berkata pangeran sukalila,’’ putra Negara
syam, sukalila namaku, anda perempuan siapa di keroyok oleh orang dua puluh
lima Negara, rupanya anda prajurit perwira sakti, ulahnya cekatan, pantas lebih
seyogya anda kalau di peristri olehku, jangan anda melakukan berperang
sendirinya, apa karenanya anda dikeroyok, aku hendak membantu.’’ Nyi mas
gandasari berkata,’’ aku mengadakan sayembara, siapa saja yang bisa menangkap
mengungguli saya niscaya saya akan mengabdi kepadanya sebagai seorang istri,
walaupun orang melarat kalau bisa menangkap saya, itu tandanya jodoh saya.’’
Berkata pangeran sukalila,’’ sebaliknya anda menurut kepadaku untuk menghindari
kemungkinan tewas, sayang sekali oleh kecantikan anda yang punjul.’’ Berkata
sang putri,’’ hai satria di sayangkan sekali sombong perkataan anda, kalau
anda sungguh perwira sakti sediakanlah dada anda di timpa sarotamaku/tumbakku.’’
Segera sang putri melepas sarotama dan melepas senjata-senjata laksana hujan.
Jeng pangeran memadahi sebuah panah pun tidak ada yang mempan. Segera sang
putri mencabut patrem di tusuk-tusukkannya. Jeng pangeran hanya berdiri tidak bergeming
sambil senyum. Sang putri segera di tangkapnya tapi tidak tertangkap seperti
menangkap bayangan, jeng putri masuk ke dalam bumi,jeng pangeran sudah ada di
belakangnya. Sang putri melesat ke
angkasa bersembunyi di mega putih. Jeng pangeran nyusul dan sudah ada
dihadapannya. Sang putri lenyap memasuki bunga cempaka. Jeng pangeran merupa
jadi lebah, kembang di hisap sarinya, lalu sang putri keluar lari, dikejar
olehnya dari belakang.... Bersambung
8:33 AM
Kisah Nyai Mas ayu Gandasari Dan Syekh Magelung II
Kisah Nyai Mas ayu Gandasari Dan Syekh Magelung II
Diceritakan kanjeng sinuhun jati sedang membangun
ketemenggungan dan masjid jagabayan dan tempat penjagaan untuk orang-orang
jaga/piket disuatu pintu kota pada tahun 1500 M., sedang berdiri di pintu
gerbang bersama ki kuwu cakrabuana. Tidak lama kemudian ada datangnya nyi mas
gandasari bersembunyi dibawah telapak kaki sunan jati. Lalu pangeran sukalila
datanglah sudah dihadapan jeng sunan jati.berkata pangeran sukalila.’’ Hai
paman, anda jangan berdiri disitu, minggirlah dulu.’’ Jeng sunan jati lalu
minggir dari situ. Gandasari lalu sudah bersembunyi di sabuknya. ‘’ hai paman,
aku minta sukanya, sabuk anda aku lihat.’’
Jeng sunan jati lalu melepaskannya.
Gandasari sudah keluar dari sabuk lalu bersembunyi dicincin kelingking yang
kiri sunan jati.
‘’ hai paman, tidak jadi melihat sabuk, tapi cincinnya mau aku
lihat rupanya lebih bagus.’’ Jeng sunan jati lalu melepas cincinnya. Gandasari
segera keluar dari cincin itu bersembunyi di belakang sunan jati. Pangeran
sukalila habis kesabarannya. Jeng sunan jati lalu diterjangnya berusaha
menangkap gandasari, pangeran sukalila saksama/sekonyong-konyong lumpuh jatuh
dihadapan jeng sunan jati tidak bisa diubah dan bergerak. Pangeran sukalila
lalu bertobat sambil berkata,’’ Duhai gusti mohon perampunan. Paduka itu siapa
hamba tidak mengetahui.’’ Berkata jeng sunan jati,’’ akua adalah sunan Cirebon,
jati purba namakudan anda berasal dari mana, siapa nama anda.’’ Pangeran
sukalila menjawab,’’
Hamba adalah putra Syam, sukalila namanya memang paduka
dari awal yang dimaksud/dicari karena hamba hingga telah memasuki sayembara
panguragan, sesungguhnya paduka yang hamba cari, sungguh hamba bermaksud
berguru kepada paduka dan menghadap dhohir batin, semoga paduka suka mengaku
kepada hamba dan menerimanya kitab
seprahu dan pengiring hamba dari syam semoga diterima dan pula hamba mohon
dapat terlaksana dapat dijodohkan dengan abdi dalem yang bernama Gandasari.’’
Jeng sunan jati sudah menerims apa yang dikatakan oleh
pangeran sukalila lalu berkata,’’ Gandasari, engkau aku tari/damai kalau
bersuami menuruti permintaan pangeran sukalila, lebih seyogyanya kalau engkau
jadi satu dengannya.’’ Menjawab Sang Rama Gandasari,’’ Hamba menurut kehendak
paduka akan tetapi hamba mohon bathin ( mohon kelak nanti saya di akherat ).’’
Berkata jeng sunan jati,’’ Pangeran sukalila dan kesediaannya gandasari dan
supaya minta bersuami nanti saja di batin., oleh karena itulah anda supaya
menerimanya.’’ Berkata pangeran sukalila,’’ mematuhi kehendak dalem gandasari
di batin istri hamba, dilahir hamba persaudaraan dengan gandasari.’’
Perjanjian
Nyi mas gandasari dengan pangeran sukalila disaksikan oleh ki kuwu Cirebon pula
oleh sinuhun jati Cirebon dan pangeran sukalila disuruh selanjutnya membangun
dukuh sekehendaknya. Adapun pangeran sukalila oleh karena sudah mendapat izin
untuk membangun sebuah dukuh/pemukiman, lalu mohon pamit meneruskan
perjalanannya diiring oleh rombongannya dua puluh lima orang ke utara, setelah
dating disuatu tempat yang ada tumbuhan pohon Kendal besar pangeran sukalila
dan rombongan beristirahat merasa senang lalu membangun dukuh di sana
setreusnya dukuh itu disebut dukuh karangkendal dan pangeran sukalila
seterusnya disebut pangeran karangkendal. Seterusnya dukuhnya itu tambah ramai
turut dihuni oleh pendatang-pendatang baru.
Sumber : Babad Tanah Padjadjaran
7:35 AM
Tawassul Dengan Derajat Nabi Muhammad SAW (1)
Dalam tuntunan Jamaah asy syahadatain Syaikhunal mukarrom Habib Umar Bin
Ismail Al Yahya di mana para pengamalnya di anjurkan bahkan di bimbing
tentang amaliah Tawassul , namun demikian masih banyak saja beberapa
ummat islam yang salah faham tentang tawassul , berikut ini akan di
jelaskan mengenai Tawassul yang bersumber dari buku " Kerancuan Memahami Islam - Di Balik Kesibukan Salafi Wahabi Menuduh Bid'ah amaliah amaliah Ahlu Sunnah Wal Jamaah " karangan Nurhidayat.M.Nur
Pengikut Ahlu sunnah tidak meng'tikadkan bahwa dzat
seseorang makhluk mempunyai pengaruh (ta’stir)-mampu mewujudkan sesuatu,
menghilangkan,mampu memberi manfa’at dan memberi bahaya-terhadap sesuatu.
Ahlussunnah justru meyakini, hanya Allah-lah yang dapat memberi manfa’at dan
bahaya serta yang lainnya.
Bertawassul dengan rasulullah ( baik dengan derajatnya atau
yang lain ) atau orang-orang sholeh bukan berarti menyembah kepada keduanya
seperti yang banyak dituduhkan. Akan tetapi, tawasul adalah bentuk do’a yang
dipanjatkan kepada ALLAH dngan memakai perantara Nabi atau orang saleh, dengan harapan
do’anya lebih dikabulkan oleh ALLAH. Hadits-hadits tentang itu sudah banyak
disampaikan oleh ulama, meski semua hadits itu dianggap dha’if oleh sebagian
kalangan yang kurang mengerti kualitas sebuah hadits.
Sayyid Musthofa al-Bakri, seorang ulama mazdhab Hanafi dan
wali besar dalam tarekat Khalwatiyyah, menganalogikan tawasul dengan meminta
bantuan kepada orang yang memilki kedudukan tinggi, atau dekat dengan seorang
raja, untuk menyampaikan maksud kepada raja. Rasul dan orang-orang saleh tak
lebih dari perantara. Sebuah maksud yang disampaikan ‘’orang dekat’’, akan
berbeda dalam ‘’bobot’’ kesuksesan, dari yang disampaikan ‘’orang jauh’’ secara
langsung.
Sayyid Muhammad Alawi al-maliki, dalam mafahim yajibu an
tushahhah, menjelaskan : mencari perantara ( wasilah ) bukan syirik. Karena
jika mencari perantara kepada Allah adalah syirik, semua manusia akan termasuk
musyrik dalam semua urusan. Manusia selalu memakai perantara dalam setiap hal.
Rasul menerima wahyu Al-Qur’an lewat perantara Malaikat Jibril. Rasul juga
menjadi perrantara bagi para sahabat yang kerap dating kepadanya untuk sekadar
mengadukan persoalan, atau mohon di do’akan. Apakah pernah Rasulullah berkata :
pada mereka bahwa hal tersebut adalah musyrik? Inilah yang tidak banyak
diketahui oleh orang-orang yang anti terhadap tawasul.
Sebagaimana dikatakan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab,
tawasul dalam agama termasuk hal yang berkaitan dengan furuiyyah ( masalah
fiqih ), menurutnya, perbedaan ijtihad bukan sesuatu yang perlu dipertajam
karena hanya akan berujung pada perpecahan. Respons terhormat untuk setiap
perbedaan adalah menghargai, kalau tidak, diam, tidak menghina dan tidak
merendahkan.
Syaikh ibnu Taimiyyah adalah salah satu ulama yang paling
mengingkari tawassul atau istighatsah dengan nabi atau orang shaleh. Padahal
tawassul dianggap sah, bahkan sunnah dilakukan menurut ulama salaf dan khalaf.
As-Subki mengatakan : tawassul dengan Nabi ada tiga macam,
yaitu tawassul dengan diri Nabi, tawassul dengan kedudukan Nabi dan tawassul
dengan barakah Nabi. Dan masing-masing jenis tawassul ini memilki dasar hadits
yang shahih.
Hadits yang dijadikan pijakan untuk tawassul dengan
kedudukan Rasul diantaranya adalah hadits dengan sanad bagus riwayat
Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir bahwa Rasulullah menyebutkan dalam
do’anya :
Bikhakki Nabiyyika wal ambiyaaillaziina min koblii…
‘’Dengan haq nabimu dan nabi-nabi sebelumku.’’
Sedangkan dalil-dalil tentang tawassul dengan nabi ( baik
saat Nabi masih hidup maupun sudah wafat ), orang shaleh, waliyullah dan
lain-lain adalah : hadits Riwayat Ath-Tirmidzi, ibnu majah, al-Hakim dan
al-Bukhari serta Ahmad bin Hanbal dari utsman bin Hunaif, mengatakan ,’’ pada
suatu waktu ada laki-laki buta datang kepada Rasul dan minta dido’akan Rasul
agar mendapatkan sehat wal ‘afiyat, Rasulullah menjawab,’’ jika kamu
menginginkannya, aku dapat berdo’a untukmu atau kamu bersabar dan itu lebih
baik bagimu!’ laki-laki itu menjawab : berdo’alah untukku!’ kemudian Rasul
memerintahkan laki-laki tersebut berwudhu dengan baik dan berdo’a sebagai
berikut :
‘’wahai Tuhanku, aku meminta kepada Engkau dan aku menghadap
kepada Engkau lewat Nabi Engkau Muhammad, Nabi Rahmat. Wahai Nabi Muhammad,
sesungguhnya aku menghadap kepada Rabb-ku lewat Engkau dalam memenuhi
kebutuhanku ini supaya Engkau dapat memenuhinya untukku. Wahai Tuhanku berilah syafaat kepadaku.’’
Label:
Artikel Islami,
Majelis AsySyahadatain